Judul film: BUNGA KERING PERPISAHAN
Pemain: Rara Nawangsih sebagai Dewi, Arthur Brotolaras sebagai Albert
Penulis naskah: Novia Faizal berdasarkan puisi esai Denny JA “Atas Nama Cinta”
***
Dewi nama perempuan manis berjilbab itu. Hatinya
dirundung duka mendalam ketika Joko Legowo – suaminya meninggal pada usia 10
tahun pernikahan mereka. 10 tahun Dewi mengabdi sepenuh hati. Begitu pun ketika
mereka tak kunjung dikaruniai momongan dan Joko jatuh sakit, ia terus
menyemangati suaminya. Kematian pasti
menyisakan jejak-jejak beraroma Joko dalam relung sukma Dewi.
SEPULUH TAHUN, seharusnya adalah dapat mengubah Dewi.
Namun tak demikian kenyataannya. Karena seorang lelaki masa lalunya demikian dalam
menjejak di hatinya.
Alur mundur membawa penonton kepada kisah masa lalu
Dewi. bersama Albert – sang kekasih.
Semakin deras perasaan sayang antar mereka
Tapi sejak mula disadarinya juga mereka berbeda agama
Siapakah yang akan mensahkan cinta mereka
Terbayang oleh mereka pagar pembatas itu
Memanjang di selatan, menghalang di utara
Di barat di timur kiri dan kanan
Dan mereka tahu pasti cinta itu murni.
Puisi indah itu gambaran kesadaran kedua sejoli ini sembari
merajut kasih. Dewi yang berjilbab sejak usia sekolah dasar, rajin shalat pula,
dan Albert yang anak pendeta tak mungkin bersatu dalam sebuah mahligai
pernikahan. Hukum Islam amat kuat melarang itu, sekokoh prinsip yang dipegang
ayah Dewi, pada mulanya.
Ibunda Dewi menasihati putrinya terkait kemarahan
ayahnya, “Jangan Kamu durhakai pohon perkasa sandaran hidup Kita, Nak. Dan
jangan Kamu ganggu hati nurani ayahmu.” Ibunda Albert pun berucap bijak, “Semua
pasangan akan menjawabnya begitu, ‘Yang menjalankan Kami.’ Tapi Kita ini kan
di Indonesia, Bert. Keluarganya, masyarakatnya. Semuanya itu berbagi dengan
kehidupan Kita.”
Dewi meyakini bahwa cintanya dan Albert memang sulit
disatukan. Maka ia tak menolak keputusan ayahnya yang menjodohkannya dengan
Joko Legowo. “Bila cinta lebih dulu daripada agama. Aku pun juga. Aku lebih
dulu mengenal ayahku daripada Kamu. Dan Aku tidak mungkin melukainya,” ujar
Dewi dari balik jendela kamarnya ketika Albert menyatakan keinginannya melamar
Dewi, tepat di hari Joko Legowo melamar Dewi.
Sudah bisa ditebak kehancuran hati keduanya. Albert
kemudian memilih bertualang menjelajah alam, setelah menitipkan sebuah kotak
berisi bunga mawar kepada Dewi. Ia meminta Dewi mengirimkan kembali kotak
berisi bunga itu kepadanya bila takdir Dewi berubah. Kapan pun bunga itu
dikirim kepadanya, ia akan menerimanya dengan senang hati.
Dewi memilih menjadi perempuan shalihah. Bakti kepada
agama adalah sebuah harga mati baginya. Ia melaksanakan dengan baik apa-apa
yang diperintahkan Islam hingga suaminya meninggal. Namun Dewi tak lama larut
dalam duka. Ingatannya yang tak pernah hilang pada Albert menguak kembali
memori cintanya, membuatnya mengirim kembali kotak pemberian Albert walau
ditentang keras oleh ayahnya.
10 tahun itu entah Dewi mempelajari apa dari
kehidupannya. Bagi seorang muslimah, itu tidaklah singkat untuk memahami ajaran
Islam. Seharusnya ia sampai kepada pemahaman bahwa sejatinya sebuah perintah
dilakukan bukan karena bakti kepada orangtua semata melainkan karena menaati
perintah Sang Pemilik Hidup.
10 tahun bakti Dewi hanyalah kehambaran semata. Ia tak
memahami esensi sebuah perintah. Bila ia memahaminya, ia tak akan mengirim
kembali bunga kering itu. Sebuah kontradiksi. Karena seorang muslimah
yang bisa bertahan hingga 10 tahun dengan begitu setia, tanpa cela sedikit pun
seharusnya sudah berada dalam level pembelajaran yang amat tinggi dan dalam
tentang ketuhanan.
Sumber gambar: www.colourbox.com |
Sama kontradiksinya dengan tidur sendirian dengan
memakai ciput (tutup kepala), seperti yang terlihat dalam sebuah adegan. Juga sama
kontradiksinya pada perjuangannya selama lebih dua puluh tahun mempertahankan
jilbab sebagai identitas kemuslimahannya. Ini menunjukkan kenyataan: Dewi adalah
pribadi yang labil dan tidak belajar apa-apa selama 10 tahun itu.
Dewi yang malang. Ia mengira bisa kukuh memperjuangkan
cinta karena telah berkorban selama 10 tahun. Ia membangkang ketika ayahnya berseru,
“Lebih baik Kamu menjanda daripada menikah dengan beda agama. Itu sama saja
dengan mengirim Kamu ke neraka, Dewi!”
Begitu labilnya ia sehingga tak tahu makna dari
ucapannya ini, “Jaman sudah berubah Yah, bukan manusia untuk agama tetapi agama
untuk manusia. Menurut Ayah, perbedaan itu masalah. Tapi tidak menurut
Dewi.”
Kasihan Dewi. Ia tak memahami
hakikat liku hidupnya. Jika menurutnya “agama untuk manusia” maka manusia harus
rela diatur oleh agama yang dianutnya, jika tidak maka ia bukan bagian dari
agama itu. Itu ketentuan yang tak bisa diubah. Itu sebuah harga mati!
Dewi berhasil menggoyahkan orangtuanya. Ia semringah. Namun
kebahagiaan yang seolah sudah di depan mata tak nampak jua. Bunga kering
terkirim kembali kepadanya. Ada apa gerangan?
***
Film pendek yang berdurasi sekitar 42 menit ini
menunjukkan realita yang ada di tengah majemuknya masyarakat Indonesia. Jilbab
dan janggut sebagai simbol keislaman Dewi dan ayahnya dalam film ini bukanlah
gambaran kedalaman pemahaman mereka tentang Islam. Rara Nawangsih tampil
memukau dalam membawakan perannya sebagai Dewi. Perubahan mimiknya dari bentuk
emosi satu kepada bentuk emosi lain terlihat alami. Permainannya yang apik,
didukung oleh kecakapan pemain-pemain lain yang kebanyakan sudah lama malang
melintang di dunia seni peran.
Satu kesalahan dalam penulisan nama Erly Ashyla (yang
seharusnya: Ida Zein) sebagai pemeran ibunda Albert tidak mengurangi
pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh film ini. Pilihan sound track dan
puisi yang berdiksi indah menjadikan film ini menarik dalam penyajiannya
sehingga kelabilan tokoh Dewi yang amat menonjol bisa ditutupi. Pilihan ending
berkesan aman, dapat mengurangi kontroversi yang mungkin timbul.
Makassar, 18 September 2013
Keterangan:
Tulisan ini tidak memenangkan lomba review film Bunga
Kering Perpisahan.
Share :
0 Response to "Sepuluh Tahun untuk Setangkai Bunga Kering"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^