Makin menyadari betapa
pentingnya anak dalam kehidupan kita. Kalau waktu SD dulu, senang sekali ketika
berhasil memasukkan benang ke lubang jarum saat diminta oleh ibu. Sekarang,
rasanya memasukkan benang ke dalam lubang jarum itu ujian yang teramat berat.
Menyadarkan saya kalau diri ini memang sudah mulai tua. Sekarang untung ada si
sulung yang bisa diminta memasukkan benang ke dalam lubang jarum saat saya
kesulitan.
Roda kehidupan memang
berputar. Saya mencoba menghindar doktrin-doktrin yang dulu sering saya dengar
yang terlalu mendewa-dewakan orangtua. Yang bahwa anak tak bisa apa-apa tanpa
orangtua. Bahwa orangtua harus dihormati "tanpa ampun" (padahal rasa
hormat itu sejatinya timbul spontan dalam diri anak, berdasarkan usaha orangtua
mengikatkan batin mereka pada sang anak).
Sumber: www.all-about-motherhood.com |
Saya melihat (dulu)
dalam memberikan doktrin, banyak orangtua yang lupa bahwa orangtua membutuhkan
anak-anak mereka. Minimal dalam urusan membantu melakukan sesuatu seperti
memasukkan benang ke dalam lubang jarum itu. Kalau sekarang, sudah banyak
orangtua yang sadar untuk membangun kedekatan dengan anak-anaknya secara lebih
baik, tanpa doktrin yang tak boleh dibantah.
Nanti ada masanya, anak yang gantian mengurusi orangtuanya sebagaimana dulu anak diurusi oleh orangtua. Nanti ada masanya, orangtua akan mengharapkan do'a dari anak-anaknya ada pula masanya anak-anak
menarik orangtua ke neraka karena dosa orangtuanya yang tak mengajarinya kebaikan
(tak mengajari mereka shalat misalnya).
Jadi, tak ada yang lebih
berperan di sini. Orangtua dan anak adalah partner yang seharusnya bersinergi
dalam kebaikan. Jika sadar membutuhkan anak-anak, saya harus memulai sedini
mungkin memperlakukan mereka dengan tepat.
''Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.'' (H.R. Muslim)
Makassar, 10 Januari 2014
Peringatan buat diri saya yang sudah mulai
tua, menjelang usia kepala 4.
Share :
Keteladanan shalih dari orang tua akan menjadi salah satu bekal anak untuk bisa menempatkan diri sesuai dengan hak dan kewajibannya terhadap orang tua, baik ketika masih hidup maupun sudah meninggal. Insya Alloh
ReplyDeleteIya Pak ... orangtua memang teladan buat anakk2nya ...
DeleteBagi saya anak adalah pusat kebahagiaan. Terdengarnya egois, tapi saya harus jujur dengan perasaan ini. Batapa tak terbayang hidup ini akan seperti apa tanpa mereka :)
ReplyDeleteIya ya kak Evi ... sepakat
DeleteBener mbak, anak selalu melihat apa yang diperbuat orang tuanya. Saya selalu menginginkan hubungan dengan anak adalah saling menghormati. Kalo salah, saya juga nggak malu meminta maaf pada mereka saat anak2 masih kecil.
ReplyDeleteIya mbak ... saya juga berusaha minta maaf sama anak kalo bersalah. kadang2 berat karena ego, tapi harus diupayakan biar anak belajar dari kita bahwa orang salah harus berani minta maaf
Deleteiya ya mbak, roda memang berputar, hanya saja perputaran roda waktu itu tdk bisa di putar balik. itulah mengapa kita harus bs memanfaatkan waktu sebaik mungkin dgn berbuat kebaikan, tentunya bkn utk diri sendiri saja tp utk keluarga kita, anak, istri atau suami kita.
ReplyDeleteUntuk kebaikan bersama ya mas ..
DeleteSemoga banyak orang tua yang membaca ini ya mbak. :)
ReplyDeleteAnak adalah cerminan orang tuannya...menjadi orang tua cukup memberi teladan, mengarahkan pd jln yg benar menegur bl ia menyimpang, jgn terlalu menuntut anak ini dan itu, cukup dia menjadi pribadi yg luhur itu sdh cukup....yg terpenting memperbaiki sikap ortu dl br anak...gmn klo ortunya sj gak bener trus minta anaknya jd bener...ya saling sinergi....betul kan mak niar?
ReplyDelete