Judul
buku: Ternyata Menulis Itu Gampang
Penulis: Indari Mastuti
Penerbit: Samudera
Cetakan II: Desember 2012
Jumlah halaman: 152
Ukuran buku: 18 cm x 12 cm
Howard Gardner
mengatakan menulis bukanlah persoalan bakat, sebab semua orang memiliki
kecerdasan berbahasa yang memungkinkan bisa jadi penulis (halaman 108).
Agaknya
kutipan dari Howard Gardner itulah yang dieksplorasi oleh Indari Mastuti dalam
buku ini. Akan menarik siapa pun yang punya keinginan menulis untuk belajar
menulis.
Buku
ini punya nilai plus untuk penulis
pemula karena ada 12 kemudahan yang ditawarkannya untuk menyemangati. Pembaca
dimotivasi sejak bab pertama, mengenai betapa mudahnya menulis. Bila bingung
mencari ide, sesungguhnya ide ada di dalam diri kita dan di sekitar kita.
Tinggal menjadikannya tulisan saja.
Pengalaman
pribadi tiap orang unik. Itu bisa dijadikan sumber ide. Entah itu kebahagiaan
dalam keluarga, rahasia terdalam, masa lalu atau bahkan kesedihan.
Namun
terasa ada “lompatan logika” yang terlalu besar di halaman 105, yaitu antara
sub bab “Rumus Merdeka Menulis” dan sub bab “Memahami Hak dan Kewajiban Penulis”.
Dari
awal pembaca diajak untuk “melupakan teori menulis” karena bisa menghambat
kreativitas menulis. Namun tiba di bagian ini, pembaca disuguhi dengan 4 poin
kewajiban yang tidak ringan. Poin-poin yang dikutip dari sebuah makalah seminar
itu justru membuat kesan bahwa menjadi penulis itu ribet.
Sebuah
catatan kaki pun ditulis tak sesuai dengan definisinya. Di halaman 112 tertulis:
Introvert adalah seseorang yang lebih
suka memikirkan dirinya sendiri daripada orang lain. Padahal di Kamus Besar
Bahasa Indonesia, introver (bahasa Indonesia dari introvert) adalah: bersifat suka memendam rasa dan pikiran sendiri
dan tidak mengutarakannya kepada orang lain.
Namun
demikian, buku ini kaya dengan tips menulis. Pembaca bisa mendapatkan banyak
pengetahuan dengan membacanya karena merupakan pengolahan dari pengalaman dan
pembelajaran penulisnya.
Misalnya
saja motivasi bahwa menulis itu merupakan salah satu jalan menuju surga
(halaman 69), dipaparkan dengan memberikan contoh-contoh orang-orang yang sudah
meninggal namun karya-karyanya masih dibaca dan dijadikan bahan rujukan hingga
sekarang.
Bagaimana
menyikapi kritikan pun dibahas dengan proporsional oleh penulis pada halaman
94: jika kita bicara tentang bisnis, maka
bisnis apa yang tidak memiliki saingan? Nah strategi meningkatkan kualitas dari
suatu bisnis biasanya berasal dari kritik pelanggannya. Dalam hal penulisan,
strategi kritik merupakan strategi
penulis untuk meningkatkan kualitas tulisannya.
Sebenarnya
keunggulan buku ini terletak dalam motivasi
yang diberikan untuk penulis pemula. Dilengkapi dengan simulasi dan kiat-kiat
yang tidak bertele-tele, bisa memancing pembaca untuk mencoba menulis. Namun diharapkan
bila dicetak ulang, penulis memperhatikan dengan seksama lompatan logika yang
teramat besar yang dipaparkan di atas, mengkonsistenkan pemakaian istilah orang
kedua tunggal (“kamu” atau “anda” saja), dan meralat catatan kaki tentang introvert.
Nah,
menulis itu gampang? Benar sekali, Kawan.
Makassar, 23 Januari 2014
Share :
saya jarang membaca tentang bagaimana menulis itu, entah tips, motivasi ataupun teknik penulisan. karena saya sih penulis abal-abal wkwkwk,,
ReplyDeleteresensinya bagus kok mba niar, seimbang dan tetap santun:)
Waah sama dong, saya juga abal-abal mbak Sarah hehehe. Untung ada event IRC jadi saya lebih serius baca buku ini biar makin termotivasi menulis dan membaca :)
DeleteMembaca lebih gampang dr pd menulis....you know
DeleteContohnya saya ....tdk semua kubaca sdh bisa komentar
Klo menulis/ ngetik ...udah berpikir rangkaian kata2 nya..dah tuh klo salah ketik musti balik lagi edit...hmmmm
nah tuh cara ngilangin malas gmna yah...,nulis srasa ngndalin mood, mood vs males ???bgi tipsny dnk
Deleteaku juga biasa menulis, meskipun nggak menulis buku, tapi di blog, hehe
ReplyDeletesalam
Sip Mas .... berarti memang bisa menulis :)
DeleteKlo saya blm bisa nulis di blog
Deletearifpin7.blogspot.com
paling ngetik tuts pc/ android
Kirain di buku fiksi aja ada yg gak logis :-) bukan lompatan logika kali ya, karena nonfiksi udah pasti logis, semacam inkonsistensi pembahasan kayanya ya:-)
ReplyDeleteWaaah saya tidak bilang buku ini tidak logis lho mbak. Cuma terasa sekali ada yang "lepas" di antara sub bab yang saya bilang itu :D
DeleteBuat saya ini sebuah "lompatan logika yang besar", maksudnya kan kudu pelan2 begitu berpindahnya. Tapi di sini tidak. Seperti membaca materi untuk pemula lalu tiba2 masuk pembahasan untuk level mahir tanpa perantara yang logis. Bisa juga dibilang inkonsistensi pembahasan. Tapi kan, tidak ada patokan dalam menggunakan istilah?
Btw makasih ya mbak :)
Makanya jgn dibaca semua.kdg2 penulis tdk yakin tulisannya akan dibaca org2 shg menganggap sub judul tak penting.pembaca yg kritis akan melihat celah kesalahan...PENULIS YG BIJAKSANA SELALU MENINGGALKAN PESAN " mohon koreksinya"
Deleteiya tuh kalau pengertian introvert dlm catatan kakinya lbh mirip ke pengertian egois ya? hehe..
ReplyDeleteapik mbak resensinya.. kalau aku buku tips nulis cm punya 1.. jurus sakti dr annida jadul.. itu doang deh ga kepikir beli yg lain krn kurleb smua tips dan motivasi nulis di buku manapun sama.. ngintip bbrp pinjeman buku senada hehe
Iya mbak Binta. Saya kan introvert tapi tidak egois :)
DeleteAnnida jadul? Bagi doong :)
bagus kok mba, ada lebihnya ada kurangnya.. kritik itu wajar :)
ReplyDeleteTerimakasih mbak Lia :)
DeleteBener mbk..gampang aplgi nulis diblog hehe....introvert dan ekstrovert. Ulasannya mantabhlah :))
ReplyDeleteNgeblog asyik mbak, santai :)
Deletehmm.. tapi mungkin bagi sebagian orang sesuatu itu ya emang ada bakatnya. dan bakat yang ditekuni terus dengan atau tanpa disadari, itu lah passion. mungkin koki juga bilang semua orang bisa masak, tidak perlu bakat. tapi yo aku kalo disuruh masak ga mau, karena aku ga suka, ga bisa. sedangkan dalam urusan bisnis atau nulis, aku ngerasa dua hal ini ada dalm diriku sudah sejak lama, dan mungkin ini lah yang orang2 sebut sebagai bakat.
ReplyDeleteDulu juga saya tidak bisa masak Syifa. Sy benar2 belajar masak setelah nikah karena tidak mau menjadi perempuan yang sama sekali tidak bisa masak. Dulu suka membayangkan, bagaimana kalau anakku atau suamiku minta dimasakkan sesuatu dan saya tidak bisa, waah kashan sekali saya. Alhamdulillah bisa juga akhirnya walau tidak pintar-pintar amat :D
DeleteSetahu saya passion dan bakat berbeda. Saya tidak merasa berbakat menulis karena mulai menulis sejak hamil anak pertama. Waktu itu usia saya 27 tahun. itu pun nulis diary di komputer saja. Lama kelamaan suka menulis sesekali. Eh .. 3 tahun ini malah keranjingan. Sy malah mengatakan diri saya ini tergila2 menulis hehehe. Baguslah kalo bakat nulis ada dalam diri Syifa, berarti Syifa kelak di usia seperti saya akan lebih bagus dari saya dalam menulis :)
menarik bukunya mbak. bikin penasaran akan isinya, andai saja mbak perbanyak ulasannya, hhaha ngarep :D. karena bagi saya sebagai penulis (yang masih belajar ding) pemula yang terkadang susah melawan mood yang naik turun. tetapi sejauh ini, saya merasa merasa menikmati dan ingin terus belajar :)
ReplyDeleteSelama masih menikmati dan masih selalu ingin belajar, masih baguslah mas. Kalo masalah mood, kalo memang mau serius menuli, semua penulis top pasti akan bilang bahwa mood itu harus dilawan. Dalam kondisi apapun seharusnya penulis bisa menulis. Dalam buku ini pun dikatakan demikian :)
DeleteMenulis itu gampang memang. Kalau bilang sulit, lha buat apa sekolah? Sekolah kan harus nulis. He...7x
ReplyDeleteBetul .. betul .. mas. Kata orang kan sejak sekolah kita menulis? :)
DeleteIya.. menulis itu gampang.... xexe... gampang2 susah. jadi perbandingannya 2:1.
ReplyDeleteSetuju sama mbak Susi :)
DeleteDulu pernah mikir, mungkin karena saya tipe yang kecerdasan verbalnya tidak begitu menonjol, makanya kurang cocok di bidang tulis-menulis. Tapi sekarang berusaha berpikiran bahwa kalau ingin menulis ya menulis saja, sambil sedikit demi sedikit diperbaiki. Karena kalau terlalu memikirkan teori menulis, yang ada malah mentok he he. Thanks for sharing Mak :)
ReplyDeleteBenar bunda, saya juga menulis berdasarkan kehidupanku sendiri dan apa yang sudah say lihat dan dengar saja koq. Untuk mengarang belum bisa.
ReplyDeleteWaduh, hari Minggu kemarin ketemu langsung sama penulis buku ini, malah gak beli bukunya hehehe... Coba klo saya baca ini sebelum ketemu beliau, akan saya sampaikan mba biar saya dapet ilmu tambahan saat Teh Indari menjawabnya hehehee....
ReplyDelete