Riau adalah kenangan manis. Beberapa tulisan di akun Blogdetik ini saya buat untuk mengenangnya. Sebagai dokumentasi untuk anak-cucu saya, terutama Affiq, si sulung yang lahir di Rumbai, Pekanbaru pada tahun 2001 mengenai tanah kelahirannya. Namun bencana akhir-akhir ini yang kembali melanda Riau, membuat saya amat prihatin dan ikut gerakan #melawanasap melalui beberapa cara, salah satunya melalui tulisan ini ...
Suami
saya mengalami kabut asap parah di Rumbai, Pekanbaru pada tahun 1997. Waktu itu
kami belum menikah. Ia baru diterima bekerja di PT. Caltex, Pacific Indonesia,
yang sekarang bernama PT. Chevron Indonesia. Parah sekali kabut asap ketika itu
sampai-sampai banyak pegawai beserta keluarganya yang diungsikan ke luar Riau.
Kata suami saya, kalau berpapasan dengan orang di jalan, ia tak bisa melihat
wajah orang itu. Bukan kabut asap biasa. Kabut asap yang amat tebal.
Sebagai
pegawai baru, ia ditugaskan “jaga gawang”. Sebagian pegawai beserta keluarganya
sudah diungsikan karena udara sudah sangat tercemar. Hanya sebagian kecil pegawai
yang masih tinggal.
Rumbai dan Minas, dalam kenangan |
Di
rumah atau di kantor, kualitas udara masih bisa diatur dengan pendingin udara. Disain
gedung dan rumah meminimalkan asap yang masuk. Tapi perjalanan antara rumah dan
kantor, bisa jadi perjalanan yang amat mengerikan bila tak ada kendaraan yang
ditumpangi. Sudah pasti, kenyang makan asap sepanjang perjalanan.
Sebagai
pegawai baru, tentu saja ia tak punya kendaraan sendiri. Mau ke mana-mana harus
memakai kendaraan perusahaan atau moda transportasi yang disediakan perusahaan
(dijalankan oleh kontraktor). Suatu kali, ia terlambat pulang dari bioskop dan
tidak ada kendaraan yang bisa ditumpangi. Maka ia terpaksa berjalan kaki pulang,
waktu itu dari bioskop ke rumah.
Pekatnya
kabut asap harus ditembusnya dengan hati-hati. Tak boleh ceroboh karena pandangan
terhalang tebalnya asap. Bila berpapasan dengan seseorang, tak bisa melihat wajahnya. Sampai di rumah, ia sesak napas. “Kasihan pegawai yang
di lapangan, banyak yang berjatuhan,” cerita suami saya.
Saya sendiri, selama tinggal di sana beberapa kali melihat sekelompok warga membakar area hutan. Pernah pula saya melihat indikator udara di Pekanbaru menunjukkan kondisi di bawah sehat tapi saya beruntung tidak pernah mengalami kabut asap pekat.
Saya sendiri, selama tinggal di sana beberapa kali melihat sekelompok warga membakar area hutan. Pernah pula saya melihat indikator udara di Pekanbaru menunjukkan kondisi di bawah sehat tapi saya beruntung tidak pernah mengalami kabut asap pekat.
Dari
informasi di sebuah petisi yang dibuat oleh Riko Kurniawan yang tinggal di
Pekanbaru di change.org
yang saya dapatkan, baru saya ketahui bahwa pada tahun 1997
itulah pertama kali kabut asap massal menyerang Riau. Selama bertahun-tahun kabut asap
itu mengganggu dan makin parah di tahun ini. Berikut kutipan dari http://www.change.org/id/petisi/pak-sbyudhoyono-cabut-izin-perusahaan-pembakar-hutan-di-riau
(diakses 29 Maret 2014 pukul 9: 48):
Inilah kebiasaan yang menimbulkan bencana asap Sumber: www.riaueditor.com |
Akar persoalannya adalah buruknya tata kelola sumber
daya alam di negeri ini yang dibuktikan
dengan banyaknya ijin diberikan melalui cara-cara kotor seperti korupsi, dengan
menggadaikan keseimbangan lingkungan hidup --terutama lahan gambut. Kasus
mantan Gubernur Rusli Zainal yang baru-baru ini divonis 14 tahun penjara oleh
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) adalah salah satu contohnya.
Seperti diketahui hampir seluruh titik api yang
terjadi di tahun 2013 dan 2014 ini berada di areal gambut. Secara alaminya
mustahil gambut itu terbakar, karena secara alami gambut itu termasuk kategori
ekosistem lahan basah. Namun perusahaan-perusahaan dengan ijin konsesi luas
yang diberikan pemerintah membabat habis hutan dan meluluhlantakkan
keseimbangan ekosistem gambut yang unik ini.
Menyedihkan
ya. Empat belas tahun Riau dilanda kabut asap tapi pemerintah tak bisa
menyelesaikan persoalan itu. Alhamdulillah, kepedulian bangsa Indonesia
terlihat di dunia maya. Sejak dibuat 12 hari yang lalu, petisi yang berjudul Mempetisi
Susilo Bambang Yudhoyono: Cabut izin perusahaan pembakar hutan di Riau!
ini telah ditandatangani oleh 11.417 orang pendukung.
Mudah-mudahan
setelah ini ada tindakan hukum yang serius bagi para pelaku pembakaran hutan yang juga sering
kali mengganggu warga Kalimantan., Singapura, dan Malaysia. Beberapa petisi
di website change.org yang dibuat sebelumnya akhirnya bisa menggerakkan penentu kebijakan untuk berbuat lebih
adil, mudah-mudahan petisi ini pun demikian.
Gerakan #melawanasap Sumber: https://www.facebook.com/melawanasap?fref=ts |
Selain
itu, ada gerakan #melawanasap yang menggalang dukungan, juga di dunia maya.
Gerakan ini timbul sebagai bentuk kekecewaan masyarakat kepada pemerintah.
Berikut saya kutipkan dari tulisan berjudul Gubernur ‘Mati Suri’, Warga Riau
Galang #melawanasap (http://www.melawanasap.com/?p=248.diakses 29 Maret
2014 pukul 10.00):
Sikap Gubernur Riau Annas Maamun yang mengaku menyerah
dan melimpahkan kasus penanganan kabut asap kepada Tuhan kini menuai banyak
kecaman dari masyarakat Riau.
Saat ini, beredar banyak kecaman dengan berbagai
karikatur dan artikel yang menggambarkan Annas seakan tak berguna sebagai orang
nomor satu di Riau. Serangan itu datang dari berbagai kalangan masyarakat yang
kini mulai bersatu dan menamakan diri mereka #melawanasap.
Meski baru dilantik sebagai gubernur, Annas Maamun
dinilai merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam kasus penanganan
kebakaran hutan di Riau.
“Kami kecewa dengan sikap beliau (Gubernur Riau) yang
menyerah dan melimpahkan masalah kabut asap kepada Tuhan. Maka itu, kami
menumpahkan kekecewaan dengan membentuk gerakan #melawanasap,” terang salah
satu penggiat #melawanasap, Rendra Kurniawan kepada SINDOnews.com, Jumat
(14/3/2014)
Upaya Itu Berbuah Manis
Sejak gerakan ini dicanangkan, akun twitter presiden RI
ramai dibombardir dengan twit yang meminta agar masalah ini segera dituntaskan.
Mujarab, SBY segera menggelar teleconference
penanganan kabut asap di Riau dengan sejumlah pejabat terkait. Dalam teleconference itu, SBY juga curhat
bahwa ada 9.000 akun yang memarahinya karena bencana asap ini. Atas kecaman tersebut, SBY menjadwalkan mengunjungi Riau untuk melihat
secara langsung kasus kabut asap ini pada keesokan harinya.
Hingga
Sabtu, 15 Maret 2014 BPPT bersama TNI AU melakukan modifikasi cuaca dengan
menyebar sekitar lima ton garam di Kawasan Riau (sumber: In Picture: Hujan Buatan untuk
Atasi Kebakaran Riau, http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/03/15/n2hi2j-hujan-buatan-untuk-atasi-kebakaran-riau
diakses pada 29 Maret 2014, pukul 10:07).
Upaya
hujan buatan ini terus dilakukan hingga pada artikel BPPT Telah Tabur 86,9 Ton Garam
Untuk Hujan Buatan yang terbit kemarin (sumber: http://www.antaranews.com/berita/426465/bppt-telah-tabur-869-ton-garam-untuk-hujan-buatan
diakses pada 29 Maret 2014, pukul 10:11), tercatat pesawat-pesawat yang
bertugas menabur garam di awan telah terbang sebanyak 38 kali. Penyemaian
dilakukan pada kawasan yang terdapat awan dengan pertumbuhan paling baik, diharapkan
ini mampu memadamkan titik-titik kebakaran lahan di Riau.
Titik api pada 14 Maret 2014 Sumber: www.sains.kompas.com |
Pasca
kedatangan SBY ke Riau (16 Maret 2014), perubahan signifikan terjadi. Titik-titik api itu padam. Pada berita berjudul Berkat Hujan Buatan, Asap Di Riau 'Berkurang' (sumber: http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/03/140317_asap_hilang.shtml
diakses pada 29 Maret 2014 pukul 10:29) disebutkan, berdasarkan pantauan satelit, tidak
ada lagi titik api yang terdeteksi di Riau.
Sebelumnya,
Global Forest Watch, dalam kurun waktu 20 Februari – 11 Maret 2014 menemukan
3.101 titik api di sepanjang Sumatera. Jumlah itu melebihi periode 13 Juni
hingga 30 Juni 2013 lalu (2.643 titik api). Global Forest Watch adalah sebuah
proyek yang digelar oleh World Resources Institute (WRI) dalam memetakan lokasi
titik api di Riau dengan bantuan Active Fire Data milik Badan Penerbangan dan
Antariksa Amerika Serikat (sumber: Di Mana Titik Api Penyebab Kabut Asap Riau
Terkonsentrasi? Pada alamat http://sains.kompas.com/read/2014/03/14/2146228/Di.Mana.Titik.Api.Penyebab.Kabut.Asap.Riau.Terkonsentrasi.
, diakses tanggal 29 Maret 2014 pukul 10:35).
Secercah
harapan muncul. Walau terlambat, upaya penegakan hukum bagi pelaku pembakaran
hutan mulai serius dilakukan oleh pihak yang berwenang. Masyarakat mulai
bernapas lega.
Tolong … Asap Menyerang Lagi!!!
Titik api, berita ini tayang 25 Maret 2014 Sumber: www.m.riaupos.co |
Tapi
… tadi malam sewaktu saya sharing
berita-berita tentang asap Riau di facebook, seorang kawan yang tinggal di Rumbai,
Pekanbaru mengatakan, “Pagi ini di Rumbai ada kabut asap lagi.”
Sayang
sungguh sayang, titik api kembali bermunculan padahal hingga hari ini sudah ada
102 orang ditetapkan sebagai tersangka pembakaran hutan. Jangankan jera, para pelaku penebangan hutan itu sepertinya tak takut dengan sanksi hukum. Apa yang memuat mereka sedemikian beraninya?
Berita terbaru berjudul Tersangka Sudah 102 Orang, Titik Api Tambah
Terus menyampaikan, satelit mendeteksi telah terbentuk 777 titik api di
Riau pasca upaya pemadaman dengan hujan buatan (sumber: http://www.jpnn.com/read/2014/03/29/225025/Tersangka-Sudah-102-Orang,-Titik-Api-Tambah-Terus-#,
diakses pada 29 Maret 2014 pukul 10:43).
Padahal
saat ini Polda Riau tengah menangani 60 kasus pembakaran dengan total 102
tersangka perorangan dan satu korporasi (PT National Sago Prima). Dari 60
kasus, separuh di antaranya masih dalam tahap penyidikan. Dua belas kasus sudah
masuk penyerahan tahap I ke Kejaksaan dan18 kasus dinyatakan P-21 atau
sempurna. Dari 18 kasus itu, 8 di antaranya sudah dalam tahap penyerahan
tersangka dan barang bukti.
Sebuah
artikel yang bersumber dari http://news.liputan6.com/read/2029270/777-titik-api-kepung-riau-jarak-pandang-2-km-di-pekanbaru
(diakses pada 29 Maret 2014, pukul 10:51) mengatakan:
Daerah yang paling banyak titik apinya, imbuh Robert,
masih Kabupaten Bengkalis yaitu 310 titik. Kemudian disusul Rokan Hilir
sebanyak 103 titik, Siak 99 titik, Kota Dumai 95 titik, Indragiri Hilir 50
titik, Pelalawan 44 titik, Indragiri Hulu 41 titik, dan Kepulauan Meranti 35
titik.
Upaya
penegakan hukum tengah digalakkan tapi titik api cenderung meningkat lagi. Miris
sekali membaca hal ini.
Kabut asap di Pekanbaru, berita 28 Maret 2014 Sumber: http://news.liputan6.com/ |
Pelajaran Berharga
Peristiwa
besar yang terjadi seperti rutinitas ini mengajarkan kita pelajaran besar, bahwa kita sangat membutuhkan lingkungan
yang alami. Kita sangat membutuhkan hutan.
Betapa
keserekahan sebagian (kecil) orang sudah
merusak kehidupan 7 juta warga Riau (berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010, penduduk Riau 5.538.367 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 3,59
persen per tahun. Sumber: artikel Riau Peringkat 10 Penduduk Terbanyak
Indonesia, http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/01/29/n05z9c-riau-peringkat-10-penduduk-terbanyak-indonesia,
diakses pada 29 Maret 2014 pukul 10:58).
Bencana
asap ini bahkan sudah merugikan warga pulau/provinsi/negara tetangga. Berbahayanya
lagi, bakal merusak kehidupan anak-cucu kita kelak karena bencana ini bukan hanya berupa kesulitan bernapas karena kualitas udara buruk tapi makin meningkatkan perubahan iklim yang akan mengundang bencana yang lebih besar lagi.
Keseriusan pemerintah
menangani masalah ini benar-benar tertantang. Kita sebagai warga hanya bisa
membantu sebisanya, dengan do’a, masker, dan partisipasi di dunia maya, seperti
dengan turut menyebarluaskan informasi mengenai bencana asap dan
menandatangani/mendukung petisi dan gerakan #melawanasap yang digagas
saudara-saudara kita di Riau.
Sebagai
blogger, saya mengungkapkan keprihatinan saya melalui tulisan ini. Sebelumnya, saya sudah memasang foto sampul gerakan #melawanasap, sudah menyebar informasi-informasi terkait gerakan #melawanasap. Tulisan ini juga merupakan wujud kecintaan saya pada Riau, di mana saya pernah
menetap selama 2,5 tahun lebih dan daerah yang banyak meninggalkan kenangan
manis bagi saya.
Tulisan
ini juga merupakan pesan kepada anak cucu saya agar:
- Bijak dalam mengelola alam. Manfaatkan alam untuk kemaslahatan bersama.
- Bijak memilih pemimpin. Pilihlah orang yang amanah, yang bisa membawa kepada kebaikan dan cepat bertindak dalam mengatasi bencana.
- Bijak bersikap baik sebagai warga biasa maupun bila ditakdirkan sebagai pemimpin.
- Bijak dalam berbuat karena apa yang kalian tanam kelak itu pula yang akan kalian tuai.
Mari
belajar dari kasus besar ini tanpa perlu mengalaminya. Saudara-saudara kita di
Riau sudah cukup menelan semua ini, jangan sampai hal ini merembet ke
daerah-daerah lain. Jangan sampai merusak lebih banyak lahan dan lebih banyak orang lagi. Mari #melawanasap!
Makassar, 29 Maret 2014
Catatan:
Bila berminat, silakan baca tulisan yang berisi kenangan-kenangan manis saya selama tinggal di Riau di sini, di sana, di situ, di sini lagi, dan di situ lagi.
Bagi
yang ingin berpartisipasi membantu saudara-saudara kita di Riau, bisa mendukung melalui keempat poin ini (mengingat
saat ini kita bisa turut berpartisipasi melalui dunia maya untuk sebuah
perbaikan di dunia nyata) :
- Petisi berjudul: Mempetisi Susilo Bambang Yudhoyono Cabut izin perusahaan pembakar hutan di Riau! di link: http://www.change.org/id/petisi/pak-sbyudhoyono-cabut-izin-perusahaan-pembakar-hutan-di-riau
- Like fan page Melawan Asap di link: https://www.facebook.com/melawanasap?ref=ts&fref=ts, Anda bisa ikuti dan sebarkan beritanya.
- Follow akun twitter @melawanasap, Anda bisa meretweet informasi di sana dengan menggunakan hash tag #melawanasap atau #PrayforRiau.
- Blogger bisa menuliskannya ke blog mereka, untuk dijadikan peringatan bagi anak cucu di masa mendatang dan dibagikan kepada masyarakat luas.
Share :
Semoga hal ini tidak akan pernah terulang kembali di tahun mendatang.
ReplyDeleteSalam
Semoga ... aamiin
DeleteWaktu masih tinggal di Jambi, pernah hampir kena musibah gara2 kabut asap. Waktu itu rumah kebetulan berada di pinggir sungai. Pagi2 sebelum berangkat sekolah, di sungai belakang rumah terdengar ada suara kapal (pompong ukuran besar), sementara jarak pandang kurang lebih hanya 10meter, Terdengar orang di kapal teriak, sy di belakang rumah juga ikutan teriak. Tidak lama kemudian muncul sebuah kapal yang mengarah ke rumah, sy teriak dan nakhodanya banting setir ke kiri dan menghantam rumah tetangga, hanya 2 meter dari rumah. Drum bekas berhamburan ke sungai. Ini kejadiannya waktu sy masih SMP, mungkin tahun 1997 karena seingatku kabut asapnya memang sangat tebal.
ReplyDeleteNah tahun 2009 kemarin sempat liburan ke Pekanbaru. Lebih sebulan tinggal di rumah kakak di Panam. Sempat merasakan kabut asap dan gempa padang di pekanbaru. Tiap pagi mengantar ponakan ke sekolah, kabut asap jelas terasa walaupun tidak terlalu tebal. Di perempatan arengka (depan Mal SKA) patungnya dipasangi masker sama orang iseng :)) dan ada spanduk tulisan "Siang Kabut Asap Kalau Malam Mati Lampu". Kebetulan waktu itu masih musim pemadaman bergilir. 3 jam nyala, 3 jam mati lampu :))
Mudah2an kabut asap tahun2 berikutnya bisa berkurang dan hilang sama sekali
Waduh, pengalaman ta' seram sekali ya. Gara2 kabut asap, rumah hampir ditabrak kapal tapi rumah tetangga yang tertabrak. Iya ya kemungkinan tahun 1997 itu asapnya.
DeletePernah baca status FB teman yang tinggal di Pekanbaru, pemadaman lampunya sampe baru2 ini (kalo bukan awal bulan ini, akhir tahun lalu), masih sering dapat :)
Iya, mudah2an bencana ini cepat berakhir ... terimakasih sharingnya kk Anbhar ^__^
saya juga sering mendapat kabar dari keluarga di Batam, asap kiriman dari Riau sangat mengganggu aktivitas warga. apalagi sejak kebakaran hutan sampai sekarang, Batam hampir tidak hujan, kekeringan dan kekurangan air di daerah2 terpencil semakin menyusahkan. tapi tidak ada tindakan serius dari pemerintah setempat.
ReplyDeletePerubahan iklim. Menyedihkan ya. -_-
DeleteMesti izin PT yg membakar hutan trsbt dicabut nih? =D
ReplyDeleteMereka Pembakar&Pembabat yg disertai intervensi Oknum Penegak yg Buruk.
Hak Masyarakat Riau diambil.. :'(
Harusnya begitu ya, sekian tahun merugikan masyarakat :|
Delete