Tulisan ini merupakan
kelanjutan dari tulisan
sebelumnya
Perjalanan
lancar. Sayangnya tak setiap hari seperti ini. Bila lalu-lintas macet, busway
ikut pula terjebak macet. Dapat dimaklumi karena jalurnya belum eksklusif.
Hanya sekadar berupa garis pembeda di atas jalan yang masih bebas dilalui
kendaraan apa saja.
Dari
Mal Panakukang, bis menyusuri Jalan Boulevard, bergerak ke arah barat lalu
berbelok ke arah kanan di Jalan A. P. Pettarani, terus ke utara kemudian belok
kiri di Jalan Urip Sumoharjo.
Bis
bergerak lurus ke arah barat, menuju Jalan Gunung Bawakaraeng ke Jalan Jenderal
Sudirman. Kata pak Arifuddin, ada perhentian di RS Pelamonia dan Lapangan
Hasanuddin. Tapi bis
tak berhenti karena tak ada siapa pun yang menunggu di sana.
Sajian dari DVD player |
Bergerak
lurus ke arah selatan, bis menyusuri Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan Sam Ratulangi.
Bis memperlambat lajunya tepat di depan Mal Ratu Indah, menuju perhentian di
dekat persimpangan yang tembus ke Jalan Amirullah.
Dalam
rute panjang dari Mal Panakukang hingga Mal Ratu Indah ini hanya ada 2
perhentian. Sayang sekali, masyarakat yang mau naik di antara rute itu tak bisa
naik di luar perhentian di R. S. Pelamonia, Lapangan Hasanuddin, dan Mal Ratu
Indah.
Terlebih
lagi dalam rute Mal Ratu Indah – Mal GTC, sama sekali tak ada perhentian di
antaranya. Jadi masyarakat yang tinggal di antara rute itu tak bisa naik.
Dahulu
ada bis Damri dan bis tingkat yang beroperasi di kota ini. Sayangnya tak ada
lagi yang beroperasi. “Jejak” peninggalannya masih tersebar di seantero kota
berupa halte-halte bis yang tak berfungsi lagi. Ah, andaikan bisa dimanfaatkan kembali …
Masjid Amirul Mukminin, dari balik jendela busway |
Lagu-lagu
Noah masih menemani kami dalam perjalanan menyusuri Jalan Kakatua hingga Jalan
Rajawali. Tujuan berikutnya adalah Mal GTC di Tanjung Bunga. Di sini ada halte
yang khusus disediakan untuk BRT Mamminasata, di salah satu sisi mal. Bis
parkir di depan halte. Pak Arifuddin dan pak Hajar turun, untuk kemudian
beristirahat di bangku-bangku kayu di dalam halte.
Di
Mal GTC inilah sebenarnya yang merupakan titik awal jalur ini. Setiap harinya
pak Arifuddin dan pak Hajar bolak-balik menyusuri jalur Mal GTC – Karebosi Link
– Mal Panakukang – Mal Ratu Indah – Mal GTC sebanyak 8 kali, mulai pukul 9 pagi
hingga malam hari.
Beristirahat di halte GTC |
Kebanyakan
penumpang yang juga merupakan bagian dari rombongan tur turun untuk melemaskan
persendian. Tak terasa sudah satu setengah jam lebih kami menikmati pemandangan
Makassar dari balik jendela bis. Setelah ngetem
sekitar 20 menit, bis yang kami tumpangi bergerak, kembali menuju halte
Losari, tempat semula kami naik tadi.
Dengan
waktu 19 menit dari Mal GTC, melalui Trans Studio, halte Losari dapat dicapai.
Dalam rute pendek itu, pak Arifuddin menagih biaya perjalanan. Masing-masing
penumpang harus membayar sebesar Rp. 12.000 karena perjalanan keliling kota
yang kami lakukan ini meliputi 3 rute: halte Losari – Mal Panakukang, Mal
Panakukang – Mal Ratu Indah, dan Mal Ratu Indah – Mal GTC.
Halte GTC, nyaman juga |
Dengan
demikian saya harus membayar sebesar Rp. 36.000 untuk saya, Affiq, dan Athifah.
Selembar pecahan lima puluh ribu rupiah saya berikan kepada pak Arifuddin. Sebagai
tukarannya, ia memberikan sejumlah karcis kepada saya. Saya menghitung
lembaran-lembaran berwarna hijau muda di tangan saya. Eh, koq cuma lima lembar? Hm, sepertinya pak Arifuddin salah hitung.
Jam
digital di depan penumpang menunjukkan angka 12.42 ketika bis berhenti tepat di
depan halte Pualam. Sebelum turun, saya mendekati pak Arifuddin untuk menagih
kekurangan karcis yang saya terima.
Ngetem di halte Mal GTC |
9 lembar karcis |
Sebagai
penumpang yang baik, adalah sebuah kelayakan bila saya untuk meminta
lembaran-lembaran karcis yang merupakan hak saya karena telah memberikan
sejumlah uang sebagai hak pemerintah, dalam hal ini Perum Damri. Lembaran-lembaran
itu bukan sekadar kertas. Lembaran-lembaran itu merupakan bukti bahwa saya
telah memberikan kewajiban saya: membayar tarif yang sudah ditentukan untuk
perjalanan ini.
Wi Fi-nya tidak aktif? |
Mengelilingi
kota dalam waktu 2 jam 13 menit dengan tarif Rp. 12.000 murah juga dibandingkan
bila menempuh rute yang sama dengan berganti-ganti angkutan kota. Anak-anak
saya pun menikmati perjalanan ini. Sepanjang usia moda transportasi ini yang
baru 20 hari, hal ini merupakan sebuah pengalaman berharga yang bisa mereka
kenang dan bagikan kepada teman-teman mereka di sekolah.
Makassar, 11 April 2014
Selesai
Share :
Bus way di sana seperti itu ya Mba, lain ya dengan bus way di Jakarta. Minimal nanti kalau main ke sana sudah tahu bus waynya seperti apa. trims sudah sharing mba.
ReplyDeleteSalam
Ini masih masa uji coba juga mas Indra. Entahlah kalo nanti berubah lagi sistemnya :)
Deletekelemahan BRT tidak bisa mengakomidir penumpang di sepanjang jalan tapi sbnrnya mendorong budaya jln kaki ;)
ReplyDeleteAha benar juga tuh ya Mak :)
Deletemurah meriah tapi menyenangkan :)
ReplyDeleteIya Mak :)
DeleteWuah busway nya keren
ReplyDeleteDi bandung belum ada busway nih mak :(
Mungkin karena memang dianggap belum perlu kali ya Mak. Kalo di sini, semua moda transportasi bis kota sudah mati sementara kota makin padat dan macet :)
Deletenamun bila semuanya sadar menggunakan sarana transportasi umum maka kacet akan dapat dihindari....
ReplyDelete:)
Tidak tau kenapa, saya kalau bepergian menggunakan bus itu terasa mual... Tapi memang bus yang saya tumpangi itu semacam bus umum di jakarta, ya jadilah penat. Dan salah satu penghilangnya adalah sight seeing through the window :)
ReplyDeletehalte GTC langsung terhubung ke mal ya..?
ReplyDeletememudahksn banget ...
semoga BRT diterima masyarakat
model transportasi spt ini bakal memudahkan wisatawan deh..
ReplyDeleteaku lebih berani nyoba bis model ini di tempat baru dibandingkan dgn angkutan kota
hehe sepertinya busway disana lebih baik daripada di Jakarta ya kak?
ReplyDeleteBusway untuk keliling kota Maassar seperti ini, apalagi berhenti di mall, mmudahkan sekali untuk pendatang ataupun wisatawan ya mba.
ReplyDeleteAku yang pernah nyoba itu TransJakarta. TransJogja & TransMetro Pekanbaru belum pernah heheheeee Asik juga kalau kota2 besar punya bus yang nyaman
ReplyDeletemenyenangkan... belum pernah naik bus way hehe
ReplyDeleteMudah2an suatu saat nanti bisa menikmati busway sebagai warga Makassar kak.. Mumpung busway-nya masih baru beroperasi ^_^
ReplyDeletebuswaynya beda ya mbak dengan di Jakarta
ReplyDeleteThank you for the auspicious writeup. It in reality used to be a amusement
ReplyDeleteaccount it. Look advanced to more added agreeable from you!
By the way, how could we be in contact?
We can connect by email
Delete