Dalam tulisan yang dimuat di Harian
Fajar pada Hari Kartini ini, saya menulis
tentang Kartini, tentang Colli' Pujie - pahlawan aksara Bugis, tentang makna
menulis bagi perempuan, juga memperkenalkan KEB dan IIDN. Mudah-mudahan makin
membuka mata perempuan Sulawesi Selatan tentang menulis.
Untuk semua perempuan
Indonesia ... Selamat Hari Kartini.
Menulis
membuat Kartini abadi. Perempuan Jawa penggemar membaca ini menuangkan kritik
dan pandangan-pandangannya tentang kesetaraan gender, sosial, budaya, agama,
bahkan korupsi
melalui surat-surat kepada kawan-kawannya di Eropa.
Tuan
J.H. Abendanon menyusun surat-surat Kartini. Ia membukukannya ke dalam bahasa
Belanda pada tahun 1911, tujuh tahun setelah Kartini wafat pada usia 25 tahun.
Buku itu terbit dengan judul Door
Duisternis tot Licht yang berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Buah pikiran Kartini itu kemudian mengubah pandangan masyarakat Belanda
terhadap perempuan pribumi di Jawa di masa itu.
Buku
itu kemudian diterbitkan ke dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran,
yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara, pada tahun 1922. Pada tahun 1938, diterbitkan Habis Gelap Terbitlah Terang versi
Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru. Setelah itu diterbitkan buku-buku
lain tentang Kartini yang dicetak hingga berkali-kali.
Saat ini semangat Kartini tetap abadi, diperingati
setiap tahunnya di negeri ini. Diperingati di sekolah-sekolah. Ditulis kembali oleh
media cetak dan elektronik. Juga dibahas di media-media online. Kisah tentang Kartini tak pernah mati karena terus
tereproduksi dalam berbagai bentuk.
Saking
populernya Kartini, masih banyak masyarakat Sulawesi Selatan yang tak mengenal
Colli’ Pujie yang diperkirakan lahir pada tahun 1812. Perempuan bernama lengkap
Retna Kencana Colli’ Pujie Arung Pancana Toa Matinroe Ri Tucae ini merupakan
penyusun naskah La Galigo. La Galigo adalah epik mitos penciptaan berdasarkan
peradaban Bugis. Ditulis antara abad ke-13 - ke-15 dalam bentuk puisi bahasa
Bugis kuno, dalam huruf Lontara’ kuno.
La
Galigo adalah karya sastra terpanjang dan terbesar di dunia. Panjang barisnya melebihi
300.000, melampaui epos Mahabharata yang jumlah barisnya 160.000 – 200.000. Dua
belas jilid naskah La Galigo kini berada di perpustakaan Universitas Leiden,
Belanda.
Pasca
mangkatnya sang suami, tahun 1852, Colli’ Pujie kembali ke Tanete dan tinggal
bersama ayahnya di istana raja Tanete. Ia banyak menghabiskan waktu di perpustakaan
kerajaan sebagai penulis pribadi ayahnya sekaligus penulis kerajaan. Colli’
Pujie menuliskan banyak hasil pembelajarannya dan menyimpannya sebagai koleksi
perpustakaan bersama dengan berbagai pengetahuan lain tentang silsilah
raja-raja, sejarah kerajaan, sastra, dan ramalan yang diwariskan turun-temurun.
Dr.
B. F. Matthes, seorang misionaris dari
Belanda yang ditugaskan untuk mempelajari bahasa-bahasa asli Sulawesi Selatan
dan menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Bugis-Makassar dan para peneliti lain
dari Eropa menjadikan Colli’ Pujie sebagai narasumber utama penelitiannya,
terutama pada penyalinan naskah La Galigo karena keahliannya.
Ketika
perpustakaan kerajaan Tanete terbakar dan banyak naskah hancur, Colli’ Pujie
dengan ulet mengumpulkannya kembali berdasarkan ingatannya dan ingatan
orang-orang yang masih mengetahuinya. Ia bahkan menyalin kembali naskah-naskah
yang masih disimpan masyarakat, juga mengumpulkan, menyalin ulang, dan menyadur
berbagai naskah, baik dari Persia dan Melayu.
Uniknya,
Colli’ Pujie menciptakan aksara Lontara’ Bilang-Bilang.
Aksara ini digunakannya untuk menulis semacam catatan harian seputar pengalaman
hidup, terutama pergolakan batin yang dialaminya. Lontara’ Bilang, menunjukkan
ketinggian cita rasa bahasa yang sangat tinggi melalui syair-syair pendek dengan
menggunakan simbol-simbol unik seperti nama tempat dan tumbuhan.
Zaman
sekarang, banyak perempuan menyadari perlunya menulis untuk keabadian. Tak
mengejar dikenang bangsa, cukup agar dikenang anak-cucu. Setiap hari selalu
saja ada anggota baru di Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB) dan Ibu-Ibu Doyan
Nulis (IIDN). Dengan anggota sebanyak 1.500-an dan 13.000-an, KEB dan IIDN
makin eksis mewadahi para perempuan yang suka menulis.
Karya
mereka diukir ke dalam buku-buku yang terbit, juga berbagai media cetak,
elektronik, dan online. Blog menjadi
salah satu pilihan mereka untuk menulis, menjadi prasasti sejarah yang kelak
bisa diakses anak-cucu.
Kebiasaan
menulis membangun semangat belajar dan berbagi yang tinggi sehingga berbagai
pengetahuan diperoleh. Dengan demikian pemberdayaan diri meningkat karena
pengetahuan yang terus dicari membuat mereka menjadi perempuan yang makin
matang dalam mendidik generasi penerus. Manfaat ilmu yang diperoleh menjadi
nyata, walau tidak melalui media cetak/elektronik/online yang resmi.
Semakin
banyak yang mereka serap, menjadi semakin banyak pula yang mereka berikan
melalui tulisan. Secara tak sadar mereka juga turut mencerdaskan kaumnya dan
generasi penerus melalui tulisan-tulisan khas yang memancarkan jiwa keibuan dan
feminin mereka.
Bila
di masa Colli’ Pujie dan Kartini sudah ada blog, tentunya mereka pun akan
memilih menggunakannya karena daya jangkaunya yang amat luas. Bila sekarang
sulit menemukan versi ceta karya-karya mereka, kita bisa menemukannya di dunia
maya.
Perempuan
sekarang bisa jauh lebih berdaya daripada keduanya. Kemajuan teknologi
memungkinkan segalanya. Perempuan sekarang bisa menuliskan sendiri sejarah
mereka untuk keabadian, dikenang di dunia dan memperoleh amal jariyah di
akhirat.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
http://id.wikipedia.org/wiki/La_galigo
Share :
Saya salah satu yg blm mengenal Colli' Pujie.. *maluuu
ReplyDeleteMakasih kak Niar sdh berbagi..
Saya pun tidak akan tahu jika tidak sengaja menemukannya di koran mama Wilda :)
DeleteUntungnya saya kemudian menemukan buku Lontara' Bilang di taman bacaan di dekat rumah :)
Tidak menyangka sy tersesat di blog perempuan hebat dg artikelnya yg dimuat media c3tak.
ReplyDeleteWah terima kash sudah tersesat ke mari :)
DeleteSaya perempuan biasa yang suka menulis saja koq :)
beruntung kita sbg perempuan masa kini yg diberi kemudahan berbagai teknologi ya mak..tp sayang msh banyak yang belum memanfaatkannya secara maksimal...
ReplyDeleteIya Mak .. beruntung .. walau dari dalam rumah kita bisa "ke mana-mana" :)
DeleteBetul skali mba 💕💕💕
DeleteAh... tulisan Mak Niar memang selalu menginsprasi. Keren, Mak. TFS...
ReplyDeleteAih mak Nia bisa saja ^^ makasih ya Mak
DeleteSemoga kita perempuan Indonesia khususnya Blogger Perempuan bisa mewujudkan impian Kartini, mengenalkan Indonesia ke seluruh belahan dunia tanpa batas dengan media yang telah semakin canggih ini....:)
ReplyDeleteAamiin semoga :)
DeleteEh ternyata ada sosok wanita inspiratif lagi.
ReplyDeleteAh aku terlalu suka dengan bangsa ini yang mempunyai banyak sekali pejuang wanita. :)
Alhamdulillah
DeleteBaru skrg saya tahu ttg Colli' Puji. Semoga semakin bnyk wanita2 Indonesia yg menginspirasi
ReplyDeleteAamiin semoga :)
Deletekeren mak.. artikelnya bikin smangat nulis..
ReplyDeletesaya jg br tau tentang colli pujie :D
Yuk semangat :)
DeleteSaya jadi kepengen banget membaca buku Lontara' Bilang, Mbak...
ReplyDeleteMenakjubkan, mas Azzet
Deletenice,, artikel yang bermanfaat. sangat memotifasi. terimakasih artikelnya.
ReplyDeletesukses terus .
Terima kasih sudah mampir :)
DeleteWsh maluu aku belum kenal Colie pujie,hebat sekali ternyata ya.harusnya naskah beliau kita menghargai,kita yg menyimpan.knp bangsa lain justru lebuh menghargai ya? :(
ReplyDeleteTulisan mbak niar bikin aku semangat nulis,moga2 begitu jg dgn emak lainnya..yuk kita mengukir sejarah dgn tulisan..thanks mbak ;)