Sinopsis
Mayor Mochammad Sroedji Sumber: novel Sang Patriot |
Cinta
pada pandangan pertama telah melabuhkan hati Rukmini pada Sroedji. Keromantisan
Sroedji yang kemudian menikahinya tak pernah lekang oleh zaman meski mereka
akhirnya berpisah alam. Rukmini begitu memuja suaminya. Baginya: pasangan suami-istri merupakan dua orang
dalam satu jiwa. Perpisahan karena kematian hanyalah bersifat sementara. Suatu
saat, suami-istri yang saling setia akan berkumpul lagi di surga (halaman
ix).
Begitu
pun paras ayu dan kecerdasan Rukmini, meramu cinta yang tumbuh di hati Sroedji,
mengantarkannya melalui berbagai tahapan perjuangan, menjadi pemimpin yang
disegani kawan ditakuti lawan, hingga gugur sebagai syuhada. Sroedji yang
kharismatik itu adalah pribadi yang hangat dan amat mencintai keluarganya dan karena
itulah ia gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia agar anak-anaknya bisa
hidup merdeka.
Sekaligus
ia mampu membuktikan bahwa ia sanggup mengalahkan egonya sendiri seperti
pesannya kepada seorang kawan: perang
terbesar bukanlah melawan musuh, Mur. Perang paling besar adalah perang melawan
diri kita sendiri. Kita harus punya satu tekad baja. Kita harus kalahkan dulu
diri kita, baru bisa mengalahkan musuh (halaman 57).
Drama
perjuangan ada dalam babak-babak kehidupan Sroedji dan Rukmini beserta
anak-anak mereka. Sembunyi, mengungsi, gerilya, kekurangan harta, serta
mengobarkan dan menularkan semangat juang adalah keseharian mereka. Terlihat
jelas kepiawaian Sroedji dalam memainkan perannya dengan bijak sebagai anak, pemimpin
para pejuang, kawan, ayah, dan suami.
Kisah
mengapa Belanda berhasil menemukan tempat persembunyian Sroedji dan para
gerilyawan, kisah gerbong pencabut nyawa, keteguhan Rukmini menjaga diri dari
gangguan lelaki iseng selama ditinggal berjuang oleh suaminya, kepemimpinan
Sroedji yang merakyat, bocah yang ingin sekali makan nasi putih, dan
kisah-kisah menarik lainnya sungguh membuat sejarah yang tercatat dalam novel
beralur maju-mundur ini begitu dinamis dan manis karena tak sekadar tampil
sebagai kronologi, angka, dan data.
Dengan
penokohan yang berkarakter, latar tempat di beberapa wilayah Jawa Timur, dan latar
perisitiwa perjuangan kemerdekaan melawan penjajah Jepang dan Belanda, novel
ini merupakan bacaan yang amat direkomendasikan kepada siapa saja yang mengaku
cinta Indonesia. Agar kecintaan itu menyerap aneka makna dalam pelajaran hidup
para tokoh dan penulisnya yang pernah bertemu langsung dengan Rukmini – sang
nenek.
Sumber: letkolmochsroedji.org |
Tak
sia-sia usaha keras penulis dalam melakukan riset panjang sebelum menulis novel
ini. Penulis yang juga seorang notaris ini berhasil menyajikan novel berkualitas.
Membacanya menjadi kegiatan yang sangat menarik karena sejarah tak tersaji
secara kaku. Sehingga jelas, mudah sekali mengumpulkan poin-poin keunggulan novel
ini:
- Fakta sejarah disajikan amat mendetail, contohnya sejarah kota Kediri (halaman 11), sejarah penamaan dan penggolongan sekolah pada zaman Belanda (halaman 10), sejarah kekuasaan Jepang pada Perang Dunia ke-2 (halaman 38), sejarah pendirian PETA bahkan sampai nomor dekritnya (halaman 50), dan sejarah ketentaraan di Indonesia.
- Pembangunan karakter orang-orang di sekitar Sroedji dan Rukmini mampu membuat pesan-pesan yang disampaikan menjadi begitu natural, tidak dibuat-buat serta mampu membuat imajinasi “kolosal” dalam buku ini terasa. Sangatlah direkomendasikan bila ada yang mencoba “memindahkannya” ke film layar lebar.
- Usaha keras penulis dalam mendeskripsikan cuaca/suasana patut diacungi jempol. Pasti tak mudah bagi penulis yang sudah menerbitkan 7 buku mengenai info praktis seputar hukum bisnis, kenotariatan, pertanahan dan syariah ini menulis novel karena gaya bahasanya yang jauh berbeda. Simak saja pendeskripsian berikut: Hujan sudah mereda dari satu jam lalu, meninggalkan suasana sejuk alam sekitar. Kodok riuh memperdengarkan nyanyian, saling bersahutan seolah merayakan pesta kemenangan. Anak jangkrik dan induknya tak kalah seru menimpali senja yang syahdu. Angin yang kejar-mengejar dan menderu sejak siang, kini bertiup semilir. Bulan pun muncul malu-malu, menggantikan tugas mentari yang undur diri (halaman 104).
- Penulisan yang sepenuh hati, membuat pembacanya mampu merasakan dengan nyata setiap adegan yang tersaji dalam novel ini. Ada perasaan berbunga-bunga, rindu, cinta, kasih sayang, cinta tanah air, marah, tegang, kagum, dikhianati, menggelora, bangga, dan mengharu biru yang menguar selama membacanya..
- Melalui sosok Sroedji, terbaca karakter pemimpin kharismatik befirasat tajam yang harus dimiliki siapa pun yang ingin berhasil dalam kehidupan. Bagaimana caranya memperlakukan istri dan anak-anaknya, bagaimana ia memperlakukan anak buah dan rakyat sipil yang berada di bawah perlindungannya selama dalam perjalanan gerilya, bagaimana ia mengekspresikan rasa cintanya kepada tanah air, dan filosofi hidupnya amat bermanfaat untuk diserap. Membaca kisahnya menunjukkan kepada kita, betapa pantasnya ia dinyatakan sebagai pahlawan yang kemudian mematri namanya sebagai nama-nama jalan di beberapa kota di Jawa Timur.
- Ketegangan yang luar biasa tersaji dalam beberapa adegan dalam novel ini. Kekejaman dan kekejian penjajah dan lika-liku perjalanan gerilya dalam menembus belantara, mendaki bukit, dan menyeberang sungai sepanjang ratusan kilo meter mengingatkan kita kepada pelajaran sejarah di masa sekolah dulu. Sekaligus menyadarkan kita untuk benar-benar menghargai hidup dengan tak ongkang-ongkang kaki karena perjuangan para patriot bangsa itu amat berat dan mereka rela mempertaruhkan nyawa agar anak-cucunya bisa menghirup atmosfer kemerdekaan. Kemerdekaan harus diisi dengan hal-hal yang positif agar perjuangan mereka tak sia-sia.
- Novel ini bercita rasa 3 jenis: sejarah, romance, dan thriller! Riset sejarah yang apik berpadu dengan romansa Sroedji – Rukmini, berbaur memukau dengan ketegangan kisah perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan (dari penjajah Jepang dan Belanda). Penulis mampu meramu berbagai elemen kisah dengan begitu menawan.
- Penggambaran adegan demi adegan dalam novel ini cukup detil, termasuk adegan peperangan, contohnya pada halaman 102, saat Belanda melancarkan serangan hebat ke Penanggal dan Wingate Action (mengubah kesatuan-kesatuan untuk membentuk pertahanan linier. Strategi ini dijalankan karena Belanda mengkhianati perjanjian Renville), pada halaman 155. Pembaca bisa merasakan semangat heroik para pejuang di dalamnya.
- Membaca ketegangan demi ketegangan dalam novel ini melarutkan imajinasi ke masa lalu. Penulis berhasil menghadirkan rasa mencekam yang teramat sangat ke dalam novel Sang Patriot. Misalnya saat tentara Belanda menggeledah rumah Sroedji di saat ia sedang bergerilya (halaman 179), Belanda melakukannya sebagai teror kepada para pejuang dan keluarganya. Atau ketika pasukan Sroedji harus menghadapi gempuran demi gempuran yang dilancarkan Belanda sementara fisik dan mental dalam keadaan lelah (salah satunya bisa dibaca di halaman 208).
- Novel ini tersusun oleh kalimat-kalimat yang mengalir, enak dibaca, cocok dibaca oleh semua golongan usia. Adanya percakapan dalam bahasa Jepang dan bahasa Belanda memperkaya novel yang tak lama lagi akan diterbitkan versi komiknya ini.
Pasangan Rukmini - Sroedji dan anak pertama mereka, Sucahyo Sroedji Sumber: novel Sang Patriot |
- Ada beberapa percakapan dalam bahasa Jawa tidak disertai terjemahan sehingga menyulitkan pembaca yang bukan orang Jawa dalam membacanya. Jika seandainya novel ini dicetak ulang, sebaiknya disertai dengan terjemahan.
- Ada sedikit kesalahan ketik, seperti “tau” (seharusnya “tahu”, halaman 18) dan “di iringi” (seharusnya “diiringi”, halaman 18).
- Penulisan waktu pada halaman 3 tidak tepat. Kalimat Kampung Kauman, Gurah – Kediri, 1923, sebaiknya ditempatkan pada halaman 4, di atas paragraf yang berawalkan kalimat Legenda Calon Arang tak lekang oleh zaman. Begitu pun pada awal bab Jatuh Cinta (halaman 19), tak dituliskan keterangan waktunya sedangkan lompatan waktu dari akhir bab sebelumnya ke bab tersebut cukup jauh. Sebaiknya bila memungkinkan, jika seandainya novel ini dicetak ulang, hal ini diperbaiki.
- Pada kalimat Sroedji yang bekerja sebagai mantri malaria di jawatan Kesehatan, dan pengalamannya sebagai pimpinan … (halaman 49), penggunaan kata pimpinan tidaklah tepat. Yang tepat adalah “pemimpin”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemimpin berarti orang yang memimpin sedangkan pimpinan berarti hasil memimpin.
- Dicetak ulang.
- Dijadikan buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah karena mempelajari sejarah melalui novel itu sungguh menyenangkan dan tidak membosankan.
- Difilmkan, karena berdasarkan sejarah bangsa yang sudah dilakukan riset terhadapnya, novel ini ditulis dengan detail, penokohannya bagus dan kaya, serta sarat akan nilai-nilai kemanusiaan.
- Diterbitkan “sekuel” berikutnya yang mengisahkan tentang perjuangan Rukmini dalam melanjutkan kehidupannya setelah ditinggal sang suami. Sebagai sosok perempuan yang luar biasa, Rukmini layak menjadi teladan bagi perempuan-perempuan Indonesia dalam menyikapi berbagai persoalan di zaman ini. Perbedaan zaman tak menjadi masalah karena kuatnya karakter Rukmini masih sangat relevan untuk dibahas.
Akhir
kata, novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh segenap anak bangsa. Ditunggu
promo bukunya di Makassar J
Makassar, 11 Mei 2014
Artikel ini
disertakan dalam lomba review novel Sang Patriot
Keterangan
buku:
Judul
: Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis: Irma Devita
Penerbit:
Inti Dinamika Publisher
Tahun
Terbit: 2014 (Februari)
Tebal:
268 halaman
ISBN: 978-602-14969-0-9
Website
penulis: www.irmadevita.com
Share :
kereeen banget mak, novel ini patut diberi penghargaan di Hari Pahlawan nanti, semoga ... semoga beruntung ya mak :))
ReplyDeleteMudah2an ada award untuk novel ini, di Hari Kemerdekaan kalo perlu :)
DeleteWaah... detail banget....
ReplyDeleteAku kalo baca novel lebihi sering terbawa emosi hingga melewatkan kesalahan tulis dan detail seperti ini. :)
Ooh ini karena saya mencatatnya Mbak, karena sudah niat ikut lombanya jadi diusahakan dicatat detil yang terpikirkan saat membacanya :)
DeleteSaya langsung ikut casting jadi Kapten Sungkono, hah! Sukses ya Mbak.
ReplyDeleteWeh langsung casting jadi Mayor Sroedji saja mas, Sroedji kan yang pemeran utamanya. Kolonel Sungkono di sini cuma jadi pemeran pembantu :)
DeleteMak Mugniar...manteepppp....
ReplyDeleteDetail banget....jadi membuat penasaran pengen baca bukunya...
Sukses GA-nya Mak......
Salam dari Pekanbaru...:-)
Ayo beli Mak ... tidak rugi karena bermanfaat sekali dan anak2 bisa baca :)
Deleteterima kasih reviewnya mbak, aku cuma bisa baca reviewnya aja. Good luck ya
ReplyDeleteTerima kasih mbak Lid. Good luck juga buat mbak Lidya :)
Deleteblum baca bukunya.. jd penasaran, pasti keren banget..
ReplyDeletereviewnya mba niar jg mantep bgt :)
Beli deh .... gak rugi :)
DeleteBanyak yang review buku ini jadi pengen baca deh. Gak biasa dari buku yang biasa aku baca. Perjuangan tapi juga ada romantismenya. Makasih sharing review-nya, Mak. ^^
ReplyDeleteBenar, bukunya tidak biasa. "Hawa baru" yang keren :)
DeleteTernyata bunda ikutan juga... penasaran banget dengan buku ini...
ReplyDeleteKeren novelnya, Rahmah ... tidak rugi deh kalo beli
Delete*Psst kak Irma, saya bukan hanya peserta lomba review inih tapi jadi tim promo juga ;)*
review yang apik....., novel ini memang layak baca bagi kita semua,,,apalagi bagi generasi sekarang yg sudah terkontaminasi oleh sosok hero dari luar negri,,,sehingga melupakan para pejuang bangsa yang berkorban jiwa raga demi kemerdekaan negeri indonesia//
ReplyDeleteselamat berlomba..semoga menjadi salah satu yang terbaik...
keep happy blogging always...salam :-)
Benar .. benar .. benar .. semoga saja setelah ini banyak yang terinspirasi menulis novel sejarah dengan tokoh kakek/nenek/orang tuanya sendiri ya Pak supaya anak2 kita semakin kaya pengetahuannya tentang tokoh2 bangsa :)
Deleteyang ini mak keren plus bangets...
ReplyDeleteWaaah terima kasih mak keren, mbakyu Ida yang super keren :)
Deleteini top banget reviewnya....
ReplyDeletesuka deh sama tulisan2nya mamak niar..
sukses ya maakk :*
Waah terima kasih Bu Guru Kecil *kiss n hug* :*
Deletesip mak difilmkan...bisa banget :)
ReplyDeleteIya Mak... kalau difilmkan pastinya keren banget novel ini.
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya di acara Mbak Irma Devita ya Mbak Mugniar :)
ReplyDelete