Judul buku:
Petaka Umat Islam, Konspirasi Musuh Islam di Balik Kisah Irailiat
Petaka Umat Islam, Konspirasi Musuh Islam di Balik Kisah Irailiat
Penulis: Arif Maulana Akbar
Penerbit: Inti Medina
Tahun Terbit:
2009
Ukuran buku: 21 cm x 14 cm
Tebal: 104 halaman
ISBN: 978-979-072-001-5
Lafal isra’iliyyat
adalah bentuk jamak dari isra’iliyyah, yakni bentuk kata yang dinisbatkan pada
kata israil yang berasal dari bahasa Ibrani, isra berarti hamba dan il berarti
Tuhan. Jadi israil artinya adalah hamba Tuhan. Dalam perspektif historis israil
berkaitan erat dengan Nabi Ya’qub bin Ishaq a.s., yang memiliki keturunan
berjumlah dua belas, kemudian disebut Bani Israil
Secara istilah,
israiliat adalah kisah dan dongeng yang disusupkan dalam tafsir dan hadits yang
asal riwayatnya disandarkan atau bersumber dari orang Yahudi, Nasrani dan lainnya
atau cerita-cerita yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam
tafsir dan hadits, yang sama sekali tidak dijumpai dalam sumber-sumber yang
sahih. Masuknya israiliat dalam tafsir tidak terlepas dari kondisi
socio-cultural masyarakat Arab pada zaman jahiliah.
Adanya migrasi
besar-besaran orang Yahudi pada tahun 70 M ke Jazirah Arab karena ancaman dari
Romawi yang dipimpin Kaisar Titus menimbulkan kontak antara keduanya, ditambah
lagi kondisi orang Arab sendiri yang sering melakukan perjalanan dagang ke Syam
dan Yaman. Dan di Medinah sendiri banyak orang Yahudi yang bermukim di sana.
Keberadaan israiliat
dalam tafsir banyak memberikan pengaruh buruk, sikap teliti yang diperlihatkan
para sahabat dalam mentransfer israiliat tidak menjadi perhatian generasi
sesudahnya sehingga banyak israiliat yang mengandung kufarat dan bertentangan
dengan nash mewarnai kitab tafsir.
Penjelasan
yang dimuat pada halaman 37 sudah menjelaskan mengenai apa yang hendak
disampaikan oleh buku ini, yaitu agar umat Islam yang hidup di zaman sekarang
mewaspadai penafsiran yang bersumber dari israiliat.
Ijtihad
para ulama setelah zaman para sahabat Nabi ada
yang telah tercampur dengan israiliat karena ketika itu ada di antara
mereka yang bertanya kepada Ahli Kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) dalam
menafsirkan ayat Al-Qur’an. Ini mereka lakukan lantaran sebagian masalah dalam Al-Qur’an
memiliki persamaan dengan kitab suci mereka terutama tema-tema yang menyangkut
umat-umat terdahulu. Penafsiran ini terus berkembang dan kadang-kadang
melupakan bahwa kitab-kitab yang semula merupakan kitab-kitab samawi telah
mengalami perubahan berkali-kali sehingga menjadi berbeda jauh dengan aslinya.
Walau
beberapa pembahasan dalam buku ini berulang di berapa bagian, buku ini sangat
layak menjadi referensi umat Islam dalam mewaspadai penafsiran yang berdasarkan
pada kisah israiliat karena memuat sejarah perubahan kitab-kitab samawi selain
Al-Qur’an, proses masuk dan berkembangnya israiliat dalam tafsir Al-Qur’an, dan
pengaruh israiliat dalam penafsiran Al-Qur’an.
Penulis
juga memaparkan dalil-dalil yang sehubungan dengan hal ini, contohnya adalah
hadits-hadits berikut (halaman 7):
Sampaikanlah yang datang
dariku walaupun satu ayat, dan ceritakan (apa yang kamu dengar) tentang Bani
Israil yang hal itu tidak ada salahnya. Barangsiapa yang berdusta pad ayatku,
siap-siaplah untuk menempati tempatnya di neraka. (HR. Bukhari)
Janganlah kalian
percayai Ahli Kitab dan jangan pula kalian dustakan mereka. Berkatalah kalian, “Kami
beriman kepada Allah dan apapun yang diturunkannya.” (HR. Bukhari).
Tafsir
Al-Qur’an yang diwarnai israiliat kebanyakan tidak sejalan dengan ajaran Islam.
Menariknya, penulis memaparkan contoh-contohnya di dalam buku ini. Buku yang
ditulis oleh lulusan dari Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta yang banyak terlibat
dalam organisasi mahasiswa dan keagamaan semasa kuliahnya dulu ini layak dibaca
oleh siapa pun yang ingin mempelajari Islam lebih dalam namun sayangnya bukunya
sudah tak dijual lagi di toko buku.
Makassar, 24 Mei 2014
Tulisan
ini diikutkan Indiva Reading Challenge
Share :
Iya Pak Pakies, benar. Menarik mengorek2 hal2 yang tidak penting yang berupa cerita2 dan kita harus hati2
ReplyDelete