Tulisan ini merupakan
lanjutan dari tulisan berjudul
(merupakan tulisan kedua dari tulisan yang semula berjudul
BILA IBU JADI PEMIMPIN, RAKYAT
ADALAH KELUARGANYA)
Tri Rismaharini. Siapa yang tak kenal namanya. Prestasi kepemimpinan
perempuan ini sebagai walikota Surabaya begitu gemilang. Rakyat Surabaya
merasakan perubahan signifikan sejak masa kepemimpinannya pada tahun 2010.
Sisi femininnya tak menghalangi kiprahnya menjadi pemimpin yang tegas.
Kontroversi terjadi dalam tahun pertama masa kepemimpinannya. Ketua DPRD
Surabaya, Whisnu Wardhana menurunkan Risma dari jabatannya dengan hak
angketnya.
Penyebabnya adalah karena Risma mengeluarkan Peraturan Walikota
(Perwali) tentang kenaikan pajak reklame menjadi 25%. Keputusan Whisnu itu didukung
oleh 6 dari 7 fraksi politik yang ada di dewan, termasuk PDI-P, partai yang
mengusungnya. Hanya PKS yang tak setuju.
Tentang Perwali nomor 57 yang menjadi kontrovesi itu, Risma beralasan,
pajak di kawasan khusus perlu dinaikkan agar pengusaha tidak seenaknya memasang
iklan di jalan umum, dan agar kota tak dipenuhi iklan. Dengan pajak yang tinggi
pemerintah berharap, pengusaha beralih memasang iklan di media massa, ketimbang
memasang baliho di jalan-jalan kota.
Sumber: http://www.femina.co.id/ |
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi menilai alasan pemakzulan
Risma adalah hal yang mengada-ngada. Mendagri menegaskan Risma tetap menjabat
sebagai walikota Surabaya.
Belakangan beredar kabar bahwa hal ini disebabkan banyaknya kalangan di
DPRD Kota Surabaya yang tak suka dengan sepak terjang Risma yang terkenal tidak
kompromi dan punya tekad kuat dalam membangun Kota Surabaya, termasuk yang menolak
keras pembangunan tol tengah Kota Surabaya karena dinilainya tidak bermanfaat
untuk mengatasi kemacetan. Ia lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang akan
menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur
Surabaya yang juga akan bermanfaat untuk pemerataan pembangunan kota.
Bukan hanya dalam tata kota, Risma juga punya komitmen yang kuat dalam
menyelesaikan rmasalah kekerasan terhadap anak dan perempuan di Surabaya. Hatinya yang lembut
tersentuh dengan nasib mereka. Ia tak ingin mendung menggelayuti wajah
anak-anak Surabaya. Segala penyelesaian ia upayakan untuk kebahagiaan mereka.
Kini banyak anak dari kalangan keluarga sederhana yang mampu menunjukkan
prestasi dalam berbagai bidang berkat motivasi yang diberikannya.
Di sinilah kekhasan yang
ditunjukkan Risma sebagai sosok perempuan pemimpin. Ia memperlakukan anak-anak Surabaya seperti anak-anaknya sendiri dan
memperlakukan warga Surabaya seperti anggota keluarganya sendiri. Ia
berkeliling kota memperhatikan wajah anak-anak yang berkeliaran di jalan-jalan
kota. Ia memperhatikan bahasa tubuh mereka. Jika menemukan kemurungan yang tak
wajar di wajah seorang anak, tak sungkan ia turun dari kendaraannya untuk
mencari tahu apa penyebab kemurungan si anak.
Bila hujan deras mengguyur Surabaya, ia tak segan-segan segera
berkeliling kota memperhatikan drainase kota, mengecek apakah ada yang
tersumbat. Bila ada, ia tak segan turun langsung membersihkan penyebabnya.
Risma ingin semua warga kota bisa tidur nyenyak, tanpa diganggu bencana banjir.
Saat menemukan jembatan yang tak terlihat kokoh lagi, Risma malah
memerintahkan sopirnya untuk melaluinya. Ia tak takut jatuh. Ia lebih memilih
terjatuh duluan jika memang ada kerusakan pada jembatan tersebut, ketimbang
warga kota mengalaminya.
Di bawah kepemimpinan Risma, Surabaya tiga kali meraih piala adipura
(tahun 2011, 2012, dan 2013) kategori kota metropolitan. Risma juga menjadikan
Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasi rakyatnya dalam mengelola
lingkungan se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet.
Pada Oktober 2013, Kota Surabaya memperoleh penghargaan tingkat
Asia-Pasifik yaitu Future Government
Awards 2013 pada 2 bidang sekaligus (data
center dan inklusi digital) menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik.
Taman Bungkul yang pernah dipugarnya pun meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Award sebagai
taman terbaik seasia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada Februari 2014, Tri
Rismaharini dinobatkan sebagai Mayor of
the Month (wali kota terbaik di dunia untuk bulan Februari 2014) atas
keberhasilannya selama memimpin Surabaya sebagai kota metropolitan yang paling
baik penataannya.
Baru-baru ini (pada tanggal 16 April 2014), Risma meraih penghargaan
"Innovative City of the Future"
dalam acara Socrates Award Ceremony
bersama para wali kota dari seluruh dunia, dari lembaga Europe Business Assembly (EBA) bertempat di Institute of Director
di London.
Penghargaan ini diberikan kepada Risma sebagai bentuk penghargaan atas
kerja keras dan dedikasinya dalam memimpin kota Surabaya selama ini. Sekaligus
juga merupakan bentuk pengakuan dari para akademisi dan pemimpin kota di Eropa
kepada Risma dan pemerintah kota Surabaya. Kini, semua warga Indonesia yang
kotanya sedang mengalami berbagai masalah merindukan pemimpin seperti Risma.
Lebih dari semua itu, penghargaan terbesar bagi Risma adalah: ia ada di dalam
hati warga Surabaya. Ketika ada isu Risma hendak mundur, sebuah gerakan rakyat
bertajuk #SaveRisma digelar untuk mempertahankannya sebagai pemimpin kota.
Makassar, 5 Juni 2014
Besambung
Catatan: Daftar referensi saya sertakan di tulisan terakhir
Catatan: Daftar referensi saya sertakan di tulisan terakhir
Share :
salut buat bu risma..semangat...
ReplyDeleteSemoga beliau tetap semangat
Delete