Athifah pernah bertanya,
“Mama, apa Saya harus ranking satu
seperti Kakak Affiq?”
Affiq, saat masih
duduk di bangku sekolah dasar memang memegang peringkat 1 di kelasnya sejak
kelas 2 hingga kelas 6. Hanya saat duduk di kelas 1 saja ia meraih peringkat
dua.
Mama menjawab, “Tidak.
Athifah tidak harus ranking satu tapi
Athifah harus rajin belajar.”
Bagi Mama, tidak
bijak kalau menghendaki anak menjadi yang terbaik di kelasnya sementara
penilaian sekolah di Indonesia hanya kepada beberapa jenis kecerdasan saja
padahal kecerdasan itu ada banyak jenisnya. Dan bagi Mama semua anaknya cerdas,
pada kekhususannya masing-masing.
Kemarin Athifah
membincangkan tentang penerimaan rapor yang tinggal beberapa hari, “Semoga Saya
bisa ranking dua ya, Mama.”
Mama menoleh.
Sesaat ia heran mengapa Athifah hanya berharap jadi ranking dua tetapi kemudian ia teringat bahwa Afifah – sang jawara
di semester lalu, nilai-nilainya memang tak tertandingi. Itu makanya Athifah
mengharap paling tinggi ia bisa meraih juara 2.
“Kalau tidak dapat ranking, tidak naik kelas ya, Mama?”
sambung Athifah lagi. Aih, dikiranya ranking itu keharusan ya. Padahal Mama
tidak pernah mengharuskannya, lho.
“Tidak. Orang bisa
naik kelas tanpa harus ranking, koq,”
jawab Mama.
“Mama dulu selalu ranking?” tanya nona mungil ini.
“Iya dong, Mama dulu selalu ranking,“ pandangan mata Mama
menerawang, mengenang masa-masa jayanya di bangku sekolah.
“Kenapa?” tanya
Athifah lagi.
“Karena Mama
pintar, toh?” jawab Mama penuh percaya diri.
*Gubraks*
Makassar,
25 Juni 2014
Share :
hihi,jujur ya mak,saya nggak pernah dapet rangking lo hahahaha.....nggak tau dulu kok g kepikiran gitu bt rajin belajar,habinya mainnnnn mulu xixixixi
ReplyDeleteaku dapat rangking waktu SD aja, kalau smp sampai sma paling 10 besar :)
ReplyDeleteHihihi ngelesnya: jangan sampai memalukan di mata anak heheh
ReplyDeleteih, mamanya narsis :D kali lain kalo Athifah tanya lagi bisa narsis lagi dengan jawab, "Karna Mama rajin belajar" :D
ReplyDelete