Tahu
apa kelebihannya emak-emak beranak tiga tanpa asisten rumah tangga di bulan puasa?
Saya
kasih tahu saja deh. Salah satunya adalah, secara konsisten punya hal-hal yang
bisa menempa diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih sabar.
Sering
kali saya sudah punya rencana manis yang akan saya kerjakan step demi step. Seperti hari ini, saya sudah siap lahir-batin untuk mengikuti
program “NgaBLOGburit”-nya Blogdetik namun sayang krucils saya sedang kurang
kooperatif.
Menjelang
pukul 15 WITA tadi, tiba-tiba saja si tengah Athifah (7,5 tahun) masuk kamar mandi
dan teriak-teriak minta sabun. Saya sudah mewanti-wantinya, jangan sampai
ketahuan sama si bungsu Afyad (4,5 tahun) karena bakal panjang urusannya. Si
bungsu yang (rasanya) sudah mandi di siang bolong tadi akan ikut-ikutan membuka
pakaiannya dan acara mandi bersama bisa menggagalkan niat saya ikut
NgaBLOGburit.
Athifah
tak mau memakai sabun yang ada, katanya ukurannya sudah kecil. Afyad memaksa
masuk kamar mandi, ia sudah telanjang. Athifah tak mau memasukkan Afyad.
Athifah marah. Afyad apalagi, ia teriak teriak.
Saya
meminta Athifah memasukkan Afyad, memintanya “bertanggung jawab” karena telah
memancing Afyad ke kamar mandi. Athifah tidak bersedia. Ia keukeuh selama beberapa menit. Akhirnya saya menyanggupi
membelikannya sabun mandi ke warung sebelah asalkan ia mau menjaga adiknya
sebentar.
Baru
saja saya menjauh sebanyak 3 langkah, terdengar jeritan Athifah. Saya
mendapatinya meringkuk sambil memegangi kepalanya, “Kenapa?”
“Afyad
lempari kepalaku dengan gayung dan botol!” teriak Athifah marah.
Rupanya
Afyad balik marah karena merasa tadi dimarah-marahi oleh Athifah. Akhir-akhir
ini Afyad sering melempari Athifah dengan benda-benda karena si sulung Affiq
(13 tahun) suka mengisengi Athifah dengan mengajak Afyad berkolaborasi
dengannya.
“Afyad,
tidak boleh! Lihat, Kakak sakit!” saya memarahi Afyad sembari memberi sedikit
tepukan di kedua punggung tangannya.
“Petuk!”
Afyad mewek, tahu dimarahi. Maksudnya ia ingin memeluk saya.
“Tiup,
Kakak. Itu kasihan Kakak, kepalanya sakit,” saya menjakanya menghibur Athifah.
Afyad menurut.
Duh. Rencana yang sudah
tersusun manis tadi mengalami gangguan berat. Mudah-mudahan saja masih ada
waktu untuk NgaBLOGburit.
“Sudah,
mandi pakai sampo saja dulu. Bagaimana Mama mau keluar meninggalkan Kalian?
Nanti kalau Afyad mengulangi lagi, bagaimana?” ujar saya.
“Mama
takutnya apa?” Athifah malah balik bertanya.
“Itu
wajahmu masih cemberut begitu. Afyad pasti kira Kamu masih marah sama Dia.
Kalau dia balik marah lagi, bagaimana? Tadi saja Mama baru mau keluar,
tiba-tiba dia lempari Athifah,” nona mungil ini harus diberi penjelasan rinci.
Untungnya
kali ini Athifah mau diajak kompromi.
Acara
di kamar mandi berakhir damai. Athifah yang pada dasarnya memiliki sifat
penyayang tidak berlama-lama memarahi adiknya. Ia sudah bisa tertawa dan mengajak
Afyad bercanda.
Ritual
terakhir yang biasanya dilakukan usai acara mandi dengan Afyad adalah ke kamar
mandi yang satunya lagi untuk cuci kaki. Sebenarnya saat mandi tadi sudah cuci
kaki tapi kesenangan si bungsu itu, menciptakan ritual khas yang dijalani
sebelum berpakaian.
Hal
yang di luar rencana terjadi lagi. Seharusnya saya sudah bisa bersenang-senang
dengan si lepi sebelum menyiapkan buka puasa, tiba-tiba saja ritual menjadi
bertambah panjang.
Keberadaan
Affiq di halaman samping membuat Afyad memutuskan harus mandi (lagi?) di baskom
yang berada di tempat mencuci di situ. Saya menolak. Tindakan Affiq mengunci
pintu, membuatnya marah lagi. Afyad menjerit-jerit.
Duh, mau sekali ngambek
rasanya. Tapi kalau saya ngambek, bagaimana menyelesaikan urusan anak-anak ini?
“Tidak!
Sudah mandi. Afyad tidak boleh mandi lagi!” saya memberi perintah.
Afyad
semakin marah. Tiba-tiba saya teringat, tadi, pagi-pagi sekali Afyad ingin
mandi di situ tetapi saya larang. Saya mengatakan, “Nanti ya kalau sudah agak
siang. Sekarang masih dingin udaranya.”
Setelah
itu Afyad masuk ke kamar dan tak lama kemudian ia tertidur cukup lama, sampai
menjelang zuhur. Astaghfirullah, saya
tadi sudah berjanji padanya. Saya lemas, acara NgaBLOGburit memang terganggu.
Tapi janji adalah janji.
Maka
saya menyiapkan baskom mandi Afyad dan mengisinya dengan air. Senang sekali
Afyad bisa berendam di situ.
Saya
meninggalkannya sebentar, untuk mengecek pengumuman di Blogdetik. Lalu
buru-buru menyusun rencana tulisan. Lalu saya berlari kembali, mengeluarkan
Afyad. Melakukan ritual cuci kaki di kamar mandi belakang, dan masuk ke dalam
kamar.
Fiyuh.
Saya
kemudian berpacu dengan waktu mengerjakan tulisan ini. Kekesalan memang menjadi
godaan tetap bagi emak 3 anak ini. Dan ia tahu kalau ia harus selalu
melantunkan istighfar. Tapi berkompetisi dalam menulis, juga merupakan godaan
besar.
Alhamdulillah,
tulisan ini selesai juga.
Makassar, 11 Juli 2014
Share :
Alhamdulillah selesai juga ya mbk..kbayang gimana deg2annya :)
ReplyDeleteRempongnya yang seru, deg2annya malah kurang, mbak :))
Deletebundaa..... aku kangen :D
ReplyDeletebunda beranak 3 bunda :))
syukur tulisannya sudah selesai dipublish dan kirim ke blogdetik :) .
Halo MT, lama tak bersua (di dumay) ya :) Ke mana saja?
DeleteSyukur alhamdulillah hehehe
Begitulah suka dukanya ya mak...akupun di Kudus demikian. Ada ada saja tingkahya untuk cari perhatian manakala emaknya mau sibuk sesuatu. Yaa sudah mengalah deh jadinya. Btw aku sdh inbox belom dibalas. Soal Potret edisi Juli ini.Maturnuwun.Sukses untuk kontes ngeblognya :)
ReplyDeleteKayak punya feeling tajam saja ya anak2 hehehe.
DeleteSip Mak ... sukses juga buat mak Anty :)
wah.... suka mandi ya mereka... aktif sekali
ReplyDeleteLha, ternyata ini postingan untuk lomba :)
ReplyDeleteKeren. Sukses untuk lombanya, mak.
bun, anaknya yg masuk bak itu jadi inget pas saya SD dulu, mandinya juga kayak gitu. seru juga jadi ibu yg doyan nulis tapi ketantang sama 3 anak yg suka caper, hihihihi.. semangat bunda, salam kenal
ReplyDeletekirain curhat , mak. untuk lomba to. :)
ReplyDeleteAfyad
ReplyDelete