Saking
berbahayanya TB (tuberkulosis), penyakit ini sampai mengundang stigma-stigma negatif berdatangan kepada penderitanya. Tak tanggung-tanggung, namanya stigma
negatif jadinya melenceng dari pengertian penyakit itu sendiri.
Stigma-stigma yang beredar di masyarakat, seperti:
1.Guna-guna atau penyait
kutukan
Karena
ada pasien TB yang mengalami batuk berdarah, sebagian masyarakat menganggapnya
sebagai guna-guna atau penyakit kutukan. Penderitanya dianggap telah melakukan
hal buruk yang berdampak seperti itu padanya.
Yang benar adalah: batuk berdarah terjadi karena pecahnya pembuluh darah yang dalam paru-paru akibat terinfeksi kuman TB pada saat batuk. Darah yang keluar berwarna merah segar dan dapat terjadi jarang atau sering ditentukan dengan luasnya infeksi kuman TB yang terjadi pada paru-paru pasien.
2. Penyakit
keturunan
Penyebaran
penyakit yang melalui udara menyebabkan TB dengan mudah menulari satu keluarga.
Bila anak sakit maka orang tuanya tertular, demikian pula sebaliknya. Sehingga
dipahami oleh sebagian orang kalau penyakit ini merupakan penyakit keturunan
yang membuat keluarga yang tertular dikucilkan.
Jelas
saja salah karena TB adalah penyakit menular yang diakibatkan kuman TB. Penularannya
adalah dengan percikan dahak/sputum yang dikeluarkan oleh pasien TB dewasa yang
di dalamnya sudah ada kuman TB, dan kuman TB yang bersebaran di udara tersebut
di hirup oleh orang yang disekitarnya. Kuman TB tersebut masuk ke dalam saluran
nafas dan berada di dalam tubuh kita, akan muncul menjadi penyakit TB apabila
daya tahan tubuh kita melemah dan kuman berkembang menjadi banyak.
3.TB tidak bisa
disembuhkan
Karena
membutuhkan kesabaran ekstra, sering kali pasien TB tak sabar berobat hingga
akhirnya meninggal. Ini menimbulkan pemahaman di masyarakat bahwa TB tak bisa
disembuhkan.
Padahal
pemahaman ini keliru karena sebenarnya sudah banyak bukti kesembuhan yang
diperoleh pasien-pasien TB lainnya melalui pengobatan yang tepat dan teratur.
Pengobatan TB saat ini sudah mengalami banyak kemajuan untuk bisa menyembuhkan
sampai tuntas pasien TB. Pengobatan yang hanya dalam waktu 6-8 bulan., sudah
jauh lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu yang lama pengobatannya bisa
1-2 tahun. Obat Anti TB (OAT) paket FDC/KDT yang sudah memudahkan pasien TB
dalam meminumnya dan disediakan secara gratis atau cuma-cuma oleh pemerintah melalui
Puskesmas dan rumah sakit.
***
Untuk
memberantas TB, semua stigma negatif tentang TB harus dihilangkan dengan
berbagai cara secara kolektif. Kuncinya
adalah dengan mensosialisasikan informasi TB dengan benar di masyarakat luas secara
intensif.
Penyebaran informasi bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti:
- Melalui media massa, baik itu media cetak maupun elektronik.
- Melalui media alternatif seperti blog.
- Memasang pamflet-pamflet informatif di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktik dokter, tempat praktik bidan.
- Memasang pamflet-pamflet informatif di tempat-tempat pelayanan masyarakat seperti di instansi-instansi pemerintahan.
- Memasang pamflet-pamflet informatif di sekolah/kampus.
- Memasang pamflet-pamflet informatif di tempat-tempat ibadah.
- Memasang pamflet-pamflet informatif di mal-mal.
- Memasang pamflet-pamflet informatif di terminal/bandara/stasiun/pelabuhan laut.
- Menyebarkan pengetahuan mengenai TB di tempat-tempat ibadah diselipkan melalui ceramah para pemimpinnya.
- Diharapkan, atas kesadaran sendiri, tenaga kesehatan dapat mengedukasi masyarakat dalam lingkup informal karena masyarakat lebih mempercayai tenaga kesehatan ketimbang masyarakat biasa.
- Agar menjadi bagian dari kerja pemerintahan desa/kelurahan untuk memantau penyebaran informasi tentang TB di wilayahnya.
- Pengetahuan mengenai penyebab seseorang menderita TB.
- Pengetahuan bahwa dengan meminum obat anti TB (OAT) secara tepat dan teratur dapat membunuh kuman TB yang ada dan menyembuhkan paru-paru yang sakit, sehingga batuk berdarah akan hilang.
- Upaya pencegahan terbaik yang bisa dilakukan adalah mengobati pasien TB dengan tepat, teratur dan sampai sembuh sehingga sumber penularan tidak ada lagi.
- Upaya pencegahan lainnya adalah dengan meningkatkan kesehatan lingkungan yang ada di dalam rumah seperti ventilasi sinar matahari yang cukup dan lingkungan yang bersih dan sehat.
- Pasien TB yang sedang berobat haruslah didampingi oleh PMO (pengawas menelan obat), agar bisa dipastikan pasien TB meminum obatnya sampai habis.
- Dalam pengobatan, perlu juga ditunjang dengan asupan makanan yang cukup gizi. Sehingga, apabila ada pasien TB dan berobat di sarana kesehatan yang benar, dengan OAT yang tepat dan teratur serta ditunjang dengan asupan gizi yang cukup, maka pasien TB dapat disembuhkan sampai tuntas.
- Melakukan pola hidup sehat lainnya seperti tidak merokok, tidak begadang, dan cukup istirahat.
Makassar, 12 Juli 2014
Tulisan ini diikutkan Lomba Blog TB Seri ke-8
Referensi:
http://www.lkc.or.id/2011/10/26/hilangkan-3-stigma-negatif-tentang-tb/
Share :
Menyimak artikel yang sangat penting ini. Terima kasih. Saya mau izin mau jadikan referensi
ReplyDeleteSilakan pak Asep. Moga bermanfaat :)
Deletebeuh ngeri amat ya sampe stigma guna-guna segala....
ReplyDeleteYah, begitulah .... -_-
Deletedi era mudahnya akses terhadap informasi, masih ada aja ya stigma2 seperti ini :(
ReplyDeleteIya. Sedih ya, Mbak Lia?
Deletewah ternyata dulu saya batuh sampai berdarah itu karena TBya, ehm.. pantesan suruh minum obat sampai 6 bulanan. tapi hati hati dengan minum obat lama mba, saya jadi berkurang sensiftifitas telinganya.
ReplyDeletePengaruhnya ke telinga ya?
DeleteMakasih sharingnya :)