Takkan
sama memandang dari atas dan dari bawah walau obyek yang dipandangi sama.
Seperti juga tak sama yang tampak jika memandang dari arah kiri dan arah kanan.
Atau memandang dari dalam rumah dan dari luar rumah.
Bila
seseorang yang sudah sampai di puncak ketinggian pendakian, apa yang dilihat
dan dialaminya tentu pula tak sama dengan mereka yang masih berada di kaki
gunung. Maka wajar jika sang pendaki tertinggi berbagi pengetahuan kepada sang
pemula. Tak wajar jika sang pemula membantah atau ngelunjak karena ia belum melihat dan belum mengalami apa yang
dilihat dan dialami oleh sang pendaki tertinggi. Ini berlaku kalau tujuan
mereka sama, yaitu mendaki gunung yang sama, dari arah yang sama.
Tentu
tak bisa diterapkan jikalau seseorang yang menguasai pengetahuan membuat roti
mencoba memaksakan pengetahuannya kepada seseorang yang hendak menjadi pembuat
jus profesional. Ndak nyambung, kan?
Sebuah
analogi sederhana bisa dipelajari dari sekelompok orang yang menutup matanya.
Masing-masing orang berada di sekitar seekor gajah. Mereka belum pernah tahu
tentang dan belum pernah melihat gajah. Masing-masing meraba bagian gajah yang
terdekat dengan dirinya. Apakah pendapat mereka sama? Tentu tidak, bukan?
Nah,
apatah lagi jika itu menyangkut konteks yang berbeda (meskipun materinya sama),
dasar pemikiran yang berbeda, idealisme dan ideologi yang berbeda, latar
belakang pendidikan yang berbeda, kepentingan yang berbeda .… maka apa yang terjadi setelahnya bisa saja
adalah perdebatan yang tak berujung.
Sebuah
diskusi bisa berjalan tenteram, lancar, dan damai jika masing-masing pihak:
- Setuju untuk berpikiran terbuka,
- Menghargai pendapat orang lain,
- Tidak mencari kemenangan, dan
- Tidak hendak berpretensi mencari-cari kesalahan pihak yang satunya.
Kalau
Saya pribadi, bila keempat hal itu belum tentu bisa tercapai maka saya lebih memilih menolak berdebat karena ujung dari perbedaan pendapat yang ada adalah perdebatan yang tidak berujung. Apakah
ada gunanya? Menurut saya sih tidak ada.
Silakan
berpendapat tapi sebaiknya hindari berdebat karena tak bisa dihindari adanya
perbedaan-perbedaan di antara kita. Kalau saya, bila tak setuju, bisa bikin
status sendiri kan?
Makassar, 14 Agustus 2014
Share :
heheheh....hehhehe bener masbro, kadang kita menghabiskan waktu berdebat dengan prespektif atau sudut pandang yang berbeda, gimana mau ketemu coba....?
ReplyDelete=========================
pakan kelinci pedaging
Iya ndak nyambung. Putus total.
DeleteEh, saya bukan Masbro lhooo :(
Mantabs ulasannya, berbeda itu anugerah y ...
ReplyDeleteSalam dari Pulau Dollar
Yups :)
Deletesaya jadi ingat iklan Indomie di TV ttg perbedaan. Narasinya bagus menurut saya, bercerita ttg perbedaan :)
ReplyDeleteBenar Mak .... kreatif dan keren sekali iklannya. Saya juga suka :)
DeleteMba, kalau ada sushi sama lontong pilih mana, Mba? Hihigi
ReplyDeleteLontooong .... eh .. apa hubungannya dengan postingan ini Idah? :D
DeleteDi dalam dunia Pelatihan dan Pengembangan ...
ReplyDeletePenyamaan Perspektif itu penting untuk dilakukan pada tahap awal training di mulai ...
agar para peserta didik mendapatkan sudut pandang yang sama ... dan berangkat dari arah yang sama ...
supaya gampang "menggiringnya"
salam saya Niar
(22/8 : 18)