Saat
ditempa oleh berbagai hal yang merenggut kepercayaan diri, seseorang bisa
terpuruk ke dalam perasaan minder/rendah diri berlebihan. Ke mana-mana
kepalanya tertunduk dalam. Dagunya turun
amat rendah dari posisi seharusnya. Kalau bisa, jangan ada yang melihatnya. Ia
jadi lupa caranya tersenyum. Ketegangan dan depresi pun berkawan akrab
dengannya.
Ia
menganggap semua orang hebat. Dirinya hanya sampah. Ia jadi super sensitif.
Bila ada yang tertawa, ia merasa ditertawakan. Bila ada yang marah, ia merasa
dimarahi. Bahkan tanpa ia bisa jadi sangat keterlaluan, dengan menjadi
sarkastis kepada orang lain. Bukan hanya kepada kehidupannya sendiri ia pesimis
dan skeptis tetapi juga kepada orang lain. Ia sulit percaya kepada orang lain.
Ketika
perbaikan datang perlahan-lahan, ia mulai gembira. Setitik cahaya yang
diharapkannya akan muncul terlah terlihat. Perlahan-lahan dagunya mulai terangkat
ketika berhadapan dengan banyak orang.
Sumber: www.whitehatmedia.com |
Tanpa
ia sadari, dagunya mulai naik, lebih tinggi dari posisi biasanya. Mirip seperti
karakter ibu-ibu jet zet angkuh di sinetron-sinetron Indonesia. Yang semula
rasa syukur bergema dalam dadanya, kini bertransformasi menjadi bangga dan riya’. Yang semula ingin berbagi menjadi
ingin dipuji.
Alert!
Sebuah
tamparan mendarat di pipinya. Ia kembalikan posisi dagunya ke tempat
seharusnya. Ia tersadar, seperti siang dan malam yang pergantiannya tak
disadarinya, perubahan besar terjadi dalam dirinya … dan itu hampir tak
disadarinya.
Astaghfirullah!
“Kembalilah,
sebelum terlambat!” serunya lunglai, pada hatinya sendiri.
Makassar 9 Agustus 2014
Share :
keren kak tulisannya :)
ReplyDeleteEmang keliatan banget beda kualitas artikel dari penulis dan artikel seorang blogger hehe...
ReplyDeleteSalam dari Pulau Dollar
setuju banget. sudah sepantasnya kita untuk menjaga hati dan membebaskannya dari kesombngan...
ReplyDeletebangga dan riya batasnya tipis ya mak...
ReplyDeleteYa, kita yang tiada bermakna kala merasa terpuruk dan alami perubahan membaik, tanpa disadari bisa terjebak riya. Termasuk saya juga. Penting banget tamparan dari sekitar itu agar bisa kembali ke alur semestinya. Makasih, Mak.
ReplyDeletesetuju... pesimisme dan skeptis cuma bikin kita terpuruk dan jalan ditempat. keren pisan euy tulisannya :)
ReplyDelete