Diamanahi
3 anak dengan karakter berbeda-beda itu menakjubkan. Semuanya unik. Dari yang
punya kemiripan sedikit dengan saya, dengan papanya, dengan neneknya, dengan
kakeknya, dan om/tantenya, menjadi pribadi utuh dengan karakter unik.
Si
tengah Athifah sudah punya banyak pengalaman dengan karakter-karakter unik lain
di lingkungan sekolahnya. Mulai dari yang baik sampai yang tukang bully. Kalau
dibandingkan dengan masa saya sekolah dulu, rasanya di zaman ini makin banyak
saja anak tukang bully. Mulai dari yang suka memukul sampai yang mulutnya
culasnya minta ampun (bayangkan, yang culas itu ada sejak Athifah kelas 1 SD,
sampai sekarang kelas 2. Kalau keterusan culasnya sampai besar, betapa
profesionalnya mereka nanti di usia dewasa!).
Yang
culas itu ada yang tiada angin tiada hujan, seenaknya mengejek sembari
menyombongkan dirinya yang paling cantiklah, yang orang kayalah. Nah, ada juga
yang aneh, tanpa tedeng aling-aling (ini anak sekolah lain yang gedungnya
bersebelahan, tapi dalam satu kompleks) mengejek dalaman di balik jilbab
Athifah itu jelek.
Kalau berbaris begini mereka semua manis-manis |
Saat
papanya datang menjemput, Athifah dan 4 atau 5 orang temannya sedang adu mulut
dengan 3 orang anak sekolah sebelah. Seolah mereka mau perang saja. Anak
sekolah sebelah mengejek-ejek dalaman rambut Athifah, teman-teman Athifah
membela Athifah dan beradu mulutlah mereka.
Saat
papa Athifah makin dekat, 3 anak ini mengambil posisi bersembunyi. Seorang
kawan Athifah merasa menang dan mengatakan, "Itu ada bapaknya. Awas
ko!"
Suami
saya tak berkata apa-apa, hanya mengamati situasi saja. Mungkin karena merasa
terdesak, salah seorang dari anak sekolah sebelah itu merasa perlu membela diri
dengan mengatakan, "Bukan anak ta' yang kita ganggu, Om, temannya
ji." (ngeles ceritanya)
Saya sering terkaget-kaget dengar cerita tentang
anak-anak tukang bully ini. Kalau ada
anak usia 6 – 8 tahun sudah sedemikian “fasihnya” mem-bully anak lain, betapa kuat pengaruh berkenaan dengan itu yang
mereka serap. Logika saya mengatakan bahwa hal tersebut sudah biasa dalam
lingkungan keluarga mereka atau di sekeliling rumah mereka, bisa jadi pengaruh
tayangan televisi juga. Selalu saja saya tergoda untuk bertanya-tanya kemudian
menebak-nebak, bahwa sepertinya orang tua mereka tidak ngeh, tidak peduli, atau menganggap biasa saja hal yang seperti
itu.
Pernah melihat anak-anak yang sejak kecil diajar
orang tuanya untuk membalas perlakuan orang di sekitarnya secara tidak wajar?
Saya pernah! Padahal yang terjadi bukanlah hal yang serius, hanya anak-anak
bermain lalu ada kesalahpahaman antar mereka, kemudian salah satu dari mereka
secara tidak sengaja tersakiti. Orang tua si anak mengatakan, “Pukul si A!”.
Sembari tertawa pula! Dianggapnya pergumulan antar anak-anak itu lucu!
Ada juga yang kalau anaknya secara tidak sengaja
menyakiti anak lain orang tuanya malah tertawa, bukannya meminta maaf. Dengan
orang tua begini, mana bisa anak belajar memahami mana yang benar dan mana yang
salah? Walaupun tindakan kita tak disengaja tapi kalau kita tahu ada orang lain
yang tersakiti (nyata-nyata tersakiti secara fisik pula) maka sudah selayaknya
anak dibiasakan meminta maaf.
Nah, itu makanya kenapa saya menebak anak-anak
yang bermasalah demikian karena orang tua mereka tidak ngeh, tidak peduli, atau menganggap biasa saja hal yang seperti
itu.
Makassar, 30 September 2014
Share :
Banyaaakkk bgt,byk kasus bully anak2 sd-sma yg masuk ruang bk saya mbk...yg pling sebel kl ditanya asal muasal kata2 kasar kelur,ada yg denger dr mama,lihat di tv...miris n sedih.bgtt :(
ReplyDeleteWaduh .. memprihatinkan ya Mbak
DeleteIsu ini memang sudah lama kami , para orang tua murid, endus. Di berbagai sekolah biasanya mulai dari tingkat kanak kanak, TK atau kelompok Bermain, sekelompok anak anak dengan kebiasaan bully seperti ini memang kerap terjadi. CUkup membuat orang tua waw was atau kuatir takut terjadi hal hal yang tidak diinginkan yang mengarah kepada perbuatan kriminal
ReplyDeleteAkhir2 ini makin marak ya Pak Asep :(
Deletepengaruh sinetron... spt anak2 tetanggaku yg bs gampangnya bilang: bunuh aja!
ReplyDeleteck ck ck
Waduh mengerikan sekali mak :(
Deleteoh! di bully tidak berlaku buatku dan anak2ku.pernah anakku pulang ke rumah sambil menangis diantar satpam.katanya dipukul anak tetangga.menurut satpam anak saya tidak bersalah dan memang anak itu sdh 'biasa' spt itu.saya menyuruh anak saya kembali ke rumah anak itu diantar satpam untuk katakan ke orang tuanya yang waktu kejadian hanya melihat saja bahwa anaknya telah memukulnya dan katakan juga kalo saya mamanya menunggu bapak itu datang kerumah.boleh diantar satpam juga kalo takut.no way bully dgn catatan selama anak saya tidak bersalah.
ReplyDeleteWaaah beraninya anak ta' Kak .... tapi bagus juga ya, jadinya belajar berani selama dia benar
Deletepengaruh pergaulan dan lingkungan itu, karena kan anak2 belajar dari lingkungannya...
ReplyDeleteIya .. bisa jadi, bisa jadi dari orang tuanya langsung :(
DeleteSmg kita tetap diberikan perlindungan agar dapat membimbing anak kita ya mbak.... diberi jalan yang benar dalam mendidik anak. amin ya rabbal alamin
DeleteAnak2 tukang bully gitu biasanya gak ditegur sama orang dewasa, jadi kebiasaan. Udah ditegur aja masih ada kemungkinan diulangi, apalagi kalau gak ditegur, dikira wajar itu kesalahan dia.
ReplyDeleteSaya dulu ngajarin adek saya buat mbales kalo dipukul. Kalo dipukul temen sekolah dan dia nangis, kami langsung bilang, "Kalo dipukul jangan nangis. Bales!" Gak baik sih balas kaya gitu, tapi gimana lagi. Soalnya kalo anaknya diem2 aja pas dipukul, yang membully jadi merasa wajar2 aja mukul.
Pada tingkat tertentu memang sebaiknya si anak berani mempertahankan dirinya ya Mil, entah itu dengan terpaksa membalas memukul juga.
DeleteYang saya maksud di atas itu bukan anaknya dipukul atau dibuly lho ... hanya bermain saja .. lalu orang tuanya mengatakan, "Pukul!" :(
Iya. Kalo kasus cuma lagi main doang terus gak sengaja kesenggol ato rebutan mainan trus disuruh mukul mah orang tuanya yang udah "rusak". Normalnya anak2 diajarin "jangan memulai pertengkaran atau perkelahian" tapi, kalo udah kepentok, ya belajar membela diri.
Deletebahkan anak saya Farras, pernah mau dijadikan 'kambing hitam' oleh salah satu ortu murid teman sekelas Farras. Kalau ortunya saja begitu, anaknya pun kemungkinan akan seperti itu :( Karena orang tua adalah contoh utk anak2nya.
ReplyDeleteJangan heran 10-15 tahun mendatang jalanan di Indonesia akan penuh dengan pelanggar-pelanggar lalu lintas kelas ringan sampai berat. Kenapa? Karena secara tidak sadar orangtua sekarang membonceng anak di jalan sambil melanggar rambu dengan ringannya. Bukan kah anak tabula rasa dan peniru ulung dari orangtuanya....
ReplyDeletemakin sedih karena anak2 saya harus berhadapan dengan teman2 yg memiliki karakter seperti ini, semoga saya bisa mendidiknya dengan baik
ReplyDeletengeri ya bun. lihat fakta anak-anak sekarang.
ReplyDeleteselain bully-ing, pornografi dan pornoaksi sudah nggak asing lagi untuk anak sd. teman adik saya yang duduk di kelas 6 sd, pernah mengalami trauma dan nggak mau sekolah karena (maaf) payudaranya sering dipegang oleh teman laki-laki sekelasnya.
miris lah pokonya..
Mendidik anak zaman skrg harus bermodal tawakkal plus DOA. Godaan, ujian, hambatan menghadang dari mana2. Tanpa Doa, rasanya mustahil kita bisa survive.
ReplyDeleteBeneeeeer... Mbak, prihatin banget. Nai juga pernah diperlakukan seperti itu, diejeklah, dipukul, daaaan... ortu si anak malah cuek aja -_____-
ReplyDeletehmmm gemes banget kalo ada anak tukang bully temennya sendiri...peran orangtua sangat besar disini...tapi anehnya malah ada yg bangga atau malah terkesan cuek
ReplyDelete