Lanjutan
dari tulisan berjudul KTI:
Kaya, Tangguh, Inspiratif
Banyak yang hadir di event BaKTI tanggal 23 September ini. Ada Prof. Marwah Daud Ibrahim
dan Prof. Halide yang ternyata merupakan pembina BaKTI. Saya sempat menyalami
ibu Marwah Daud ketika beliau melewati kursi saya untuk rehat. Sayang sekali,
saya tidak sempat berfoto bersama dengannya (hiks) padahal beliau dengan
ramahnya tersenyum kepada saya, sebanyak dua kali (karena beliau dua kali
melewati tempat saya duduk).
Event
ini dihadiri pula oleh rektor UNHAS, ibu Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, para
wakil BAPPEDA dan pemerintah daerah se-KTI, akademisi, para wakil komunitas,
dan lain-lain. Semarak sekali. Makin semarak dengan suguhan presentasi dari 10
orang inspiratif .. eh 11 sebenarnya ya .. di Indonesia.
Abraham dan dua kawannya, dari Papua |
Berikutnya giliran Abraham Goram bersama dua kawannya, dari Yayasan Kalabia
Indonesia menceritakan tentang kegiatan mereka berlayar bersama kapal Kalabia
dalam mengunjungi lebih dari 110 kampung di Raja Ampat dan Kaimana yang
tersebar dalam 600 pulau.
Nama Kalabia diambil dari nama species endemik ikan yang hidup di
Papua. Para relawan Kalabia meyebarluaskan informasi tentang pentingnya menjaga
ekosistem laut, pengelolaan sampah, menjaga kelestarian satwa endemik (seperti
penyu), dan konektivitas antara manusia dan alam sekitar di Raja Ampat dan
Kaimana.
Target mereka adalah anak-anak karena anak-anak
lebih mudah dibentuk pola pikirnya dan akan membuat orang dewasa malu bila
anak-anak mereka bisa menerapkan kebajikan sementara mereka tidak. Kalabia mengadakan sekolah terapung untuk anak-anak.
Pesan yang ditanamkan kepada anak-anak adalah
pemahaman dan rasa bangga mengenai apa yang mereka punyai dan mengarahkan
mereka untuk mengelola seacara bijaksana apa yang mereka miliki.
Hingga saat ini ada perubahan perilaku pada
masyarakat pulau. Di antaranya, sebagian besar sudah bersih dan ada tempat sampah tersedia. Masyarakat di sana
sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Orang-orang dewasanya pun sudah
ada yang tersentuh dengan sikap anak-anak yang menjaga alam. Bahkan ada kampung
yang menetapkan PERDA sanksi bayar Rp. 50.000 bagi mereka yang buang sampah
tidak pada tempatnya. Wow, hebat ya?
Deni Rodendo |
Melalui ilustrasi yang dibuatnya, Deni
menyederhanakan konsep ke dalam bentuk penyajian yang menarik dan mudah
dimengerti, sebagian merupakan isu-isu sosial pembangunan di negara kita.
Selain itu Deni juga banyak diminta oleh perusahaan dan lembaga untuk membuat
profil mereka dalam bentuk gambar.
Nah, ini video graphic recorder pertama yang ngetop dibuat Deni. Video ini
mengajarkan pemahaman Pancasila secara sederhana:
Video graphic recorder Pancasila Manual Bangsa
Video graphic
recorder yang pernah dibuat Deni, disimpannya dalam web site http://rekamgambar.com. Selain itu ia membuat
web site www.bankgambar.com sebagai
tempat menyimpan gambar-gambar yang boleh dipakai oleh siapa pun secara gratis.
Siapa pun boleh pula meng-upload gambarnya
di web site ini untuk dipakai oleh masyarakat luas.
Deni Rodendo, orangnya kecil, bakatnya besar |
Oya, Deni bekerja sama dengan Yayasan MPATI
(Masyarakat Peduli Autis Indonesia) dengan membuatkan gambar-gambar ilustrasi
untuk bahan pengajaran kepada anak-anak autis. Sebelumnya, orang tua yang
memiliki anak autis terpaksa harus membeli gambar untuk menyederhanakan
pembelajaran mereka tapi semenjak Deni bekerja sama dengan MPATI, gambar-gambar
untuk anak-anak itu bisa diperoleh gratis.
Terakhir, Deni mengatakan, “Masalah-masalah yang
terjadi karena kegagalan komunikasi, maka mari perbanyak gambar.” Yup, buat
orang yang mudah dan suka menggambar, silakan mengikuti jejak Deni untuk
menyebarkan pesan kebaikan melalui gambar. Tapi untuk orang macam saya ini yang
sejak es de merasakan menggambar sebagai salah satu pelajaran tersulit di
dunia, biarlah saya memilih tulisan untuk menyebarkan kebaikan J.
Oya, di segmen-segmen ini, event ini sudah “dikendalikan” oleh MC – Kak Luna Vidya, seorang
seniman monolog yang juga bagian dari BaKTI. Menarik menyimak komentar kak Luna
atas presentasi-presentasi yang baru saja disajikan, “Untuk membuat perubahan melawan stigma, mari mulai dari diri kita.”
Ya .. setuju! Mari mulai dengan apa yang kita
punya, jangan mencari-cari kesalahan atas apa yang tidak kita punyai. Perubahan
bisa kita mulai dari kita, walau kecil sekali pun.
Makassar, 25 September 2014
Tulisan ini merupakan tulisan ketiga dari peringatan 10 tahun BaKTI
Bersambung
ke tulisan berikutnya
Share :
bagus banget ilustrasi dari mas Deni Ganjar, cukup mudah dimengerti pesannya. Semoga muncul talenta-talenta dari kegiatan KTI ini sehingga bisa memajukan bangsa Indonesia
ReplyDeleteWah ketinggalan informasi nih. Musti baca dari awal lagi deh
ReplyDelete