Seorang kawan kami (kami di sini maksudnya, saya
dan suami saya) – sebut saja namanya Pak Aju telah menikah sebanyak 4 kali.
Dengan istri pertama saat berada di Malaysia, ia dianugerahi satu anak, dengan
istri kedua ia dianugerahi 5 anak. Setelah bercerai dengan istri ketiganya, ia
kini hidup bahagia dengan istri keempatnya. Dua istri terakhirnya tidak/belum
memberinya anak.
Dengan istri kedua, ia bercerai dan istrinya
meninggalkan anak-anaknya begitu saja dan melanjutkan petualangannya dengan
beberapa lelaki lain. Pak Aju dengan sabar merawat kelima anak-anaknya dengan
mengandalkan pekerjaannya sebagai sopir pribadi.
Mantan istri keduanya – sebut saja namanya Tinni,
meninggalkan anak-anaknya dengan suami barunya di rumah ibunya. Ia kemudian
menikah lagi dan pindah ke pulau lain. Ibunda Tinni terkena stroke, otomatis ia tak bisa lagi
merawat cucu-cucunya dan pindah ke panti jompo. Anak-anak pak Aju membawa
adik-adiknya yang semula dirawat neneknya ke rumah Pak Aju.
Sumber gambar: www.withlovegifts.co.uk |
Pak Aju menyekolahkan anak-anak itu selayaknya
anak sendiri. Dimas dan adik-adiknya bahkan memanggilnya “Bapak”. Beberapa kali
kami bertemu, Athifah sempat bermain dengan Dimas.
Kini, sudah berbulan-bulan lamanya Dimas dan
adik-adiknya ikut ibunya ke pulau lain. Lama tak melihatnya, menimbulkan
pertanyaan di benak Athifah, “Dimas mana, Ma? Kenapa tidak pernah keliatan?”
“Dimas tinggal dengan ibunya,” jawab saya.
“Om Aju itu bapak tirinya Dimas, ya?”
“Bukan. Keluarganya,” maksud saya Pak Aju itu
sekarang jadi keluarga Dimas saja karena pernah terkait pernikahan dengan
ibunya. Walaupun kakak-kakak Dimas itu anak Pak Aju dengan ibunya tapi Pak Aju
kan bukan siapa-siapanya.
“Sekarang Dimas punya bapak tiri?”
“Barangkali.”
Lalu, sebuah pertanyaan tak terduga keluar dari
mulut mungilnya, “Mama tidak mau ji toh bercerai dengan Papa?”
“Tidak … kenapa Athifah bertanya begitu?”
“Karena Saya tidak mau punya bapak tiri!”
Waduh.
Saya terperanjat dengan pertanyaan itu. Tak perlu
ada sebab, seperti pertengkaran antara saya dan suami. Hanya mengaitkan kejadian
di sekitarnya, Athifah bisa melontarkan pertanyaan seperti itu apalagi kalau
saya dan papanya sedang musuhan misalnya. Tapi saya sadar, Athifah sedang
mengembangkan daya nalar dan perasaannya dalam memaknai kehidupan yang terjadi
di sekitar kita. Adalah tugas saya untuk membantunya memahami kehidupan.
Makassar, 30 September 2014
Share :
waduh!... dalam ini pernyataan Athifah. :)) tapi selama anak melihat kita baik-baik saja dengan papanya (marahannya dibelakang anak saja), ketakutan memiliki bapak tiri tidak perlu ada kan. tapi perkembangan daya nalar dan perasaan di setiap anak harus kita respon dengan cara positif ya mak Niar. apalagi disekitar kita banyak bapak tiri yang tidak kejam dan galak.
ReplyDeletetidak selamanya bapak tiri itu sekejam ibu tiri
ReplyDelete#eh ??
teh syifa juga ga mau punya bapak tiri, athifah... tapi kenyataannya teh syifa ditakdirkan untuk punya bapak tiri, bahkan ibu tiri juga.
ReplyDeleteWaktu kecil, saya juga suka takut kalau bapak sama ibu bertengkar akan berujung cerai hehehe....
ReplyDeleteCerdas tuh anaknya mbak :)
sama... saya jg wkt kecil suka takut hihihi...
DeleteYa moga aja dijauhkan ya bu?
ReplyDeleteathifah cantik... klo tante aira pya ibu tiri,soalnya dulu bapak'y tante sblm nikah sama umi'y tante pernah menikah sama umi yg satu lagi,heee....
ReplyDeleteDulu aku nggak mau banget punya bapak tiri
ReplyDeleteSekarang kalau ada pria yang mau mendekati ibu, aku ngga nolak asalkan sholeh dan mapan. Aku ngga mau egois. Aku kasian dg ibuku
Athifah... pertanyannyaa hehehe
ReplyDeletePada prinsipnya semua anak akan berpikiran seperti itu, bagaimanapun orang tua kandung adalah cinta pertama mereka.
ReplyDeleteBTW....baru kali ini saya membaca tulisan kak niar yang sederhana....
Kayaknya semua anak takut deh jik ortunya berpisah. Cerdas athifah
ReplyDeleteSeringkali anak lebih nyaman hidup dalam keluarga tidak lengkap dari pada ada pihak ketiga yang melengkapi dan membuat mereka tidak nyaman :)
ReplyDeleteIiih, Athifaah pinteeerrrr
ReplyDeleteYaampuuun Athifah lucuuu bangeeet pertanyaannya :D
ReplyDeleteSaya jadi penasaran nih Mak Niar, Athifah bisa menyimpulkan klo ga pengin punya bapak tiri berdasarkan apa ya? maksudnya apakah ada kejadian buruk pada teman-temannya, tontonan di televisi, bacaan di media massa atau apa?
ReplyDeleteSaya juga punya anak perempuan yg lagi kritis2nya nih soalnya, siapa tau bisa bertukar pengalaman bicara dari hati ke hati pada anak dari Mak Niar. Bukan hanya kasus bapak tiri saja loh yaaa hehehe...
tentang kehidupan memang tak bisa ditebak
ReplyDeletesama sih, saya juga tidak berharap punya bapak tiri maupun ibu tiri
ga enak aja sih