"Perempuan itu harus siap untuk dua hal: ditinggal mati atau ditinggal kawin oleh suaminya."
Saya
terkesiap membaca kalimat ini dalam blog seorang kawan. Sungguh menakutkan
pernyataan ini! Walau menakutkan, pesan yang ingin disampaikan begitu dalam dan
moderat: sang ibunda menghendaki putrinya
menjadi perempuan yang melek finansial.
Kenyataannya,
di sekeliling kita banyak sekali perempuan yang merana setelah salah satu dari
dua hal itu terjadi pada dirinya. Pada tulisan saya berjudul CintaPerempuan Pejuang Cinta, ada kisah bu Ety yang tiba-tiba ditinggal mati
suaminya dan harus berjuang mengatasi keterpurukan selama bertahun-tahun. Tak
mudah baginya untuk bangkit karena ia tak berpenghasilan. Penghasilan utama
dalam keluarganya adalah gaji bulanan suaminya sebagai pegawai sebuah BUMN.
Perlahan-lahan,
dengan bantuan keluarga dan rekan-rekan kerja suaminya ia berhasil bangkit
sebagai pegawai sebuah unit usaha dalam lingkup BUMN itu. Ia pun meniti
hidupnya bersama keempat anaknya. Kini, sebagian anaknya telah menikah dan
telah meringankan beban hidupnya.
Dua tipe penabung |
Terenyuh
rasanya mendengar kisah bu Ety. Lebih terenyuh lagi saya mendengar kisah para
perempuan yang ditelantarkan suaminya. Seperti kisah bu Ina (nama samaran). Ia
diharuskan suaminya meninggalkan karirnya di sebuah bank ketika hendak menikah.
Namun sang suami yang diharapkannya bertindak sebagai penopang hidup yang bisa
membahagiakannya ternyata bertindak bak pepatah jauh panggang dari api. Tujuan
pernikahan untuk medapatkan ketenteraman, tak pernah dirasakannya.
Ada
lagi kisah Tati (bukan nama sebenarnya) usai ditalak, diusir begitu saja oleh
suaminya yang dikenal sebagai ustadz. Lelaki itu menikah lagi dengan seorang
perempuan yang dianggap adik oleh Tati ketika putrinya baru saja lahir.
Hari-hari sengsara dilaluinya bersama putri semata wayangnya dengan
terlunta-lunta. Ia bersahabat dengan kepiluan dan kelaparan hingga terpaksa
harus menjadi pembantu rumah tangga. Namun ketegaran dan semangatnya membangun
usaha jahit mengalahkan segala penderitaannya.
Bukan
hanya bu Ety, bu Ina, dan Tati. Ada banyak kisah pilu lain yang saya dengar dan
saksikan. Ada yang disertai dengan cacian dan pukulan segala. Ada yang rumah
tangganya bahagia selama belasan tahun tetapi kemudian sang suami tiba-tiba
meninggalkan keluarganya ditambah beragam persoalan.
Ah, bila mengingat
kisah-kisah seperti ini, saya membenarkan apa yang dikatakan oleh ibunda kawan
blogger itu. Kalau pun suami baik-baik saja dan hidup mereka mapan, bisa saja
yang dihadapi kemudian adalah badai dalam bentuk ujian finansial. Seperti
pepatah bahwa roda kehidupan terus berputar, ada kalanya berada di atas, suatu
waktu berada di bawah. Jika ini yang terjadi, ketangguhan seorang perempuan
dalam mengelola keuangan keluarga kembali teruji.
Maka,
mau tidak mau perempuan, walaupun
memilih menjadi ibu rumah tangga saja, haruslah melek finansial agar tak mudah
terpuruk keadaan finansialnya ketika ujian menimpa.
Sensus
penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 237 juta jiwa. Empat puluh sembilan persen
dari jumlah tersebut (118 juta jiwa) adalah perempuan. Dari jumlah 118 juta
itu, sebanyak 74 juta adalah ibu rumah
tangga.
Sementara
itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memaparkan datanya pada tahun 2013 sebagai
berikut: persentase masyarakat yang melek keuangan dan terlibat di dalamnya
baru mencapai 21,8%. Masyarakat yang memiliki pengetahuan terhadap
produk-produk industri keuangan juga masih rendah, yaitu sekitar 43%. Berdasarkan
kelompok pekerjaan, masyarakat yang melek finansial masih didominasi oleh
pekerja formal sebesar 45,62%, sedangkan pekerja nonformal sebesar 40,7%, pelajar
sebesar 8,64%, dan ibu rumah tangga 2,18%.
Menurut
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, survei literasi internasional
yang dilakukan VISA di 28 negara mengungkap bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat Indonesia dalam hal keuangan masih rendah. Indonesia tercatat berada
di peringkat bawah dengan skor 21,7 jauh dari Thailand dan Malaysia yang
memiliki skor di atas 40.
Berdasarkan
data tersebut, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, OJK meminta kepada
seluruh pelaku jasa keuangan di Indonesia untuk menjalankan program literasi
keuangan (melek finansial) agar pelaku jasa keuangan semakin dekat dengan
masyarakat, sehingga produknya bisa diakses dengan mudah.
Salah
satu langkah yang dilakukan OJK adalah menandatangani nota kesepahaman bersama
dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) untuk
memaksimalkan pemahaman perempuan dan anak mengenai lembaga jasa keuangan pada
bulan Juli tahun lalu.
Kegiatan
yang disepakati meliputi penyampaian informasi secara tulisan atau lisan
tentang layanan dan produk lembaga jasa keuangan, serta sosialisasi dan edukasi
tentang layanan dan produk lembaga jasa keuangan.
Contoh
kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemelekan finansial adalah yang dilakukan oleh PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life), melalui kegiatan yang bertajuk “Champion Teens Care
for the Nation 2012”, CARE for the
Nation dan Sun Life menyediakan
pelatihan keterampilan yang bertujuan untuk mendidik dan mengajak generasi muda
Indonesia membangun bisnis mikro mereka sendiri.
Secara
tidak langsung kegiatan ini berdampak positif pada perempuan mengingat generasi
muda dekat dengan kaum ibu. Dengan demikian, mereka bisa lebih cepat lepas dari
tanggungan ibunya dan turut menyampaikan informasi positif terkait pengetahuan
finansial. Namun masih dibutuhkan usaha-usaha dari berbagai pihak untuk turut
menyebarluaskan pengetahuan agar semakin banyak lagi perempuan melek finansial
di negara ini.
Perencanaan Finansial dengan Asuransi
Sebuah
survei menunjukkan bahwa 80% eksekutif terancam miskin di hari tua. Survei lain
menunjukkan bahwa dari 100 orang yang berusia 25 tahun, pada usia 65 tahun,
hanya 5% yang bisa pensiun dengan memadai. Sebanyak 95% lainnya harus bekerja
keras/mengandalkan anak/hidup dari sumbangan orang lain.
Hal
yang diinginkan orang-orang yang merencanakan jaminan masa tua mereka adalah
bisa menghadapi masa tua dengan bahagia. Di antaranya adalah dengan
mengantisipasi pembiayaan akibat penyakit yang bakal menyerang di masa tua.
Dengan demikian, diperlukan pertimbangan finansial yang masak secepat mungkin.
Perempuan harus mematahkan pendapat ini! ^__^ |
Lalu
bagaimana langkah awal yang tepat untuk mempersiapkan masa tua yang terjamin?
Jawabannya adalah: menabung dan berhemat
sejak sekarang! Karena kekayaan bukan diukur dari penghasilan atau belanja
kita tetapi dari berapa besar yang bisa kita tabung!
Menabung
yang benar, menurut para ahli finansial adalah dengan menyisihkan pendapatan
untuk ditabung sebelum dibelanjakan, bukan sebaliknya. Dan salah satu cara yang
bijak dalam menabung adalah dengan membeli asuransi.
Asuransi
memungkinkan seseorang dapat memiliki juga “aset
cermin” plus tabungan semula yang
berfungsi sebagai proteksi di masa depan. Asetcermin diperoleh karena uang yang diasuransikan sebagiannya diinvestasikan
oleh perusahaan asuransi. Dengan demikian, tabungan tidak serta-merta terkuras
ketika ujian kehidupan melanda.
Sebelum membeli asuransi, pastikan melakukan 4 hal berikut:
- Memilih jenis proteksi dengan memperhatikan kebutuhan (apakah untuk pengobatan, kendaraan, pendidikan, jiwa, dan lain-lain).
- Seksama memilih cara kerja konvensional atau syari’ah, manakah yang diinginkan/dibutuhkan. Cari tahu sebanyak-banyaknya tentang perbedaan kedua sistem ini.
- Memeriksa prosedur dan persyaratan klaim (misalnya saat sakit, pastikan menempati kamar sesuai dengan manfaat asuransi agar prosedur klaim lebih mudah).
- Membeli produk dan mampu membayar preminya.
Pendapat
sebagian orang bahwa ibu rumah tangga yang demikian tidak perlu membeli
asuransi karena tidak menghasilkan pendapatan bagi keluarganya adalah keliru
karena ibu rumah tangga berpotensi mengurangi pengeluaran keluarga karena
besarnya tanggung jawab yang harus diembannya.
Maksudnya
seorang ibu rumah tangga dapat berperan sebagai sopir pengantar anak ke
sekolah, menjadi guru privat berbagai mata pelajaran, juru masak, pengasuh
anak, perawat, pembersih rumah, dan lain sebagainya.
Bayangkan
berapa besar pengeluaran yang harus ditanggung jika si ibu tiba-tiba tak bisa
menjalankan semua perannya? Tentu harus ada biaya tambahan untuk sopir
pengantar anak ke sekolah, menjadi guru privat berbagai mata pelajaran, juru
masak, pengasuh anak, perawat, pembersih rumah, dan lain sebagainya itu. Nah,
biaya inilah yang harus diperhitungkan saat membeli asuransi jiwa/kesehatan
bagi ibu.
Well … singkatnya, di zaman
yang serba kompleks ini, perempuan juga harus melek finansial. Selain karena ia
mempengaruhi keputusan finansial, menanggung risiko besar sebagai pengganti
kepala keluarga, juga keberadaannya dalam menjalankan berbagai peran dalam
keluarga amat dibutuhkan oleh keluarga untuk mewujudkan keluarga yang sehat
jasmani dan rohani.
Makassar, 11 September 2014
Tulisan ini diikutkan Sun Anugerah
Caraka (Kategori Blogger)
- Mengajak Perempuan Melek Keuangan, http://www.infobanknews.com/2014/09/mengajak-perempuan-melek-keuangan/, diakses pada 11 September 2014, pukul 10:15.
- Perempuan dan Anak Indonesia Perlu Melek Finansial, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51f36329d23e7/perempuan-dan-anak-indonesia-perlu-melek-finansial, diakses pada 11 September 2014, pukul 10:20.
- OJK Ajak Ibu Rumah Tangga dan Pelaku UMKM Melek Keuangan, Dewi Rachmat Kusuma, http://finance.detik.com/read/2014/08/07/103904/2655568/5/ojk-ajak-ibu-rumah-tangga-dan-pelaku-umkm-melek-keuangan, diakses pada 11 September 2014, pukul 21:39.
- Majalah Swa, No 14 tahun 2004
- Presentasi Financial Planning dari dua orang financial planner di sebuah perusahaan asuransi.
- Langkah Sebelum Membeli Asuransi! Ligwina Hananto, Kompas Ekstra, Juni – Juni 2011
- Kesalahan Ketika Membeli Asuransi, Anastasia Joice dan M. Fajar Marta, Kompas Ekstra, Juni – Juni 2011
Share :
Menarik sekali mba artikelnya. MENABUNG lebih dahulu setelah gaji diterima adalah hal yang sangat bijak ya mba. Kata orang sih begitu. MENABUNG dijadikan atau dianggap sebagai Pengeluaran. Jadi di "paksa" untuk menabung. Super sekali mba Smoga menang kontesnnya
ReplyDeleteItu bukan kata saya lho Pak Asep, itu kata para ahli perencana keuangan :)
DeletePertama kali saya dengar dari Safir Senduk terus pernah dengar lagi, dari ahli lainnya tapi lupa siapa :)
Makasih ya Pak Asep :)
iya Mbak, bener.. saya juga suka ngebayangin tiba-tiba dtinggal suami pergi.. gimana ya? rasanya kalau sekarang saya belum siap..
ReplyDeleteSama. Soalnya mau tidak mau, siap tidak siap, harus siap jika salah satu meninggal duluan ya Mbak. Kita harus memikirkannya memang ...
DeleteBetul bgt mbk.hbs dpt gaji jgn buru2 belanja...atur perpos termsuk nabung hehe...
ReplyDeleteSip Mbak :)
DeleteWah menarik sekali pembahasan dari mbak Mugniar . Sukses ya lombanya..
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Nunung, sukses juga yaa :)
DeletePerempuan juga harus bisa mandiri ya, mak. Dalam artian bisa mengatur keuangan dan punya usaha kecil-kecilan untuk mencegah hal-hal yang gak diinginkan..
ReplyDeleteSukses, ya, mak.. ^.^
Hm ... jadi masukan buat saya nih Mak :))
DeleteSukses juga yaaa
tertohok juga baca quotenya mbak
ReplyDeleteah iya asuransi terutama utk pendidikan dan kesehatan anak2 penting bnget
thx for sharing mbak :)
Quote-nya menusuk tapi kalo dipikir2 benar ya Mbak :)
DeleteMakasih ya sudah mampir :)
keren dan lengkap ulasannya mak Niar...memang benar, kadang kita menyadari pentingnya menabung setelah sesuatu terjadi pada kita...banyak kasus yang terjadi, sehingga penyesalanpun akhirnya datang......apalagi sebagai ibu rumah tangga yang menggantungkan sumber penghasilan dari suami, melek finansial itu sangat perlu, agar kelak hidupnya tetap terjamin...sukses untuk lombanya ya mak
ReplyDeleteMudah2an kita2 bisa jadi orang yang benar2 melek finansial ya Mak .. makasih dah mampir .. sukses juga buat dirimu :)
DeleteSeperti biasa, tulisannya mantapp :) sukses Mak
ReplyDeleteAamiin .. makasih ya sudah mampir, Mak. Sukses juga buat Mak Helda :)
Deletesetuju mak, jd irt hrus bener-bener melek financial, sipp. sukses ngontesnya ya mak
ReplyDeleteMakasih ya Mak Inda .. sukses juga buat Mak Inda :)
DeleteWaduh..kalimat pembukanya jleb banget..peringatan buat saya untuk melek finansial..seperti biasa nih, selalu keren pembahasannya.
ReplyDeleteSepertinya ...yah .. begitulah .... saya juga jleb banget membacanya
DeleteWah.. sip2....
ReplyDeletetapi kalau soal asuransi kok saya kurang sreg ya mbak. Mungkin karena saya sudah trauma dengan beberapa asuransi hehe...
Tapi memang dalam kehidupan ini, kita harus siap dengan segala terpaan badai terutama yanag berhubungan dengan finansial ya mbak :)
Hm .. mungkin pas dapat agen asuransi yang tidak beres atau perusahaan yang tidak bonafid.
Deletenabung...nabung yuk
ReplyDelete:))
DeleteWah kalau begitu calon istri saya nanti harus anak ekonomi :))
ReplyDeleteWeits, ndak harus .... yang penting mau dan bisa belajar ttg melek finansial ini. Ahmad kan bisa mengajarinya :))
Deleteperempuan juga harus menabung dalam bentuk keahlian ya Mak *blogger dan ikut lomba contohnya :)
ReplyDeleteHarus mandiri, yes.
Nah itu salah satu contohnya :))
DeleteSudah bisa masuk kategori melek finansial, belum ya? Soalnya saya baru bisa yang begini dulu, mengais rezeki dari menulis :)
setuju perempuan sangat harus melek, karena kita tak tahu umur ...suami atau kita yang duluan dipanggilNya dengan melek mengelola keuangan kita tak akan limbung
ReplyDeleteBenar Mak Rina
DeleteSetujuuu, lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan :)
ReplyDeleteSepakaaat :))
DeleteTulisan mak Mugniar keren banget, bener mak banyak perempuan yang harus disadarkan melek finansial.
ReplyDeleteTerima kasih Mak Rahmi ... semoga kita (terutama saya nih) semakin melek ya :))
DeleteSy prnh mengalami mak... wkt usaha suami sepi, otomatis pendptan sepi jg ( maklum wirausaha)...tp alhamdulillah sy bs memasak, menjahit dan crafting jd asap didapur masih bs mengepul sambil menunggu usaha suami bangkit lg mak Niar.... hehe...
ReplyDeleteKapan2 saya mesti belajar ttg melek finansial sama Mak Iro nih ^__^
DeleteYa ampuuun Mak, kalimat pembukanya udah bikin saya merinding :'( tapi tulisannya lengkap dan gamblang banget. Belajar banyak. Good luck lombanya ya Mak ;)
ReplyDeleteMakasih ya Mak sudah mampir :)
DeleteYa ampuuun Mak, kalimat pembukanya udah bikin saya merinding :'( tapi tulisannya lengkap dan gamblang banget. Belajar banyak. Good luck lombanya ya Mak ;)
ReplyDeleteZaman sekarang ini yang semuanya serba mahal (menurut saya), menabung memang harus dinomorduakan setelah zakat/sedekah, setelah itu baru memenuhi kebutuhan hidup yg lain.. :)
ReplyDeleteIya benar, dinomorduakan setelah zakat dan sedekah :)
Deletequote nya mengena banget mbak...perempuan memang hrs melek finansial krn bertanggung jawab mengatur ekonomi klrg, sukses lombanya mak :)
ReplyDeleteMakasih ya .. sukses juga buat Mak Lathifah :)
DeleteJlebh... Betul banget, Kak. Jadi merasa ada yg ngingetin utk lebih melek finansial nih. Thanks for sharing ya :* Hugs from Jogja :))
ReplyDeleteMakasih juga sudah berkunjung, Mami Ubii *hug*
DeleteSalam buat Ubii yaa :)
Semoga Menjadi Pemenang dalam Kompetisi Menulis-nya ^_^
ReplyDelete