“Helmnya Athifah beberapa kali ketinggalan di
sekolah. Pernah malah disimpankan sama pak satpam,” Mama dan Tante Leha
membincangkan tentang Athifah dan helmnya.
Pagi itu Afyad ribut menyuruh Athifah mengambil
helmnya. Dia suka memperhatikan kelengkapan kakak-kakaknya sebelum ke sekolah,
terutama helm. Menjelang berangkat ke sekolah baru disadari bahwa helm berwarna
pink itu ketinggalan di sekolah.
“Bukan pak satpam. Kepala sekolahku namanya Pak
Sappa!” Athifah menyela perkataan Mama.
“Maksud Mama, helm Athifah kan waktu itu pernah
disimpankan sama pak satpam karena ketinggalan di sekolah, bukan di kelas,”
Mama menerangkan.
“Bukan pak satpam. Pak Sappa nama ke sekolahku.
Pak Muhlis itu yang simpankan helmku,” Athifah berkeras lagi.
“Iya, Pak Sappa nama kepala sekolahmu. Tapi yang
simpan helmmu kan pak satpam,” Mama
menjelaskan kembali.
Athifah masih kelihatan hendak berargumen lagi
ketika Mama menyadari bahwa Athifah belum mengerti bahwa penjaga sekolahnya
yang berseragam putih-biru setiap hari itu disebut juga sebagai “pak satpam”.
“Pak Muhlis – penjaga sekolahmu itu yang Mama
bilang pak satpam karena pakaiannya berwarna putih-biru dan bawa pentungan.
Orang yang pakaiannya seperti itu – berwarna putih-biru dan membawa pentungan
itu profesinya satpam.”
Kali ini baru Athifah mengerti tentang perbedaan
antara pak satpam dan Pak Sappa.
Makassar, 15 November 2014
Share :
hehehhehe,,,, athifah PD tuh bu ...hehehe berani berargumen ,,,, :D
ReplyDeletehehehhe...sy suka sekali mengikuti cerita Atifah
ReplyDeleteHa ha ha... Iya deh pak sappa..
ReplyDeletesatpam bukan sebuah nama...tapi sebuah profesi...he2
ReplyDelete