Saya baru menyadari bahwa novel anak ini merupakan pemenang 1 Sayembara Menulis Novel Anak Islami penerbit DAR!Mizan padahal novel ini sudah bertahun-tahun ada di rumah. Waktu itu saya belikan untuk si sulung Affiq. Maka hari ini saya mencoba membuka dan membacanya lembar demi lembar.
Judul: Keajaiban
untuk Ila
Penulis: Anindhita S.
Thayf
Penerbit: DAR! Mizan
ISBN: 979-752-262-8
Tahun terbit: 2005
(Juni)
Ketebalan: 123
halaman
Ukuran: 17 cm x 11,5
cm
Novel Keajaiban untuk Ila bercerita tentang Ila –
gadis kecil berusia 6 tahun yang ingin sekali sekolah. Ila tinggal di Aceh.
Ayahnya seorang nelayan dan ibunya seorang perajin tas anyaman daun kelapa. Ibu
juga membantu Ayah berjualan ikan di pasar. Ibunya mengatakan, nanti saat
usianya 7 tahun ia baru boleh sekolah. Di saat yang bersamaan ia merindukan
kakeknya dan mengirimkan surat kepada sang kakek, menceritakan betapa ia
menginginkan tas sekolah dan sangat tidak sabar menunggu saat bersekolah tiba,
yaitu saat usianya 7 tahun, pada tahun 2005.
Tak dinyana kakek kesayangan langsung menyambangi
kediaman anak-cucunya setelah membaca surat Ila. Kakek menghadiahi tas sekolah
yang cantik untuk Ila. Berwarna pink
dan ada gambar princess di depannya. Ila
senang sekali.
Pagi itu, Ila hanya tinggal berdua dengan Kakek
di rumah. Ayah dan Ibu ke pasar untuk berjualan ikan. Tiba-tiba saja gempa
mengguncang mereka. Tak lama kemudian dinding air yang berasal dari laut
menerjang mereka.
Ila terpisah dari kakeknya. Berhari-hari ia
terombang-ambing di perairan, seorang diri. Sebilah pintu membantunya tetap
terapung dalam kesadaran yang hilang-timbul. Ia mengira sedang menyaksikan
kiamat. “Inikah kiamat?” Bisikku dengan
nada takut-takut. “Apakah semuanya sudah dipanggil oleh-Mu, ya Allah?”
Kutengadahkan kepala memandang ke langit. “Tapi, mengapa aku masih di sini?
Apakah aku lupa dipanggil?” (halaman 74).
Di tengah deraan rasa lapar dan dahaga dan
halusinasi yang menghampiri, penderitaan Ila berakhir. Sebuah kapal
menolongnya. Seorang paman brewok membantunya. Perlahan-lahan Ila pulih.
Seperti layaknya buku cerita anak-anak. Novel
yang diperuntukkan bagi anak usia 7 – 12 tahun ini memiliki happy ending. Sayangnya sang kakek
terpisah darinya untuk selama-lamanya. Tetapi pesan moral yang senantiasa
dibisikkan Kakek dan kasih sayangnya tidak pernah terlupakan oleh Ila. Apalagi
sebuah karet penghapus pemberian Kakek ditemukan seorang perawat di dalam
kantong baju yang dikenakan Ila ketika bencana itu terjadi.
Novel ini mengingatkan saya pada novel Hafalan
Shalat Delisa karya Tere Liye (diterbitkan oleh Republika tahun 2007 – maaf saya salah, terbitan pertama tahun 2005 - ada koreksi dari Mbak Nathalia). Sebagian ceritanya mirip sekali, tentang gadis
kecil yang berjuang melawan keganasan tsunami.
Walau agak aneh karena tanpa dialek Aceh sama
sekali padahal setting ceritanya di
Aceh, saya suka cara penulis bertutur. Penulis menggunakan bahasa Indonesia
yang mudah dipahami di belahan bumi pertiwi mana pun, dari Sabang sampai
Merauke. Bukan bahasa Indonesia yang kaku, melainkan yang luwes dan cukup gaul
untuk anak-anak.
Hanya ada sedikit kekurangan dalam penulisan
kalimat. Contohnya: Namaku Salsabila
Putri, tapi orang-orang memanggilku Ila (halaman 10). Kesalahan dari
kalimat itu adalah: tidak perlu ada tanda koma sebelum kata “tapi” karena kata “tapi”
juga berfungsi sebagai kata hubung. Kata “tapi” sebenarnya tidak pas karena Namaku Salsabila Putri tidaklah
bertentangan dengan orang-orang
memanggilku Ila. Lebih tepat lagi kalau kata “tapi” dihilangkan saja.
Namun kekurangannya tak meniadakan pesan moral
dalam buku ini. Bahwa kita tak boleh berhenti berharap kepada Allah SWT. Selama
nafas belum habis, berdo’alah terus, jangan putus harapan.
Makassar, 13 November 2014
Tulisan ini diikutkan Indiva Readers Challenge
Share :
Saya waktu baca dari awal juga mikir ini kayak Delisha...
ReplyDeleteCuma lebih dulu novel anak ini, Mas Huda .. makanya bisa menang lomba menulis di penerbit besar :)
DeleteSaya pernah tahu buku meski belum pernah melihatnya. Dan, menyadari bahwa ternyata penulisnya pernah memenangkan lomba menulis novel DKJ dengan novel berjudul 'Tanah Tabu'.
ReplyDeleteWow pernah menang di lomba bergengsi itu ya Mbak Ecky? Saya sebatas tahu saja kalau penulisnya memang sering menang lomba2 keren.
DeleteSaya belum pernah baca novelnya tapi membaca ulasan dari Postingan ini seperti sudah tahu sperti apa alur cerita nolenya... Makasih
ReplyDeleteSalam dari Pulau Dollar
Makasih sudah membaca ^_^
Deleteterimakasih atas informasinya sangat bagus sekali
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung ^_^
Deletemak Mugniar,
ReplyDeletesaya pernah membaca novel ini, tapi sesudah membaca posting ini baru tersadar juga. Tadinya kupikir ini versi yang untuk anaknya. TFS
Terima kasih sudah berkunjung, Mak Tanti ^_^
DeleteBelajar dari resensinya Kak :)
ReplyDeleteSilakan Diyah .... tapis aya juga masih belajar koq :)
Deletehafalan shalat delisa yg thn 2007 udah cetakan ke-4 mbak...
ReplyDeletecetakan pertamanya thn 2005 jg...
Ooh terima kasih Mbak Lia .... saya tidak menemukan info itu waktu Googling tadi ... sudah saya koreksi di tulisan di atas .. makasih yaa :)
Delete