Sejak
kira-kira dua bulan yang lalu hingga saat ini, saya melihat pemandangan yang
menyenangkan di sepanjang Jalan Rappocini Raya. Di sepanjang got ada
penggalian. Sampah-sampah dan lumpur yang mendangkalkan saluran drainase di
jalan raya ini dikeluarkan dan diletakkan di dalam karung-karung putih di
pinggir jalan. Penggalian serupa juga dilakukan di beberapa wilayah di kota
ini. Ini angin segar!
Angin
segar bahwa akan ada perbaikan ke arah yang lebih baik di kota tercinta ini.
Seingat saya, saya melihat pemandangan seperti itu dulu. Sudah lama sekali,
waktu saya masih kanak-kanak. Kira-kira tahun 1980-an. Satu dekade belakangan
ini, keadaan drainase kota buruk sekali. Kalau hujan, di banyak tempat air got
mudah meluap. Bahkan kanal yang seharusnya membantu menanggulangi banjir tak
mampu menahan debet air yang tercurah di musim penghujan.
Saya
menuliskan kisah tentang pengalaman selama tinggal di Jalan Rappocini Raya di
musim penghujan di situs Makassar Nol Killometer yang baru-baru ini diterbitkan
penerbit Tanah Indie dengan judul Jurnalisme Plat Kuning. Tulisan saya tentang
kanal dan hujan itu termasuk yang dimuat di dalam buku ini. Pengalaman yang
menyedihkan karena dari tahun ke tahun, efek pendangkalan kanal dan
berkurangnya daerah resapan air hujan akibat pembangunan yang menggila di kota
ini semakin terasa.
Tumpukan karung di pinggir Jalan Rappocini Raya |
Angin
segar itu makin terasa sejuk ketika saya membaca berita bahwa pemerintah
kotamadya Makassar telah membeli 1 unit excavator Amphibious seharga 4,5 miliar
rupiah untuk mengeruk kanal.
Aih, ini sungguh sebuah berita yang saya tunggu-tunggu
setelah di periode lalu, seorang anggota DPR mengatakan bahwa pengerukan kanal
belum dapat dilakukan karena biayanya mahal. Pemerintah kota yang menjabat
selama 2 periode sebelumnya memang terlihat tidak punya inisiatif dan keinginan
dalam mengatasi masalah kebersihan dan drainase kota ini.
Namun
kata walikota yang baru dilantik menjelang pertengahan tahun ini – Danny Pomanto,
Makassar masih butuh setidaknya 9 unit excavator lagi untuk bisa menggali lebih
banyak. Pak walikota berharap pemerintah provinsi dan pemerintah pusat mau
membantu pengadaan excavator tersebut. Sebagai langkah awal, pengerukan akan
dilakukan di daerah muara agar air nantinya bisa lebih mudah mengalir ke luar.
Pengerukan
kanal ini dilakukan sebagai rangkaian program pemerintah kota – Makassar Tidak
Rantasa’ (Makassar tidak kotor/berantakan). Sebelum-sebelumnya saya juga
melihat kanal di daerah Rappocini lumayan bersih, tidak sekotor dulu lagi. Tapi
ini juga mungkin karena lurah kami seorang perempuan. Perempuan biasanya lebih
peduli urusan kebersihan dibandingkan laki-laki. Beberapa waktu yang lalu
bahkan diadakan Festival Kanal di kanal Rappocini, di sekitar kantor lurah
Rappocini. Sayangnya waktu itu saya sedang ada keperluan sehingga tidak bisa ke
sana menyaksikannya.
Besar
harapan saya angin segar ini bisa terus dirasakan. Terima kasih pak walikota,
atas langkah-langkah signifikan yang telah dilakukan.
Makassar, 26 Desember 2014
Referensi:
http://makassar.antaranews.com/berita/60833/makassar-perkenalkan-excavator-amphibious-untuk-keruk-kanal
Share :
jadi pengen ke Pasar
ReplyDeleteLho koq ke pasar, Pak Asep? :))
DeleteMak, waktu ke rumahnya Mak Aida saya melihat bendungan besar tapi dipenuhi eceng gondok, sayang sekali, padahal itu untuk menampung air hujan ya
ReplyDeleteIya Mak, ada beberapa bagian kanal dan sepertinya juga sungai di Makassar dipenuhi eceng gondok. Itu juga yang saya sayangkan. Sydah pernah saya menuliskan tentang itu (di http://www.mugniar.com/2012/11/lagi-lagi-tentang-kanal.html dan .http://www.mugniar.com/2013/01/air-memeliharamu-memelihara-kehidupan.html).
DeleteItu juga merupakan harapan saya, supaya pemerintah memperhatikan pertumbuhan eceng gondok yang menambah pendangkalan kanal. Eceng gondok kan juga sebenarnya bisa jadi craft ya Mak, cuma di sini belum ada yang bisa mengolahnya.
semoga kebersihannya bisa tetap dipertahankan ya mbak
ReplyDeletebeberapa waktu lalu saat hendak ke pulau samalona. di dermaga kayubengkoang pada bagian pantainya sangat bertebaran sampah. namun entah sekarang apa sudah dibersihkan...
ReplyDeletesemoga program pemerintahnya berjalan lancar,udah musim hujan juga jadi nggak tega rasanya lihat daerah di Indonesia banjir,banjir dan banjir
ReplyDeleteSaya Juga Merasakan Hal yang Sama Kak Niar pasca baru pindah lagi dari Kota seberang. Speechless dengan pergerakan Walikota Makassar sekarang. Perlahan kembali bangga dengan Kota makassar. Yang Kurang Sekarang hanyalah Tong Sampah yang harus ada alias di perbanyak di tiap beberapa meter di pinggir jalan agar setidaknya Masy. tahu kalau ada tempat membuang sampah. Karena satu hal juga yang membuat dilema Masyarakaat adalah Saat di suruh membuang sampah dengan teratur akan tetapi tempat sampahnya tidak ada, jadilah mereka meletakkan dimana saja. :)
ReplyDeletekotoran gotnya banyak juga ya mak..sama seperti disini hehehe
ReplyDelete