Kerabat yang sedang saya jenguk – Kak Sita (nama
samaran) menderita asam urat tinggi. Ia sudah dirawat beberapa hari di rumah
sakit mentereng itu. Pastinya makanan yang disediakan rumah sakit disesuaikan
dengan jenis penyakit pasiennya.
“Sudah maki’
makan, Kak?” saya berdiri dan berjalan menuju meja tempat makan siang pasien
diletakkan. Di situ ada tahu goreng. Juga ada sayur kacang panjang tumis. Lho,
bukannya makanan ini sebaiknya tidak dikonsumsi penderita asam urat tinggi? Mengapa rumah
sakit sebagus ini menyediakan makanan yang bisa membuat pasiennya makin sakit?
Rumah sakit tempat Kak Sita dirawat itu termasuk rumah
sakit berkelas. Setahu saya rumah sakit seperti itu biasanya ada ahli gizinya.
Ahli gizi itulah yang mengatur apa saja yang boleh dimakan oleh pasien-pasien
yang dirawat. Atau bagaimana ya? Saya juga tak paham. Barangkali memang pola diet sebagian orang tentang penyakit tertentu berbeda dengan cara medis?
Sumber gambar: http://best-weightlossshakes.com/ |
Seorang kerabat yang lain – Kak Lina (nama samaran),
pernah dirawat di rumah sakit karena dugaan ada tumor bertumbuh di
kandungannya. Hasil CT scan menunjukkan demikian. Suami saya mewanti-wantinya
untuk tak makan makanan yang digoreng dulu, khawatir ia tak bisa mengontrol diri sementara perutnya telah membesar. Perempuan yang rahimnya sedang bermasalah
seperti itu kan sebaiknya sudah memperhatikan asupan makanannya. Apalagi dengan
diagnosa yang menyatakan penyakitnya sebagai tumor, dia harus berhati-hati. Belum
diperiksa lebih lanjut “level” penyakitnya.
Bisa saja penyakitnya sudah masuk kategori kanker, bukan tumor biasa.
Namun apa jawaban Kak Lina usai dinasihati oleh suami
saya? Dia mengatakan, “Dokter bilang tidak ada ji pantanganku. Saya boleh makan apa saja!” Mendengar respon ini,
suami saya hanya bisa diam.
Begitu pun dengan Suci (nama samaran). Ia terkena
kanker payudara. Sudah agak parah, masuk stadium lanjut. Dia sudah menjalani
kemoterapi. Betapa terkejutnya kami ketika tahu dia memakan apa saja, tak ada pantangan
sama sekali. Sebisa mungkin suami saya menjelaskan jenis makanan apa saja yang harus
dihindarinya karena berdasarkan pengalaman kami, dengan mengontrol makanan maka penyakit akan cepat sembuh. Tahukah kalian apa jawabannya? “Dokter tidak bilang apa-apa soal
makanan.” Baginya, karena dokter tak mengatakan apa-apa, itu berarti ia boleh
makan apa saja. Dan beberapa bulan kemudian, penyakitnya menjadi semakin parah.
Orang sehat saja selayaknya mengontrol pola makannya
di masa ini – masa yang diwarnai dengan berbagai jenis polusi, makanan fast food, dan berbagai bahan tambahan
makanan serta obat-obatan kimiawi apalagi orang sakit.
Orang yang berpotensi terkena asam urat tinggi saja
sudah harus mengatur pola makannya, apalagi yang kandungan asam uratnya di
dalam tubuh sudah tinggi. Begitu pun orang yang baru terkena tumor, tentunya
sudah harus mulai mengatur pola makannya, apatah lagi yang sudah terkena
kanker. Bagaimana penyakit bisa sembuh kalau hanya minum obat sementara asupan
makanan tidak dikontrol? Obat-obatan kan tidak bekerja ala sulap yang hanya dengan
minum obat lalu sim salabim, sembuh seperti sediakala bila semua makanan tetap dimakan dengan takaran yang sama?
Pemahaman tentang keharusan menjaga pola makan bagi
orang sakit ternyata tidak dimiliki semua orang. Ini diperparah dengan
kenyataan bahwa tidak semua rumah sakit dan dokter menerangkan kepada pasiennya
perihal pentingnya mengontrol atau bahkan berpantang makanan untuk orang yang berpotensi atau sudah menderita
penyakit tertentu.
Bagaimana kita bisa memberikan pemahaman kepada kaum kerabat
kita yang awam tentang pola makan yang lebih sehat? Mereka tak peduli karena kita bukan
dokter. Kita hanya orang awam di mata mereka, berbeda dengan dokter yang sudah “sekolah
tinggi” di bidangnya. Mereka cukup mengatakan ini untuk mendebat kita: “Dokter tidak melarang.”
Makassar, 5 Maret 2015
NB:
Mohon maaf, tulisan ini ditulis berdasarkan pengalaman saya (kira-kira 2 tahun terakhir ini) dan orang-orang yang saya kenal saja dan pengamatan di sebuah tempat pengobatan alternatif, bahwa dengan menjaga pola makan maka badan akan lebih sehat dan lebih mudah sembuh, bukan bermaksud menyinggung pihak-pihak tertentu.
Saya dan suami punya pengalaman terhadap suatu penyakit dan dalam 2 tahun ini saya menjaga pola makan saya. (Ternyata) apa yang dibolehkan bagi sebagian orang, kami sudah memantangnya dan alhamdulillah, kondisi kami membaik.
Saya dan suami punya pengalaman terhadap suatu penyakit dan dalam 2 tahun ini saya menjaga pola makan saya. (Ternyata) apa yang dibolehkan bagi sebagian orang, kami sudah memantangnya dan alhamdulillah, kondisi kami membaik.
Share :
Halo mbak, semoga menang ya kontesnya ya. Tapi, ada yang mau saya luruskan sedikit:
ReplyDeletePasien kanker itu memang bebas makan apapun juga, lho mbak (ya, tentunya bukan junkfood atau makanan kategori tak sehat lainnya). Biasanya, dokter mengatakan seperti itu merupakan bagian dari edukasi kepada pasien, karena pasien kanker di indonesia sering sekali terbawa mitos-mitos menyesatkan, seperti jangan makan daging ayam, jangan makan telur, jangan makan bersantan, dll. Padahal pasien kanker membutuhkan asupan gizi yang berimbang, dan asupan gizi berimbang tidak bisa didapat dengan cara memantang makanan.
Tentunya, pasien bisa bertambah buruk bahkan meninggal, tidak semerta-merta diakibatkan makanan yang tidak dipantang. Ada banyak faktor, salah satunya mungkin karena keterlambatan berobat (pasien kanker di indonesia sering datang ke dokter dengan kanker stadium lanjut).
Untuk menu asam urat di atas, seperti tahu dan kacang panjang, itu sudah tepat setahu saya. Karena kadar purinnya kecil.
Hampir semua makanan yg kita makan mengandung purin, tapi yang dihindari pasien gout adalah makanan tinggi purin seperti: protein hewani (terutama daging merah, jeroan, seafood), akohol, tape (produk fermentasi). Sedangkan untuk makanan lain dibolehkan, tapi dibatasi (harus sering-sering puasa :))
Betul seperti apa yang mb Qanita ini bilang.
DeletePenderita tumor tidak punya pantangan makanan. Gorengan boleh dimakan, kok. saya juga punya teman dekat kanker stadium 4 yang memang udah gak bisa ditangani lagi, memang dokternya sendiri yang bilang makan apa saja saat keluarga tanya apa ada pantangan makana untuk pasien. Malah makin menyesatkan kalau dibilang khawatir perutnya yang membesar persis orang hamil itu bakal makin membesar akibat makan gorengan (seperti yang tertulis di paragraf 4).
Setahu saya juga sebagai orang yang pernah bekerja di rumah sakit, biasanya dokter akan bilang kalau pasiennya harus pantang banget terhadap suatu jenis makanan. Kalau tidak dibilang, berarti boleh makan makanan apa saja selama bukan sejenis soda atau mengandung soda. Kalau gorengan, ya samalah kayak makanan kita sehari-hari yang digoreng.
Hm terima kasih Mbak Qonita, Mbak Ecky atas penjelasannya.
DeleteSeandainya orang2 yang berkompeten menjelaskan dengan baik seperti yang dijelaskan Mbak2 di atas mungkin lebih baik bagi pasien. Masalahnya, disuruh makan apa saja membuat pasien mengonsumsi apa saja, tidak memperhatikan lagi batasan2nya.
Adalah kelemahan manusia kalau dibilang boleh maka batasan2 tak diperhatikan lagi. Misalnya ternyata boleh makanan yang kadar purinnya rendah maka tanpa kontrol dan pemahaman maka akan dikonsumsinya berkali-kali. Lupa kalau sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. :)
Saya orang yang potensial asam uratnya naik jadi saya pernah merasakannya hehehe. Saya sering kali mengatakan sama diri sendiri, "Cuma sedikit, tidak apa2" tapi akhirnya kebablasan dan terasalah kaki dan tangan kram2 tapi kalau saya hentikan lagi dan berusaha mencari penyeimbangannya dengan berbagai cara maka badan terasa fit kembali.
Alangkah bagusnya kalau pihak medis mau secara panjang lebar menjelaskan seperti Mbak Qonita dan Mbak Ecky karena akan membantu pasien mengontrol pola makannya. Kerabat saya yang kena asam urat tinggi pada akhirnya tidak berhasil keluar dari masalahnya karena tidak ketat dalam pola makan. Alhasi sekujur badan sakit semua dan kadar asam urat di atas 8 terus.
Oya mungkin saya harus memperbaiki kata2 saya .... Mbak Ecky, maksud saya, karena makan apa saja, tidak ada yang dipantang, tidak ada yang ditakar akibat dibolehkan semuanya.
Saya memperhatikan pengalaman di sekitar saya juga sih Mbak, untuk orang2 yang bermasalah kesehatannya, pantangan makanan akan mempengaruhi proses kesembuhannya. Orang yang saya kenal baik, sangat menjaga pola makannya dengan tidak memakan makanan2 terutama gorengan (di sini maksudnya segala sesuatu yang digoreng) dan hasilnya membaik. Kapan kembali memakannya, kondisi fisiknya menurun lagi.
Mungkin dalam hal ini ada perbedaan pemahaman ya?
Btw terima kasih banyak atas penjelasannya :)
Itu dia mbak. Selain kurangnya informasi, sepertinya banyak dokter yang kurang memberikan informasi menyeluruh kepada pasien, walhasil banyak yang salah persepsi. Seperti pasien kanker boleh makan apa saja. Memang boleh, tapi tidak berarti boleh makan semua kan (junkfood, makanan berpengawet, instan, jeroan, jelas tidak sehat). Kalau hanya diberitahu selewat, pasti pasien mikirnya boleh semuanya :)
DeleteSaya sendiri merasakan banyak pasien yang cuma dikasih edukasi ala kadarnya. Padahal itu riskan, mengingat kita hidup di masyarakat penuh dengan mitos, belum lagi di era internet dimana banyak informasi yang menyesatkan tentang kesehatan. Ya, semoga ini bisa jadi reminder buat diri saya sendiri.
Memang ada banyak penyakit yang memerlukan pantangan dalam makanan. Misalnya pada pasien yg ada kecenderungan alergi, pasien pyk jantung, darah tinggi, asam urat, dll. Saya sendiri setuju, kita bisa sehat atau sakit hanya karena makanan. Walaupun saya bukan vegetarian, pengatut eat clean, atau food combining, tapi saya sedikit makan daging dan perbanyak sayur dan buah, pokoknya hanya ikuti prinsip-prinsip ilmu gizi saja, dan gak makan junkfood dkk. Btw, kalau untuk gorengan, orang sehat maupun sakit hendaknya memang membatasi jumlahnya.
Oiya, makasih ya mbak udah mampir ke blog saya, nama saya Momzhak. Kalau Qonita itu cuma nama blog, hehe :)
Ooh hehehe maaf, tidak memperhatikan baik2 Momzhak (ibunya Zhak ya, Mbak maksudnya?)
DeleteHarapan saya jga seperti itu ... soalnya kalau kita mau memberitahu, ya tidak dianggap karena bukan ahlinya. "Dokter saja santai, kenapa kamu ribet begitu," begitu kira2 pikiran kerabat. Kerabat kami jadinya memakan segalanya. Sedih rasanya. Padahal kalau sudah kena penyakit, yang mesti diterima adalah bahwa kondisi badan sudah tidak sama dengan orang sehat, asupan makanan pasti ada pengaruhnya ke tubuh dan penyakit.
Makasih ya Mbak sudah komen balik :)
Waduh yang jelas sehat itu berharga...
ReplyDeleteIya Mas
DeleteTerimakasih atas artikelnya Mak Niar. Mencerahkan. Membacanya saya tetiba ingat ibunda Bang Erikar Lebang, praktisi yoga yang juga penulis beberapa buku kesehatan. Ibunda bang Erik ini dokter termasuk beken lo di Indonesia, beberapa tahun lalu terkena kanker, saya lupa jenis kankernya. Mendapatkan pngobatan modern terbaik, pastilah karena beliau dokter. Dan ternyata disamping pengobatan mahal itu beliau juga mengubah pola makan dengan hanya mengkonsumsi rawfood (makanan buah, sayur, biji2an dll yang bisa dimakan mentah tanpa protein hewani). Sampai saat ini beliau sembuh dan sehat bisa beraktifitas sebagaimana biasanya. Apakah beliau sembuh karena pengobatan modern dan mahal? Ataukah karena pola makannya juga? Wallahua'lam. Yang jelas dari sini kita bisa mengambil pelajaran :)
ReplyDeleteTerimakasih telah berpartisipasi dalam Giveaway perdana saya ya Mak Niar. Semoga senantiasa sehat dan berbahagia. Salam hangat dari Jawa Timur
Terima kasih Mak Widya. Saya yakin kalau pola makan berperan penting juga selain pengobatan karena saya mengalaminya dan saya mengetahuinya dari orang2 yang mengalaminya.
DeleteTerkadang pasien kurang aktif dalam konseling sehingga kurang memahami
ReplyDeleteBanyak orang yang tidak mencari tahu secara proaktif tentang keadaan dirinya Pak Edi. Menurut sebagian orang ada baiknya mengatur pola makan, termasuk memantang makanan jenis2 tertentu - paling tidak mengontrolnya.
DeleteBila tak ada pesan sama sekali dari doter yang menangani, maka cenderung seseorang akan makan apa saja dan bisa bablas sehingga apa yang dikonsumsinya tidak terkontrol. Bisa jadi asupan makanan yang masuk sebagian malah berbalik menjadi racun karena badan sudah jenuh sementara obat2annya tidak "kuat" untuk memerangi penyakitnya ditambah lagi dengan asupan makanan yang berakibat tidak baik dalam tubuhnya
Kadang orang sebenarnya tahu tapi tapi tak bsa menahan diri untuk makan makanan tak sehat..
ReplyDeleteSebisa mungkin mau memberitahu, Mak tapi gimana caranya ya soalnya bukan dianggap ahlinya ...
DeleteSaya aja kadang gitu mba. Kadang orang yang nasehatin suka banget sama mitos, jadi sering gak saya dengerin, hehe #jahat
ReplyDeleteNah ... kalo dikasih mitos jangan mau hihihi. Misalnya orang gampang kena asma malah disuruh mandi subuh2 ... duh ... bukannya jadi tambah parah ....
DeleteIya sih mbak.... masih banyak orang yang gak mau dengar kata2 orang awam kalau masalah kesehatan, padahal yang dikatakan orang awam itu bener. Bagi sebagian besar orang, kalau urusan kesehatan kata2 yang dipercaya ya hanya kata2 dari dokter. Padahal sekarang kan informasi kesehatan bisa diperolah dari mana saja ya mbak.
ReplyDeleteIya Mbak. GImana ya ....
DeleteBener juga kadang orang nggak mau denger nasehat seseorang karena orang tersebut bukan dokter, mungkin lain kali kita bisa kasih buku referensi yang kita baca tentang makanan baru ngeh
ReplyDeleteKadang2 juga tidak. Saya pnya pengalaman, tp bukan ttg penyakit. Ttg ASI. Sudah saya sodorin buku malah dibilang "cuma teori", bukunya gak mau dibaca dengan baik padahal yang nulis dokter. Nah, beda kalo dokternya bicara langsung :)
DeleteKita memag bukan dokter tetapi setidaknya bisa membaca hal-hal yang berkaitan dengan menjaga kesehatan ya Jeng.
ReplyDeleteSemoga berjaya dalam GA
Salam hangat dari Surabaya
Berharapnya demikian, Pakdhe ...
DeleteAamiin
Sukses juga buat Pakdhe
Makanan yg kita makan memang berpengaruh besar pada kesehatan tubuh ya mbak. Aku meskipunn pemakan segala tetep hati2 sih.. ga berlebihan
ReplyDeleteIya Mbak, berpengaruh besar karena saya merasakannya sendiri dan memilih hati2
Deletesaya juga sekarang sedang mengatur pola makan mbak, mulai mengurangi gorengan dan memperbanyak sayur buah.
ReplyDeleteMudah2an akan terasa lebih bugar Mbak Fanni
Deletekalo itu bapak saya dulu mbak. kalo ibu saya atau putra-putrinya nasihatin gak diperhatikan. setelah dokter yg nasihatin baru percaya. hehe...sekarang sih bapak sudah g begitu lagi. nurut sama ibu. ya karena sudah sepuh dan ga bisa jauh-jauh dr tempat tidur (penyakit tua). sayangnya saya ga bisa merawat bapak krn sudah jauh. semoga ibu tetap sehat shg bisa merawat bapak. eh lho kok mlh curhat?
ReplyDeletegood luck utk lombanya mbak.
Alhamdulillah ada juga yang kasusnya mirip ini Mak, tetap saja susah kalau dari pihak keluarganya yang memberi tahu. Jadi orang2 terdekatnya bingung mau ngapain lagi
Deletetidak menunggu sakit. ketika sehat pun juga harus menjaga pola makan :)
ReplyDeleteSetuju Mak. Sekarang saya sebenarnya agak nyesal, kenapa dulu2 tidak memperhatikan baik2 asupan makanan hingga saat ini ada yang begitu cepat berpengaruh pada badan saya dan ketika saya hentikan baru badan terasa lebih bugar
Deletembaa saya jadi tersindir juga niih, saat sehat suka ngga ngontrol makanan, pengennya apa aja dimakan, apalagi kalo gratis hahahaha
ReplyDeleteSaya tidak bermaksud nyindir lho Mbaak :)
DeleteMaksudnya, seperti yang dikomen sama Mak Widya di atas, sekadar sharing agar kita lebih memperhatikan makanan karena makanan yang masuk mau tidak mau akan berpengaruh kepada tubuh apalagi kalau tubuh sudah terkena penyakit atau usia sudah tidak tergolong muda lagi :)
Eh tapi pengalaman aku yg penyakitan ini. Kadang orang awam yg ngasi nasehat pas jenguk itu malah bikin parno.... kita yg jadi pasien jadi kayak banyak pantangan yg akibatnya serem2 gitu. Jadi buat menghilangkan stress ya dengan megang nasehat dokter aja deh. Lalu abaikan yg lain.
ReplyDeleteKalau Mbak Ade kan bisa milih, mana yang mitos atau bukan. Banyak yang tidak bisa milih, tidak juga mencari tahu, Mbak. Saya mengamati orang2 yang menjaga pola makannya dengan ketat, malah berpantang makanan (yang oleh dokter tidak dipermasalahkan) justru menjadi baik2 saja. Sy juga merasakannya sendiri .. walau ... ya ... saya masih sering kebablasan karena keenakan menghibur hati dengan mengatakan "cuma sedikit" padahal sedikit demi sedikit lama2 jadi bukit jg dan akhirnya kalau badan saya pegal baru kalang kabut dan menjauhi makanan yang berakibat buruk pada badan saya :)
Deletesusah juga sih soal makanan ini. nenekku yang sangat konservatif, karena dilarang makan sesuatu oleh dokternya, malah jadi ketakutan makan makanan sejenis, akhirnya malah kurang asupan makanannya.
ReplyDeletejadi memang kita sendiri yang harus pintar pintar menggali informasi ya... jangan pula tunduk taat pada dokter tanpa alasan, sebisa mungkin kita harus tau mana yang baik buat tubuh kita sendiir
Semoga selalu sehat mak :)
ReplyDeleteAku pernah tuh kalau berobat, terus dinasehatin dokter untuk pantangan makanannya. Tapi kok aku agak rewel, ya? Hehe... Tapi aku berharap banget kalau dokter tuh ngasih advise perihal pantangan makanan sebaiknya dijelaskan agak detail, biar mengedukasi pasien juga. Yaa minimal yg bisa bikin pasiennya ngerti mengapa. Gini2 aku senang belajar lho, meski kelihatannya rewel.... Heu
ReplyDeleteMakanan yang digoreng seperti tahu goreng dan tumis yang mengandung banyak minyak, memang sebaiknya gak dikonsumsi oleh orang yang sedang sakit ya.. Bisa jadi memang tak ada ahli gizinya di sana..
ReplyDelete