Lanjutan dari tulisan sebelumnya (tulisan ini merupakan tulisan ke-3)
Sebelum diskusi dimulai, Ibu Lusi
Palulungan menjelaskan dahulu program Mampu (Maju Perempuan Indonesia) yang
sedang dijalankan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Program
ini dibiayai pemerintah Australia, mencakup 5 hal:
- Perlindungan sosial, menyangkut aspek sosial masyarakat mengenai program-program pemerintah seperti BPJS
- Akses perempuan terhadap pekerjaan, di antaranya supaya tidak mendapatkan diskriminasi di tempat kerja semisal mendapatkan perbedaan upah dan lain-lain.
- Mengurangi kekerasan terhadap perempuan (kekerasan seksual, pelecehan, KDRT, trafficking).
- Perlindungan BMI (buruh migran Indonesia), supaya mereka yang hendak bekerja di luar negeri dapat info memadai tentang bagaimana bisa mengakses pekerjaan yang baik.
- Kesehatan reproduksi perempuan (ibu hamil, pap smear, dan lain-lain)
Saat ini program Mampu tengah
berlangsung di 5 provinsi: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, NTB, dan
Maluku. Program Mampu diharapkan berperan pula dalam menguatkan kapasitas
anggota DPRD perempuan.
Foto: Abby Onety |
Acara diskusi berlangsung santai tapi
serius dalam arahan Kak Luna Vidya – moderator Diskusi Inspirasi bertajuk
Merawat Semangat Juang Perempuan ini. Saya selalu suka mendengar bagaimana Kak
Luna membahasakan sesuatu. Selalu terdengar berbobot dan indah. Saat membuka
diskusi, ia mengatakan ingin mengetahui bagaimana cara Puang Anja, Tante No,
dan saya – sebagai nara sumber dalam meredefinisikan peran kami dalam menjalani
kodrat dan memperluas wilayah “pelayanan” (mudah-mudahan tidak salah ingat,
tolong saya jangan di-kandatto’ kalau salah ya, Kak Luna J).
Tante No menceritakan
pengalaman-pengalaman menariknya dalam berjuang. Beberapa kali salah satu
pendiri Komite Perjuangan Rakyat Miskin (KPRM) ini ikut berdemonstrasi di
hadapan wali kota sampai ke Jakarta. Ia tak kenal takut.
Di antaranya pada saat sebuah gedung
akan dibangun dan disebar isu mengenai tude beracun sehingga para petani tude
yang kebanyakan perempuan miskin tak dapat lagi beraktivitas. Isu itu rupanya
disebarluaskan hanya untuk mengehentikan aktivitas petani tude agar maksud
pendirian bangunan segera terlaksana.
Tahun 2002 Tante No bergabung dengan
LBH (Lembaga Bantuan Hukum) APIK dan dilatih menjadi paralegal. Paralegal itu
adalah orang yang bukan berlatar belakang Hukum yang dilatih untuk menangani
kasus hukum.
Foto: Abby Onety |
Tante No pernah membantu istri
seorang PNS yang suaminya menikah lagi. Tanpa sungkan ia langsung menghadap dan berbicara dengan bupati di wilayah PNS tersebut
bekerja. Ia juga pernah membantu membongkar kasus trafficking di daerah pemulung.
Tante No menyamar menjadi ibu yang
hendak mencarikan keponakannya pekerjaan. Ia bertemu dan berbincang dengan
germonya. Saat tengah berbincang itulah, tiba-tiba polisi menggerebek dan
menangkap si germo.
Saat giliran saya tiba, saya
mengintip contekan yang saya buat dari rumah. Maklum, ranah saya adalah ranah
tulisan, bukan hal mudah bagi saya untuk berbicara di depan banyak orang. Malam
sebelumnya, saya mencoba merunut apa yang selama ini telah saya jalani dan hal-hal
tersebut kemudian menjadi tujuan saya menulis. Berikut poin-poin yang saya
catat:
- Saya bisa menjadi duta tidak resmi untuk Makassar/Sulawesi Selatan.
- Saya bisa menunjukkan kepada publik bahwa ibu rumah tangga bisa berdaya walau dari rumahnya dengan menulis. Dengan menulis, ibu rumah tangga dapat:
- Mengasah wawasannya.
- Menghasilkan rupiah.
- Menjadikannya lebih bahagia.
- Tetap bisa bersosialisasi dan berkegiatan.
- Dengan menulis saya bisa menjadi citizen journalist yang menebar manfaat kepada banyak orang:
- Menebar pengetahuan, misalnya macam-macam isu penting dan strategis (tentang kesehatan ibu, tentang penyakit menular, Komunitas ASEAN, isu seputar media mainstream, dan lain-lain)
- Menggerakkan orang melakukan sesuatu.
- Menjadi salah satu cara mengkritik yang elegan.
- Dengan menulis saya bisa mengajak perempuan lain untuk berkegiatan yang sama dengan saya sekaligus menyampaikan kepada mereka beragam manfaat menulis.
Di samping itu, saya juga
menceritakan beberapa hal yang saya tulis dan dampak/manfaat yang saya
dapatkan. Mau tahu apa itu? Di tulisan selanjutnya yaa J
Makassar, 7
Mei 2015
Bersambung
Share :
sukses untuk perjuangannya mba... hehhe
ReplyDeleteMbak Niar memang hebat kok.
ReplyDeleteAh ya, jd ingat pernah ditawari jd paralegal. Haduuh....
Pertamax diamankan dulu :)
ReplyDeleteNyimak dlu mba.
ReplyDeleteSalam kenal ini kunjungan pertama d blog'a mba niar :)
perempuan memang selalu punya kisah dan juga prestasi. saya juga ibu rumah tangga mak, tapi bisa juga bergerak dari dalam rumah. sukses terus yaaa
ReplyDeleteoh saya baru tahu kalau ada yg namanya paralegal :) kira2 persyaratannya apa ya... :)
ReplyDeletesukses acaranya...
ReplyDeletemantab
ReplyDelete