Tak
heran kalau pada Sesi 3 Sharing Kepenulisan yang diselenggarakan oleh IIIDN Makassar di Toko Buku Gramedia
Mal Ratu Indah pada tanggal 25 April lalu, ada seorang peserta yang mengatakan
kesannya, “Rasanya seperti ditampar, orang-orang semuda Taris dan Safira sudah
menghasilkan buku!”
Taris
Zahratul Afifah dan Safira Devi Amorita tampil memukau peserta. Mereka
menceritakan pengalaman dalam berkarya. Taris, putri Marisa Agustina (salah
seorang anggota IIDN Makassar) masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Satu buku
solonya – karya pertamanya, telah diterbitkan oleh Mizan dan beredar di
toko-toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Judul bukunya adalah Kompetisi
Rahasia.
“Kompetisi
Rahasia bercerita tentang seorang anak yang suka “rebutan” laptop sama ibunya,”
Taris bercerita tentang ide cerita dalam bukunya. “Kisah nyata ya,” goda
Nurlina – moderator acara. Taris tersenyum simpul (anggap saja itu artinya iya
ya wkwkwk).
Nurlina, Taris, Safira, dan Kak Heru |
Kali ini banyak peserta ciliknya |
Diawali
kesukaannya membaca seri KKPK – Kecil-Kecil Punya Karya, buku-buku cerita anak terbitan
Mizan yang ditulis oleh anak-anak, Taris kemudian menjadi suka menulis-nulis
cerita pendek-pendek saat duduk di kelas 3 sekolah dasar. Aktivitas isengnya
ini sempat terhenti dan berlanjut kembali ketika ia duduk di kelas 5 sekolah
dasar.
Marisa,
ketika membaca-baca seri KKPK tersadar kalau tulisan-tulisan putrinya layak
untuk dibukukan seperti buku-buku KKPK lainnya. Maka ia pun mendorong Taris
untuk mencoba menulis sebuah cerita panjang. Taris yang menjadi pemimpin
redaksi bulletin sekolah di SMP-nya belajar otodidak dan menulis bukunya selama
1 tahun. Dukungan orang tua dalam bentuk sarana (laptop) pun diperolehnya.
Marisa membantu mengecek tulisan Taris, membantunya dalam pengerjaan outline, mempertajam ide, membuat
tulisan menjadi lebih detail, dan
membantu mengirimkannya ke penerbit. Untuk KKPK, harus dikirimkan hard copy sebanyak 40 – 45 halaman A4 ke
alamat penerbit.
Remaja
putri yang menyukai bacaan bergenre fantasi ini memberi tip agar naskah bisa
diterima di penerbit mayor: cari ide yang belum banyak ditulis dan berbeda dari
orang lain. Ia juga memberi tip bahwa untuk menulis buku butuh komitmen yang
kuat dengan meluangkan waktu menulis usai belajar (keren lho, anak kelas 2 SMP
bicara soal komitmen, salut saya).
Usai
Taris, giliran Kak Heru yang memukau hadirin dengan dongeng yang dibawakannya.
Dongeng itu berjudul Anisa dan Kotak Ajaib. Belakangan ketahuan kalau dongeng
tersebut merupakan karya dari Safira – putrinya. Memperhatikan Kak Heru
mendongeng membuat saya berpikir bahwa mendongeng itu tak mudah. Maksud saya,
untuk menjadi pendongeng profesional, seseorang selain harus punya stok cerita
yang banyak, juga harus pandai memainkan suara dan mimik wajah. Pembawaannya
pun harus selalu ceria seperti Kak Heru. Tidak lucu, kan kalau seorang
pendongeng terlihat bete?
Safira
terlambat muncul pada Sharing Kepenulisan
ini karena ia baru pulang sekolah menjelang pukul 2 siang. Sementara Kak Heru
mendongeng, usai mengganti baju sekolahnya dengan pakaian casual, barulah Safira mengambil tempat duduk di samping daddy-nya.
Di
usianya yang baru 15 tahun, Safira terlihat dewasa. Bukan karena di usia semuda
ini ia sudah duduk di bangku SMA kelas 1, melainkan karena kemampuannya
menyampaikan pendapat terdengar begitu dewasa.
Saat
ada yang menanyakan apa keuntungan menjadi penulis selain rasa bangga, Safira
mengatakan, “Ada sensasi tersendiri kalau bisa berbagi pesan kepada orang lain.”
Pun ketika ada yang menanyakan bagaimana ia bisa punya sensibilitas mengenai
menarik atau tidaknya sebuah cerita, Safira menjawab, “Cari banyak referensi.
Banya baca, banyak tahu. Tidak baca, sok tahu.”
Foto keluarga bersama para karyawan Gramedia MaRI |
Karena
sesekali menyapa orang-orang yang hadir (sebagai tuan rumah yang baik), saya
tidak memperhatikan semua yang dikatakan Safira tapi sekilas saya menangkap ia
menceritakan tentang J. K. Rowling – penulis Harry Potter saat masih berjuang
menulis dan menerbitkan maha karyanya itu. Dan sewaktu ia menyebutkan judul
novel yang disukainya, banyak orang yang ternganga karena ia menyebutkan sebuah
novel berbahasa Inggris. Safira ini ternyata suka membaca novel berbahasa
Inggris, lho!
Kak
Heru, sang daddy mengatakan, bentuk support dia dan istrinya adalah dengan mendukung
kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan Safira. Ketika Safira mengikuti lomba
di Jakarta, Kak Heru dan istrinya bela-belain
berangkat berdua demi memberi dukungan terhadap putri semata wayang mereka walaupun
harus membayar sendiri uang tiketnya.
Cerita
unik lainnya, Safira ini rupanya lebih dulu melakukan story telling ketimbang Kak Heru. Buku Hidung Pinokio Niko yang
juga diterbitkan oleh Mizan, merupakan buku kumpulan tulisan (antologi) terbaik
pada sebuah lomba.
Menakjubkan
mendengarnya bertutur mengenai perencanaan yang dibuatnya menyangkut kehidupannya.
Safira membuat check list. Apa langkah
yang hendak dilakukannya dalam 1 minggu, dicatatnya dan dia berusaha
melakukannya.
Berbeda
dari banyak remaja zaman sekarang, Safira mampu untuk tidak tergantung pada gadget dan media sosial. Dia pernah
selama sebulan lepas dari kedua hal itu. Naaah, apakah Kalian mampu seperti
Safira? J
Makassar, 1 Mei 2015
Ikuti
juga Sesi terakhir Sharing Kepenulisan
Bersama Penulis IIDN Makassar, insya Allah tanggal 9 Mei yaa ...
Share :
Wow safira...15thn uh punya checklist kegiatan sendiri..daku dulu 15 tahun masih main gobak sodor atau petak umpet..
ReplyDeleteInspiraif nih safira, smoga banyak abg yg tertular dg semangat safira mengembangkan bakatnya..amin
Iya ya ... saya juga umur 15 tahun dulu ngapain ya? Kayaknya buang2 waktu deh :D Aamiin semoga semangatnya Safira dan juga Taris bisa menular :)
DeleteWah kerennya masih SMP dan SMA sudah berprestasi seperti itu, *kemudian flashback ke jamanku sekolah yang sepertinya ga ada apa2nya dibanding mereka
ReplyDeleteSama ... hiks
DeleteSelalu senangnyaaaa jika ada remain yang senangnyaaaa membaca dan menulis, bahkan sudah banyak karyanya. Semoga bisa menginspirasi semua yaaaa. Thanks for sharing mak..
ReplyDeleteWah hebat ya kecil2 sudah berkarya dan punya komitmen...salut dengan anak2 seperti ini, karena jaman skrg tidak mudah mengarahkan anak menjadi pribadi yang berbakat dikarenakan pengaruh lingkungan yang semakin buruk...semoga anak2 Indonesia makin terpacu untuk menggali potensi dalam dirinya...
ReplyDeleteHihi.. Jawaban cerdas. Banyak baca, banyak tahu. Tak baca, sok tahu.
ReplyDeleteMakin banyak baca, cawan otak makin besar dan berasa tak penuh2.
Saya jadi kepengen mau ikutan ngumpul bareng nih Ka..heeee
ReplyDeleteItu yang pada ikutan KKPK memang keren-keren ya anak-anaknya...
ReplyDeletehuaahhh pengen videonya k heru pas dongeng pengen liat...lagi belajar juga ini walau cuma buat raffi seh --"
keren, kecil-kecil udah punya karya.
ReplyDeletenah point terakhir..
jujur saya belum bisa lepas dari gadget..huhhuu
kayanya seru tuh bisa sharing mba :)
ReplyDeleteanak2 yg hebat ya mba....
ReplyDeletewahh...masih mudah sudah berprestasi.
ReplyDeletesangat mengagumkan.
saya iri