Karena
sudah jarang sekali menyeberang sendiri, Jalan Gunung Bawakaraeng jadi
sedemikian mengerikan buat saya. Mau menyeberang, malah
"maju-mundur-maju-mundur cantik" saja di sisi jalan. Horor, deh,
rasanya. Suami yang menunggu di seberang jalan sudah siap-siap menyeberang, mengambil
saya, dan membawa ke seberang sana. Rasanya koq aneh ya, kalau dia harus
menyeberang untuk mengambil saya lalu kembali ke sana, hehehe.
Seorang
lelaki muda berbadan kurus, berkulit legam mendekat ke arah saya memberi
isyarat bertanya, apakah saya hendak ke seberang. Saya mengangguk. Dengan
lincah, anak muda itu menuntun saya - dari jarak satu meteran menyeberangi
jalan lebar itu. Karena bersyukur, rasanya seperti sudah diselamatkan malaikat,
tangan kanan saya ringan saja merogoh kantong. Selembar uang dua ribuan siap
saya ulurkan padanya.
Sumber: www.pc.rhul.ac.uk |
Barangkali
saja, anak muda ini biasa menyeberangkan orang dan orang yang diseberangkan
memberinya "tanda terima kasih" dalam bentuk uang pecahan seribu –
dua ribu rupiah. Atau bisa jadi dia seperti orang-orang yang suka mencarikan
taksi kepada mereka yang butuh di jalan-jalan raya. Bila taksinya datang, orang
yang ditolong akan memberikan tanda terima kasih sekadarnya. Atau seperti
banyak anak muda berkulit legam yang mengais seribu - dua ribu rupian dari
jalan raya dengan cara bertingkah seperti polisi lalu-lintas. Saya ikhlas,
kalau harus memberikan dua ribu rupiah sebagai balas jasa baginya karena telah
menyeberangkan saya.
Tapi
... anak muda itu bereaksi berbeda. Dia tersenyum. Tangannya memberikan
isyarat, ia menolak mengambil uang dalam genggaman saya yang sedang menuju ke
arahnya. Dia menjauh sambil tetap menyungging senyuman.
Saya
tertegun setelah mengucap, "Terima kasih".
Ternyata
masih ada orang yang setulus itu kepada orang yang tak dikenalnya di jalan raya
kota ini ...
Makassar, 15 Agustus 2015
Share :
Alhamdulillah ternyata masih ada orang seperti itu ^^ selama ini saya agak pesimis, apalagi pada anak kecil dan pemuda di jalan yang hobinya meminta uang u.u
ReplyDeleteOrang-orang seperti itu bikin kita salah sangka. Padahal masih ada yang tulus tenyata, Dwi
DeleteBertemu orang seperti itu sering bikin speechless.
ReplyDeleteBenar, Mbak
DeleteMana fotonya ? Lalu lintas semakin padat, pengendara beradu kecepatan. Pejalanan kaki diabaikan karena dianggap kelas pinggiran.
ReplyDeleteNdak kepikiran motret, Mas
DeleteKalau di jalan-jalan kota besar, saya juga ngeri kalau nyeberang jalan kaki sendirian.
ReplyDeleteSenada dengan pengalaman Mbak NIar, suatu kali saya juga pernah dipersilahkan utk nyeberang jalan duluan oleh seorang pengendara motor. Saat itu saya naik motor juga dan melewati perempatan jalan di Surabaya, dan si pengendara dari arah yang berpotongan dengan jalan dg saya itu melambat dan memberi tanda agar saya nyeberang duluan.
Pas di Jakarta, saat saya kebingungan karena salah turun dr bis. NAnya sama seseorang tapi malah dianterin sampai ke mall utk kopdar sama Mbak Al kala itu, pdhl jalan kaki lumayan. Dan si orang tersebut kan jadinya balik lagi jalan kaki ke arah tujuannya sendiri setelah mengantar saya.
Oiya iya ... ingat cerita kopdar dengan Kak Al waktu itu. Rasanya terharu gimana gitu ya Mbak Rie kalo ketemu orang baik padahal dia tidak mengenal kita dan kita pun tak mengenalnya.
DeleteLah jalan sepi begitu kenapa takut, bu..?
ReplyDeleteKalo di Jogja sekarang emang lagi menakutkan. banyak motor besar sliwar sliwer ga tau aturan
Aish Mas Rawins, gambar itu kan hanya ilustrasi. Saya tidak terpikir memotret keadaan waktu itu, Mas. Kayaknya kota2 besar memang begitu ya problemnya. Kalo Makassar makin mengerikan karena kotanya makin padat, padat populasi orangnya jg pada kendaraan bermotornya
DeleteJaman skrg masih banyak kok mbak yg mau mbantu gitu, preman juga bnyak.. Hehe...
ReplyDeleteaku juga suka keder kalo nyeberang mak..pa lagi kalo jalannya rame. seneng deh kalo ada yg bantuin gitu :)
ReplyDeletedr dulu g prnh berani mw nyebrang jalan.... -__-...pokoknya selagi ada jembatan penyebrangan di sekitar situ, walo mungkin msh hrs jalan sedikit, aku mnding jalan deh mba...trs naik jembatan drpd keder ditabrak mobil :D
ReplyDeletePejalan kaki kian menderita, jalanan rame, trotoar dipake pedagang kaki lima. Mau nyeberang gak ada yang toleran.
ReplyDeleteBtw...aku sebenarnya kurang setuju dengan pemberian uang utk jasa pada sesuatu yg bersifat bantuan ikhlas. Krn jadi mendidik orang utk tidak ikhlas membantu. Dan menciptakan lahan baru utk pemgangguran memanfaatkan situasi
ReplyDeleteIya Mba, saya juga bbrp kali ketemu dengan orang2 yg masih ikhlas ngebantuin kita di jalan meskipun enggak kenal. Lega sekali masih ada orang baik di jaman sekeras ini.
ReplyDelete