Undangan dari pihak Gramedia Mal Ratu Indah menyebutkan, jadwal launching buku Kang Maman (Maman Suherman) pada Jum’at, 21 Agustus lalu adalah pukul 3 siang. Saya tiba pukul setengah 4. Lagi-lagi terpengaruh pikiran kebanyakan orang Indonesia: “Alah, palingan mulainya telat, seperti biasa.”
Untungnya,
acaranya dimulai telat betulan, jadi saya tak ketinggalan apapun. Sampai di
lokasi, Kang Mamannya belum ada. Tiga orang muda sedang berdiri. Mata mereka
ditutup. Sepertinya sedang dikerjai oleh host,
dua orang pegawai Gramedia itu. Eh, bukan dikerjai ding. Mereka sedang bermain game.
Mereka harus membalik boneka sapi menjadi bantal yang bisa dilingkarkan di
leher (bagian belakang) secepat mungkin.
Game membalik bantal menjadi boneka, diikuti oleh tiga mamak ketjeh Sumber: blog Dwi (http://dweedy.blogspot.com/) |
Sang host (yang lelaki) ini rupanya yang tempo hari menghubungi saya. Dia memberi tahu
perihal launching buku Kang Maman.
Judulnya 99 Mutiara Hijabers dan Notulen
Cakeppp 2. Namanya Pak Husein. Kalau tak diberi tahu olehnya, saya – mamak-mamak
kudet ini – tidak tahu ada launching buku
ini. Kan baru beberapa bulan yang lalu Kang Maman promo bukunya di kota ini?
Waktu
Pak Husein menghubungi, saya langsung menyatakan berminat. Saya sudah pernah
menghadiri sesi Kang Maman di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2
tahun lalu (bisa dibaca di tulisan berjudul Ketika
Hati Nurani Berbenturan dengan Kepentingan). Jadi saya merasa, apa yang
akan dipaparkannya nanti akan menarik.
Ketiga
pemain game yang ditutup matanya itu,
semuanya mendapatkan hadiah. Kang Maman belum tiba di lokasi. Pak Husein
mengajak peserta yang belum genap 10 orang untuk bermain game lagi. “Ibu, mau?” Pak Husein menanyakan kesediaan saya. Ahhay, siapa takut. Saya segera maju.
Sayangnya, para lelaki muda yang ada di situ tak ada yang mau menjadi rival
saya. Aih, melawan mamak-mamak saja,
kenapa tidak mau, sih? Mereka saling mendorong dan menyikut satu sama lain. Ya
sudah, akhirnya kedua teman saya, sesama ibu-ibu – Dwi dan Kak Arni yang
menjadi rival saya. Alhasil, kami bertiga mendapat hadiah. Saya boleh memilih
buku yang ditawarkan. Saya pun memilih buku Khasiat Air Alkali Plus Antioksidan
karya Afin Murtie dan Marzuki Yahya.
Buku-buku karya Kang Maman |
Saya
masih sempat naik ke masjid MaRI untuk shalat ashar, sebelum Kang Maman datang.
Masih ada satu babak game lagi yang
berlangsung. Kali ini peserta launching sudah
semakin banyak sampai-sampai kursi yang disediakan tak bisa menampung semuanya.
Yang
ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Kang Maman muncul dengan mengenakan topi
SMA. Bersamanya ada ilustrator buku 99 Mutiara Hijabers: Asti Husain, perempuan
berdarah Aceh – Sunda.
Kang
Maman menceritakan masa kecilnya di Makassar. Ketika itu ia diasuh sang nenek yang
tinggal di jalan Cenderawasih III. Neneknya memiliki warung kecil yang
menyediakan keperluan untuk orang kecil, di antaranya rokok yang dilinting
sendiri. Setiap akan masuk waktu shalat, sang nenek menutup warungnya dan
mengusir siapa pun yang berada di situ. Ia tak pernah mau ketinggalan shalat
berjama’ah di masjid karena tak ada satu pun bacaan shalat yang dihafalnya.
Bila tak menjadi makmum di belakang imam dengan tepat waktu, ia tak bisa
shalat.
Suatu
ketika, saat masih duduk di sekolah dasar, Kang Maman dimintai sang nenek untuk
mengajarkannya bacaan shalat sampai sang nenek menghafalnya. Betapa terharunya
Nenek ketika berhasil menghafal bacaan shalat. Sejak itu, ia merasa sudah “siap”.
Nenek
adalah pejuang kehidupan yang menjadi inspirator utama buku 99 Mutiara
Hijabers. Buku yang proses pembuatannya hanya satu bulan ini idenya baru muncul
usai MIWF bulan Juni lalu. Pada MIWF itu, Kang Maman menjadi salah satu pengisi
acara. Kepulangannya ke Makassar, membuat kenangannya akan nenek tercinta
bangkit dan menguat hingga ia bertekad menyelesaikan buku yang terinspirasi
dari sang nenek.
Kang Maman dan Asti Husain |
Perempuan bersahaja yang ditinggal mati suaminya itu sangat
menginspirasi Kang Maman. Kang Maman mengaku masih mengingat dekapan dan
perlakuan khas sang nenek kepadanya. Begitu pun kenangan terakhir dengan sang
nenek, masih jelas dalam ingatannya. Kenangan itu diceritakannya dengan mata
berkaca-kaca.
Saat itu, lewat tengah malam, seperti biasa Kang Maman kecil
tidur di sisi Nenek. Ia bermimpi seperti sedang berada di Pantai Losari.
Tiba-tiba air di tepi pantai menyiramnya dengan deras. Kang Maman kecil
terbangun. Ia melihat darah telah menyirami tubuhnya. Darah yang berasal dari
tubuh Nenek. Perempuan bersahaja itu memang telah divonis dokter, menderita
kanker rahim stadium lanjut. Tapi perempuan itu tak terlihat gentar. Ia
mengisyaratkan bahwa “waktunya” telah tiba. Dia mengatakan dirinya siap,
cucunya juga harus siap, dan tak boleh menyusahkan siapa pun. Lalu, perempuan
itu pergi dengan tenang.
Inspirator kedua Kang Maman adalah ibu kandungnya. Ibu
menjadi single mother saat Kang Maman
masih duduk di bangku SMA dan harus menghidupi 5 orang anak. Cintanya kepada
suaminya membuatnya tak ingin menikah lagi dan selalu ingin berada dekat dari
makam suaminya.
Ketika Kang Maman diterima di jurusan Kriminologi Universitas
Indonesia, Ibu hanya bisa membekalinya dengan uang Rp. 50.000 per bulan, surah
An-Najm, dan satu pesan – yaitu bahwa Allah selalu memberikan kejutan karena Dia Mahamencukupkan. Terbukti, satu tahun setelah itu, Kang Maman
menerima beasiswa yang dapat menopang hidupnya.
Inspirator besar lainnya adalah putri Kang Maman yang berusia 18
tahun. Sang putri yang taekwondoin itu tak mau kuliah di UI agar lepas dari
bayang-bayang kedua orang tuanya dan ia sering sekali mengucapkan kata-kata
yang membuat Kang Maman banyak merenung. Di antaranya, mengenai penampilannya
dalam menutup aurat (yang apa adanya, tidak seperti artis), mengenai rezeki,
bagaimana dirinya memandang hubungan khusus lelaki-perempuan, dan pemilihan “Putri
Hijab”.
Makassar, 1 September 2015
Bersambung
Share :
Langsung cari bukunya
ReplyDeleteAyuk Mbak, masih fresh ^_^
DeleteDi Gramedia Bandung kok blm ada ya... :)
ReplyDeleteAih mestinya sudah ada, Mbak. Mungkin waktu saya hadiri launching itu, bukunya baru masuk Gramedia. Nah, di Makassar sudah ada, berarti di Bandung sudah ada
Deletesubhanalaaah.. akhirnya ketemu Kang Maman itu.. luaarrr biasa ya mak Niar
ReplyDeleteinspiratif banget, trus orangnya hangat ^^
mudahan aku bisa hadir di launching bukunya juga
Benar sekali Mak Tanti. Yup, diusahakan hadir yaa
Deletekerennya kang maman .. seru acaranya yaa ada games hihi
ReplyDeleteKalau ada Qiah pasti lebih seru ;)
Deletewah hebat banget ya
ReplyDeleteBenar, Mas Huda
DeleteSubhanallah... jadi penasaran dgn kepingan cerita selanjutnya kang maman...
ReplyDeleteSmga di Gramedia solo udah ada
Kayaknya sudah ada
DeleteDuh.....bersambung.....cepetan mbak nulisnya....
ReplyDeleteIni masih sementara nulis, Pak Edi, hehehe
Deleteibunya kang maman hebat ya...single parents yg luar biasa...
ReplyDeleteYup. Luar biasa. Keyakinannya kepada Kemahabesaran Allah terutama, yang luar biasa
Deletemudahan cepat dilaunching ya bukunya di daerah saya :D
ReplyDeleteMudah-mudahan
DeleteBtw, sudah lama gak ke Gramed jadi kurang update juga.
ReplyDeleteSenang banget bs ketemu di acara launching buku Kang Maman, tempo hari di Bali katanya ada juga Kick Andy di Gramed Bali tapi sayang sayanya juga ga bisa datang...
Iya Mbak .... waah sayang ya ...
DeleteNah ini lengkap ^^ hahaha
ReplyDeleteWkwkwk
Deletewah ketemu langsung kang maman ya mbak
ReplyDeletewauduh, jadi kangen sekali dengan acara ini. kapan ya bisa ngundang beliau lagi :(
ReplyDeletenaruto battle | permainan strategi perang | game hantu android