Saya
hampir saja tidak mengikuti Community Gathering-nya Indosat karena berencana
kopdar dengan teman-teman admin Blogger Reporter Indonesia (BRId) yang baru
saja datang dari Jakarta pada sore hari tanggal 4 September itu. Untungnya pengundang
juga berinisiatif mengundang teman-teman admin BRId dan mereka juga berkenan
hadir di acara ini.
Community
Gathering ini diselenggarakan di gedung Indosat, jalan Slamet Riyadi. Di awal
acara, pihak Indosat menawarkan hadirin untuk menggunakan ruangan tempat gathering tersebut sebagai tempat
kumpul-kumpul komunitas. Gratis. Tanpa syarat. Tawaran yang menarik, sih. Sayangnya gedung ini posisinya terletak di
salah satu ujung kota Makassar. Akses transportasi ada sih, tapi ribet bagi kita-kita
yang tinggalnya di sisi timur kota.
Henry, masih terlihat gugup Sumber foto: http://syaifuddin.com (foto-foto saya lagi tidak bisa di-upload ... hiks) |
“Sudah
kenal siapa ini?” tanya Pak Arno, dari Indosat.
“Sudaaaaah,”
sebagian hadirin menjawab dengan seragam.
Hah? Banyak yang sudah kenal lelaki
muda itu? Saya koq tidak kenal, ya? Where have I been? Siapa dia?
“Nie,
dia siapa, sih?” bisik saya pada Nanie – blogger, bunda si mungil Baby Jo yang
datang bersama suami dan putranya itu.
“Itu
Kak, yang dapat seribu dollar dari Google. Dia lagi ramai dibicarakan di media
sosial,” Nanie berbisik di dekat telinga saya.
Oya ampuuun. Inilah akibat dari tidak
baca-baca semua isi Beranda Facebook. Pulsa internet memang jadi lebih awet,
waktu pun jadi tidak terlalu tersita banyak di Facebook tapiiiiii risikonya,
saya jadi kudet alias kurang update!
Kuli Panggul yang Suka Belajar
Komputer
Saya
manggut-manggut. Dapat seribu dollar dari Google itu sebuah prestasi keren.
Prestasi? Ya, pasti lelaki muda itu punya prestasi hebat sehingga Google
mau-maunya memberikan uang sebanyak itu. Ndak
mungkinlah dia bagi-bagi gratis begitu saja!
Namanya
Henry. Profesinya adalah kuli panggul. Profesi sampingannya adalah sebagai
pembuat game android. Sampai di sini
saya menganga. Yang makin bikin saya menganga adalah ... sekolahnya hanya sampai kelas empat sekolah dasar!
Yup,
kelas empat, Saudara. Anda tak salah baca dan saya tak salah tulis!
Dengan
pendidikan akhir “hanya” kelas 4 sekolah dasar, Henry mampu mempelajari
komputer secara otodidak sejak tahun 2012. Karena belum punya komputer sendiri,
dia belajar di warnet. Diriku bisa apa,
ya yang bisa disetarakan dengan lelaki pembuat game yang masih aktif sebagai
kuli panggul di pelabuhan Makassar ini?
Tiba-tiba merasa ditampar oleh an invisible hand!
Saya
kagum sekali dengan prestasi belajar anak muda ini. Jujur, saya tak mengerti semua
istilah yang dikatakannya karena saya tak mengerti seluk-beluk game android. Yang saya mengerti
hanyalah bahwa lelaki ini sudah berusaha teramat sangat keras untuk mempelajari
hal yang sama sekali baru baginya.
Saya
tahu ada banyak game yang bisa
dimainkan di android. Saya tahu orang bisa mencari uang dari membuat game-game itu. Tapi yang saya ketahui lagi
adalah bahwa biasanya yang membuat game android
itu mereka yang sudah lama familiar dengan komputer. Biasanya, sih mereka yang sekarang anggapan saya itu dipatahkan oleh Henry!
Ejekan Sebagai Sumber Motivasi
Henry
mengakui kalau ejekan yang dilontarkan orang-orang yang pesimis padanya adalah
sumber motivasinya meraih mimpi di dunia game
android.
“Sekolah
cuma sampai kelas empat es de, bisa apa, sih?” begitu kata mereka.
Henry
menampung dan merenungi ejekan yang diterimanya. Tekadnya bertambah kuat untuk
membuktikan bahwa para pengejek itu salah. Bila di pagi hingga siang hari dia
menunggu kapal di pelabuhan, malam harinya dia begadang, mengerjakan program game android. Untungnya kawan-kawannya
di komunitas Android Developer Makassar (ADM) membantu proses belajarnya. Akhirnya
Henry pun bisa mulai memanen hasil kerja kerasnya. Dia mampu menunjukkan kepada
para pengejek itu buah dari kerja kerasnya. Bulan Agustus lalu, menyelesaikan
10 aplikasi game dan ia dibayar oleh
Google sejumlah US$1.175 (setara dengan 16,3 juta rupiah). Wow!
“Jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya.
Jangan anggap remeh orang lain. Jangan mudah berbangga diri. Di atas langit
masih ada langit,” nasihat yang dalam dari Henry.
Makassar, 12 September 2015
Bersambung ke tulisan berikutnya, dengan kisah yang
tak kalah serunya dari Henry ...
Share :
waah... hebat banget ya...semangatnya perlu ditiru oleh kaum muda nih...
ReplyDeleteKaum muda harus merasa tertantang dengan hal ini, ya Mbak
DeleteIntinya don't judge the book by it's cover ya Mak. Dan bener2, lagi2 ketekunan selalu menjadi kunci sukses seseorang. Inspiratif Mak :)
ReplyDeleteBenar ... dan Henry membuktikannya
DeleteKereeen!
ReplyDeleteBenar, Mbak Via ^^
DeleteOrang yang pendidikannya kurang memang lebih berani daripada yg berpendidikan tinggi mbak karena hanya keberanianlah modal hidupnya. Berbeda dg yg berpendidikan tinggi kebanyakan selalu mengandalkan ijazahnya. Lihat saja orang orang disekitar kita yang hannya lulusan sd atau bahkan tidak lulus, mereka lebih maju di dunia usaha yg hasilnya tidak kalah dengan lulusan sarjana yg berdasi dikantoran.
ReplyDeleteKeberanian adalah modal besar ya, Pak Edi. Kisah ini tantangan untuk mereka yang hidupnya mudah mendapatkan fasilitas
DeleteMsh aktif jadi kuli kak?
ReplyDeleteMasih
Deletelama tak berjumpa mbak niar....
ReplyDeletekeren ini mah. anak muda yang kreatif. jangan menyepelekan semua pekerjaan yang halal he... tukang becak aja bisa menyekolahkan anaknya sampai luar negeri dan lain2,...
saya salut mba niar.
Menurut saya ilmu bisa diambil dari mana saja tanpa perlu duduk di bangku sekolah. masih banyak ilmuan yang tanpa kuliah juga. heee....
Harusnya masuk tv terkenal nih mba hehee...
Henri sudah sering masuk TV, Annur :)
Delete