Seorang
teman, namanya Kak Arni posting status
tentang Harian Amanah dengan menge-tag saya
dan teman-teman lainnya. Suatu kebetulan, suami saya pernah membawa pulang ke
rumah sebuah edisi dari Koran Amanah. Menarik. Koran Amanah adalah sebuah koran
yang anti mainstream. Di tengah
kondisi media cetak yang hampir seragam dalam pemberitaan dan karakter, koran
ini tampil percaya diri dengan mengusung bendera “dakwah islami”, terbit di
Makassar pula. Benar-benar sebuah terobosan!
Saya
tertarik dengan koran ini. Rasanya ingin menyambangi kantor redaksinya. Kak
Arni yang mengenal salah seorang pegawai pada kantor redaksi Harian Amanah
membantu. Maka ketika kantor barunya – di jalan Kakatua nomor 35 (gedung Almira
lantai 3) baru saja ditempati beberapa hari, saya dan beberapa teman yang tergabung dalam IIDN (Ibu-Ibu
Doyan Nulis) Makassar bertamu (12 Oktober 2015).
Senangnya,
sambutan redaksi baik sekali. Dengan maksud (saya) menanyakan yang mana rubrik
yang menerima tulisan dari luar, pemimpin redaksi – Pak Firmansyah Abdullah Har
malah menantang IIDN Makassar untuk mengisi rubrik Mimbar Kita. “Buktikan kalau
memang doyan nulis,” kata beliau.
Kantor
redaksi Harian Amanah ini rupanya bukan satu-satunya. Di lantai 3 gedung
Almira, “saudara-saudara” yang lain dari media ini juga berkantor. Ada majalah
Al Haram yang distribusinya sudah menasional, tersebar di toko-toko buku
Gramedia di seluruh Indonesia, ada tabloid keluarga yang baru terbit Ramadhan
lalu, ada website www.alharamnews.com,
dan radio Barata (radio Barata ini radio lama, sudah ada sejak zaman saya ABG
tapi baru-baru ini dibeli oleh pemilik Al Haram Media Group). Insya Allah
pengembangan ke depannya, Harian Amanah akan dibuka di 7 kota besar di seluruh
Indonesia.
Dari
bincang-bincang dengan para jurnalis Harian Amanah, bisa disimpulkan karakter
media ini unik, yaitu:
- Berkonsep riil jurnalisme dakwah (yang dianggap aneh oleh sebagian orang).
- Ingin menyampaikan Islam sebagai rahamatan lil ‘alamin (rahmat alam semesta).
- Konsep ke depannya ingin menampilkan Islam sebagai solusi masalah.
- Tidak berafiliasi dengan ormas (organisasi massa) dan partai politik mana pun.
- Mengangkat hal-hal inspiratif. Berprinsip good news is a best news, anti dari kebanyakan media mainstream yang diistilahkan orang sebagai bad news is a good news.
- Juga berprinsip “no fitnah, no ghibah”.
Seorang
reporter perempuan – Indra namanya, mewawancarai saya. Awalnya untuk rubrik
komunitas. Tak dinyana, profil saya pun dimuat di rubrik terpisah – rubrik Khazanah (16 Oktober 2015).
Sekali lagi, media ini memperlihatkan bentuk anti mainstream-nya. Saya yang bukan siapa-siapa ini, bisa dimuat di
rubrik itu padahal sebelum-sebelumnya, sejumlah “orang besar” seperti ulama MUI
dan ketua KPAI menempati rubrik tersebut. Wow,
media ini memang unik. Terima kasih Harian Amanah, telah mengapresiasi J.
Makassar, 19 Oktober 2015
Share :
Duh, makin kece aja mbak niar ini.....sudah dimuat dikoran dan masuk tv. Akhirnya yang ditanam sudah mulai berbuah ya mbak.
ReplyDeletebarakallah, bun. semoga bermanfaat untuk kevdepannya.
ReplyDeletecongratss kak Niar,
ReplyDeleteselalu menginspirasi dimana pun ^^
selamat ya mbak, terus menginspirasi orang banyak :)
ReplyDelete