Salah
satu dampak positif ngeblog yang saya sukai adalah bisa mengikuti
kegiatan-kegiatan yang bisa menambah wawasan seperti pelatihan, talkshow, atau seminar. Selain menambah
wawasan, kegiatan-kegiatan tersebut kemudian menjadi bahan blog yang bukan hanya
berguna bagi saya, melainkan bagi para pembaca blog ini juga. Bak pepatah
sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Satu kegiatan bisa mendatangkan
manfaat untuk saya dan orang lain.
Suami
saya selalu memperkenankan saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan positif. Ia bersedia
menyesuaikan waktunya dengan aktivitas saya. Sudah tentu, saya harus tahu diri dengan mempersiapkan banyak hal sebelum pergi dan saat pulang, kembali mengerjakan pekerjaan rumah yang tersisa. Di saat-saat saya berkegiatan, dia
menjaga anak-anak dan menggantikan sejenak peran saya. Namun demikian, itu
bukan berarti tanpa hambatan sama sekali. Kesolidan tim kami (sebagai pasangan
suami-istri) sering kali diuji di sini.
Waktu
pertama kali mengikuti pelatihan pada tanggal 16 – 17 November 2013 misalnya,
mulanya saya ragu-ragu. Antara mau pergi dan tidak karena melihat rancangan
waktunya yang tak sebentar. Kepada suami
saya nyatakan betapa besarnya keinginan saya mengikuti pelatihan ini –
Pelatihan Menulis untuk Komunitas Perempuan yang diselenggarakan oleh Aliansi
Jurnalis Independen (AJI) Makassar sekaligus keraguan saya. Suami saya paham
sekali kalau saya membutuhkan pelatihan ini. Informasinya datang seperti dibawa angin saja, gratis, dan ini kesempatan untuk memperluas jaringan pertemanan. Berkali-kali dia mengatakan, “Pergi mi.
Nanti saya yang jaga anak-anak.”
Wow ... Ini sama artinya bila ia berkata, “Pergilah. Ciptakan peluangmu!” (Pst, bagi saya, ini sisi romantis si Bapak, dia selalu mengerti kebutuhan saya akan pengembangan wawasan).
Wow ... Ini sama artinya bila ia berkata, “Pergilah. Ciptakan peluangmu!” (Pst, bagi saya, ini sisi romantis si Bapak, dia selalu mengerti kebutuhan saya akan pengembangan wawasan).
Sebelumnya,
saya tak pernah mengikuti pelatihan selama dua hari, dari pagi sampai malam
pula. Biasanya kalau saya berkegiatan hanya sekisar 2 – 3 jam saja. Kali ini
berbeda, panitia mempersyaratkan untuk mengikuti rangkaian kegiatan selama 2
hari, bahkan para peserta diminta menginap di kamar hotel yang disediakan. Saya
tak bisa menginap karena masih punya anak kecil. Saat itu Afyad baru berusia 4
tahun dan dia baru mau tidur di malam hari setelah dikeloni oleh saya. Saya
menyampaikan ini kepada panitia, mereka mengerti.
Kali
ini tugas saya di rumah tidak terlalu berat karena kedua orang tua saya sedang
berada di luar kota. Biasanya saya mengurusi makan seisi rumah, tanpa Ayah dan
Ibu, praktis saya hanya mengurusi makan anak-anak. Untungnya suami saya amat
pengertian, ia tak pernah rewel untuk urusan makan. Ia bisa menyiapkan sendiri
makananya dan rela membantu menyelesaikan pekerjaan rumah.
Singkat
cerita, saya berhasil mengikuti pelatihan hari pertama dengan maksimal. Saat
pulang ke rumah di malam hari, Afyad menyongsong saya dan baru tidur setelah
saya keloni, seperti biasa. Malam itu pulalah baru saya ketahui kalau
pengalaman suami selama saya tinggalkan begitu menegangkan.
Sepanjang
jalan, usai mengantar saya ke hotel tempat pelatihan berlangsung, Afyad rewel
dan mengamuk. Biasanya kalau hendak pergi, saya mempersiapkan anak-anak untuk
menerima kepergian saya walau hanya sebentar. Di pagi itu saya lupa memberikan
pengertian padanya. Afyad tak siap waktu saya turun dari motor, masuk ke dalam
hotel, sementara ia kembali ke rumah dengan papanya. Dia marah, maunya saya
ikut pulang bersamanya. Kata suami, nyaris saja si bungsu itu lompat turun dari
motor sementara motor masih melaju di jalan raya. Susah-payah suami saya
menahannya hingga sampai ke rumah.
Sampai
di rumah, mood Afyad jadi jelek.
Bawaannya marah-marah saja. Ini memang kali pertama saya meninggalkannya “cukup
lama”. Akhirnya, karena sibuk meladeni Afyad yang rewel, suami saya lupa
menjemput Athifah di sekolah. Alih-alih menunggu sampai papanya datang menjemput,
nona mungil ini malah nekat keluar dari pagar sekolah. Dia mencoba menyusuri
jalanan ke arah menuju pulang!
Sudah
berulang kali saya mewanti-wantinya untuk tetap menunggu di sekolah, jangan
berani-berani keluar pagar tapi kali ini dia tidak sabar lagi. Athifah merasa
papanya terlalu lama menjemputnya dan mencoba pulang ke rumah seorang diri!
Athifah
yang malang. Dia masih kelas satu es de (saat itu). Badannya masih terlalu
kecil. Dia merasa tak sanggup menyeberang jalan. Tiba di persimpangan jalan, di
dekat lampu merah dia terpaku. Ragu-ragu untuk menyeberang. Akhirnya dia hanya
bisa menangis.
Tak
lama kemudian ada yang menghampirinya. Seorang ibu yang mengendarai sepeda
motor bersama putrinya. Ibu itu, orang tua teman sekelas Athifah, berberbaik
hati memboncengkan Athifah pulang. Athifah memilih turun di rumah kawan
sekelasnya yang lain, tak jauh dari rumah kami dan berjalan kaki menuju rumah.
Kagetnya
saya mengetahui apa yang telah terjadi. Sekaligus juga terharu. Suami menunggu
saya tiba di rumah baru mengabari agar kegiatan saya tak terganggu. Athifah
saya ajak berbincang mengenai pengalamannya sepanjang hari itu. Saya beri tahu
kemungkinan buruknya kalau yang memboncengnya bukan orang baik-baik agar kelak
dia dapat menjaga dirinya dengan lebih baik lagi. Saya dan suami juga belajar
banyak dari kejadian-kejadian sepanjang hari ini. Kami bersyukur, Allah masih
menjaga sehingga tak ada hal buruk yang terjadi pada hari itu.
Makassar 5 Oktober 2015
Pelatihan yang saya ikuti waktu itu, menghasilkan ke-5 tulisan berikut ini:
- Sinergi Berbagai Warna dalam Berbaurnya 14 Komunitas
- Jalan Alternatif Agar Perempuan Lebih Lantang Bersuara
- Perempuan Ayo Menulis (1)
- Perempuan Ayo Menulis (2)
- Perempuan Ayo Menulis (3)
Setelah pelatihan pertama itu, saya mengikuti lagi pelatihan kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Saya juga mengikuti beberapa seminar, juga talkshow. ^_^
Tulisan ini diikutkan Giveaway Cerita di Balik Blog
Tulisan ini diikutkan Giveaway Cerita di Balik Blog
Share :
Iya, bisa dibayangkan repotnya kak Niar..dengan urusan rumah dan kegiatan di luar. Seingat saya kalau tidak salah dulu ada yang permasalahkan kalau kak Niar ini sempat-sempatnya ikut kegiatan diluar, anak-anak tidak dibawa, tidak perhatikan anak dan sebagainya. Masih kita ingat kak? Yang ada istilah 'me time'nya itu...hihihihi..
ReplyDeleteHmm ... yang mana itu, ya? Mama Sedja ingat saja :)
DeleteAhahahah..ingat dong ;) Kapan-kapan kalau ke Makassar, ke rumah k' nah kak. Kangen sama 'trio A' :D
DeleteYuuuuk ... btw kapan ke Makassarnya? :D
Deleteaku termasuk pembaca yang menunggu2 liputan mba niar tentang pelatihan dan seminar yang diikuti, toss aku juga suka banget ikut2 acara beginian mba, nambah ilmu yaa...duh kak athifah untung ketemu ibunya temannya di...
ReplyDeleteIya Mbak Dedew .... kalo seminar, pelatihan, talkshowm saya itu sering kali kayak orang "kehausan" ... haus ilmu hehehe. Apalagi kalo gratis :D
DeleteIya untung ketemu ibu temannya
Luar biasa peran ibu di rumah ya... blom lagi ditambah kesibukan diluar RT. Aduuhh.... gak kebayang bagaimn rempongnya saya jika harus urus ini itu di rumah. Gk kuaaatt.....
ReplyDeleteKalo tiba masanya, insya Allah kuaaatt ^_^
Deleteijin suami untuk istri keluar rumah cari ilmu itu bikin tenang istri ya mak, saya juga rasakan itu
ReplyDeleteBikin tenang, happy, dan insya Allah berkah ya Mak :)
DeleteUntunglah suami pengertian dan mau mendukung ya mbak..jadi kehausan ilmu itu bisa tersalurkan dengan baik :)
ReplyDeleteBetul sekali, Mbak Muna :)
DeleteSuaminya pengertian sekali mba...syukurlah semuanya bisa teratas sehingga tulisan mba akhirnya ttp bsa terposting d blog ;-)
ReplyDeleteAlhamdulillah :))
Deletepengen deh bisa kaya mba bisa mengikuti pelatihan begitu hehee
ReplyDeletesuami nya pengertian banget ya mba bisa mengerti ke inginan istri hehe
Semoga bisa ikut pelatihan yang bermanfaat ya Mbak
DeleteEkstrem ya, mak. Semoga selalu diberi kemudahan untuk menciptakan peluang :)
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih ya Mak Intan :)
Deletewah.. ceritanya beneran bikin tegang.
ReplyDeleteadik saya juga pernah Mak. waktu TK malah. pulang sendiri naik ojek. ga ingat alamat, tapi ingat belok kanan belok kirinya. ga bawa uang juga. bayarnya minta ortu pas udah di rumah. hehe
Alhamdulillah tiba di rumah dengan selamat ya Mak :)
Deletehaduuh...mbak Niar....,untunglah ya semua berjalan baik
ReplyDeletekadang suka kepikiran ninggalin anak2 saat kecil ya, pengennya ngikutin aktivitasnya 24 jam he..he.., tapi kan nggak mungkin ya
Sesekali kan butuh refreshing dan nge-charge otak juga ya Kak Monda hehehe. Alhamdulillah akhirnya berjalan baik :)
DeleteUntunglah semua bisa teratasi ya mb...
ReplyDeleteAlhamdulillah :)
DeleteKita emang dituntut untuk cerdas secara emosional sama spiritual ya, biar bisa tetap stabil dalam kondisi apapun :D
ReplyDeleteHehehe iya
DeleteSalam kenal kak niar :-)
ReplyDeletesaya dinda dari jogja,
Senang bisa berkunjung dan membaca tulisan kaka. (y)
Salam kenal juga Mbak Adinda. Senang sekali dikunjungi oleh dirimu. Terima kasih yaa :)
DeletePengalamannya seru dan sekaligus juga menegangkan ya, mbak. Tapi ini pasti berkesan dan akan teringat terus :D
ReplyDeleteAsli seru hehehe
DeleteMak kukira ada curhat masalah rumahtangga, syukurlah engga.
ReplyDeleteYa rumahtangga ya gitu ya mak, harus saling kerjasama, urusan anak karena bikinnya bareng, ngejaganya juga bareng.
Sama, anakku jg gitu mak kalo aku tinggal pergi, dia jadi sok acuh gitu sebagai ungkapan rasa sebel Kali ya.
Mak niar hebat euy ikut pelatihan2 *thumbs up
Oya? Tidak kepikiran lho kalau judul tulisan ini membawa ke perkiraan orang bahwa ada curhat masalah rumah tangga di tulisan ini ... hmm ... bagus juga ya kalo sampai terpikir begitu, bisa memancing orang datang ke postingan ini dengan rasa penasarannya hehehe.
DeleteHihi anak2 suka sok acuh begitu, Mak. Sebel-sebel sayang ituh ^__^
wow senangnya didukung suami tercinta.
ReplyDeletesukses terus buat mak niar ^_^
Alhamdulillah .... terima kasih ya Mak Inna
DeleteTerkadang ada yg terjebak dengan kegiatan kepenulisan ini. Seseorang yg memutuskan menjadi ibu rumah tangga dibanding bekerja agar bisa totalitas mengurus dan memperhatikan keluarga, namun karena kegiatan menulis ini justru banyak menguras waktunya dibanding bekerja, berlama lama di depan lepi, pelatihan, kopdar dll.
ReplyDeleteMudah mudahan mbak niar benar benar bisa mengatur waktu sehingga semua bisa berjalan dengan baik.
Aamiin ... insya Allah semuanya dikomunikasikan dengan suami, Pak. Kalo suami melarang ya tentu saya tidak ikut. Begitu pun dengan teman2 para emak blogger, tentunya mereka sudah mengkomunikasikannya dengan suami mereka. Para suami pun mengerti kalau istrinya butuh legiatan pengembangan wawasan atau perlu tambahan pemasukan (tentunya berbeda antara rumah tangga yang satu jalur pemasukan sudah amat memadai dengan yang tidak). Terima kasih atas komentarnya :)
Deletewah, ceritanya nih penuh perjuangan jadi blogger. tp ngomong2 tu yg di ikuti pelatihan tentang apa ya?
ReplyDeleteIndahnya ya bila komunikasi antar anggota keluarga terjalin baik. Apa yang menjadi keinginan bisa diutarakan dengan baik, sehingga dapat win win solution *eh bener gg sih nulisnya
ReplyDeleteCerita yang membangun, sangat menginspirasi mba.. ada kalanya setiap persoalan baik sekeceil apapun perlu dikomunikasikan. tks sebelumnya :)
ReplyDeleteSuamimu romantis ya mak... Bisa diajak kerja sama dan sangat mendukung istrinya sampai ditaraf mempersilakan kemanapun kamu pergi asal positif dan bisa menciptakan peluang :')
ReplyDeleteMba, meskipun saya bbrp kali dinas luar dan meninggalkan anak2 di rumah, tetap saja ya selalu kepikiran hehehee... Namanya ibu ya... kitanya sendiri kepikiran anak2, begitu pun dengan anak2 yg biasa ada kita di sampingnya. Saat didampingi adaaaa saja bantahan dan rewelnya, begitu ibunya beranjak sedikit aja udah dicariin mulu :) Anak2 memang penuh kejutan.
ReplyDelete