Masjid Nurul Mu’minin di jalan Urip Sumoharjo menjadi pilihan saya dan suami untuk melaksanakan shalat ashar.
Tanggal 29 Oktober lalu saya diantar suami ke GOR
Sudiang, untuk melaksanakan tugas meliput kompetisi bola basket LIMA – Liga Mahasiswa
sore itu. Perjalanan kami cukup jauh karena sebelumnya saya harus mendatangi
toko-toko di sebuah pusat perbelanjaan di sekitar pusat kota untuk melaksanakan
tugas sebagai mystery shopper, baru
kemudian melanjutkan perjalanan ke Sudiang, daerah pinggiran Makassar yang
berbatasan dengan kabupaten Maros.
Lelaki itu mengatur semua alas kaki di pelataran. Sebelumnya ada 2 deret alas kaki di situ saat orang-orang tengah shalat berjama'ah |
Saya kelihatannya
sibuk sekali ya? Tidak juga. Tugas sebagai mystery
shopper, saya lakukan sekali jalan. Kami berangkat lepas zuhur, setelah
anak-anak makan siang. Kak Nur – seorang kerabat bersedia menjagai anak-anak
selama kami pergi. Kedua orang tua saya tenang ada yang menjaga anak-anak. Saya
pun tenang meninggalkan anak-anak selama lepas zuhur hingga lepas maghrib.
Memasuki
waktu ashar, kami berhenti di depan masjid Nurul Mu’minin. Shalat ashar berjama’ah
tengah berlangsung ketika kami tiba. Seorang laki-laki paruh baya berkulit
legam mempersilakan kami memarkir motor di halaman masjid yang sempit. Sebelumnya,
telah ada satu unit sepeda motor terparkir di sana. Di sebelah sepeda motor itu,
masih ada tempat untuk memarkir satu unit sepeda motor lagi. Saya menebak,
lelaki itu merupakan tukang parkir dan penjaga keamanan masjid karena ia sibuk
mengatur kendaraan dan alas kaki para pengunjung masjid.
Pandangan
mata saya tertumbuk pada sejumlah alas kaki di pelataran masjid. Ada
pemandangan yang menyolok. Semua sandal dan sepatu yang tergeletak
di situ tertata rapi. Semuanya menghadap ke satu arah, yaitu arah keluar
masjid!
Saya
tak ikut shalat berjama’ah di dalam masjid karena shalat berjama’ahnya sudah
selesai saat saya masuk. Setelah saya, masih ada beberapa orang lagi yang masuk
masjid. Ketika keluar dari masjid Nurul Mu’minin, saya melihat alas kaki yang
berjejer di pelataran masjid tak sebanyak sebelumnya. Walau demikian, semuanya
masih terlihat rapi.
Lelaki
itu pasti telah mengaturnya demikian sehingga siapapun yang keluar dari masjid
bisa langsung memakai alas kakinya tanpa perlu membalikkannya dulu. Aih bisanya. Baik sekali dia. Saya
terpana dan terpesona. Kalau saya jadi lelaki itu, belum tentu saya mau
melakukannya.
Saya sangat
terkesan. Mengatur-ngatur banyak alas kaki sembari menunduk-nunduk, supaya sang
empunya dipermudah mengenakannya itu hal yang luar biasa. Saya sangat
mengapresiasinya. Makanya saat melihatnya, saya langsung berniat membuat satu postingan blog untuk bapak itu.
Dalam
Islam, bahkan senyuman pun bernilai ibadah (seperti pada hadits berikut: Dari
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah
(bernilai) sedekah bagimu.“). Apatah lagi perbuatan lelaki itu. Walau kecil,
perbuatannya itu menyenangkan dan memudahkan orang lain. Iya, kan?
Saya
kemudian teringat sebuah hadits yang artinya sebagai berikut:
Dari
’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau
mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Amalan yang paling dicintai oleh
Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Masya Allah, Allah menghargai konsistensi
makhluk-Nya. Asalkan amalan itu dilakukan secara KONTINU walau SEDIKIT, Allah
mencintainya.
Kalau
dari prediksi saya saat melihat tingkah laku lelaki berkulit legam itu,
mengatur-ngatur sandal dan sepatu di pelataran masjid Nurul Mu’minin sudah
menjadi kebiasaannya. Semoga saja lelaki itu mengerti hadits ini dan meneruskan
perbuatannya sampai hayat dikandung badan. Semoga dia konsisten sehingga
menjadikannya kecintaan Allah.
Makassar, 16 November 2015
Share :
Amin. semua semakin banyak orang yang seperti dia, istiqamah dalam melakukan kebaikan.. pun demikian dgn kita, ya, Bunda.
ReplyDeleteAamiin
DeleteMasya Allah :'-)
ReplyDeletesemoga bapaknya menjadi calon penghuni surga ya mbak..
dan tentunya kita sesama umat muslim juga semoga bertemu si bpk didalam surga.. Amiin amiinnn
Aamiin aamiin
DeleteAamiin ya Rabb
Sebuah amal yang terlihat sepele tapi sangat bermanfaat bagi orang lain dan menjaga kerapihan masjid itu sendiri. harusnya jema'ah bisa merapihkannya sendiri ya ^^
ReplyDelete:)
Deletepekerjaan yang sederhana namun pahalanya besar sekali ya Mbak,
ReplyDeleteIya Mbak
Deletesubhanallah semoga menjadi amal kebaikan di dunia dan akherat aminnnn
ReplyDeleteAamiin aamiin
DeleteAamiin ya Rabb
Semoga si kakek bisa terus ikhlas. Aamiin.
ReplyDeleteAamiin aamiin
DeleteAamiin ya Rabb
Amin...semoga kebaikannya dibalas
ReplyDeleteAamiin aamiin
DeleteAamiin ya Rabb
subhannallah, aamiin aamiin, senang melihat masih ada orang yang mensejahterakan masjid. dengan begini kan jadi ga takut sandal ilang di masjid
ReplyDeleteIya ya Mbak,si bapak jadi pengawas sandal juga
Deleteaamiin....
ReplyDeletemulianya..bikin terharu ya mbak
Iya Mbak Hanna
DeleteSubhanallah... senang membacanya.
ReplyDeleteIya Mbak Susi
DeleteAmalan secara terus menerus meskipun sedikit #Noted
ReplyDeleteYup
DeleteSmoga mampu melakukan amalan-amalan yang kontinu walaupun itu sedikit :). Bapak itu melakuakan pekerjaannya tanpa mengeluh :)
ReplyDeleteAamiin aamiin
DeleteAamiin ya Rabb
Saya juga sempat menemukan hal seperti ini di beberapa masjid di Samarinda dan Balikpapan. Serahkan saja semuanya kepada Allah. Allah yang kebih tau mengenai hambaNya.
ReplyDeleteWaah ... mereka orang2 luar biasa, Mas Budi
Deletewah hebat.. itu sukarela ya mbak? mulia sekali bapak itu
ReplyDeleteIya Mbak Susan. Suka rela.
Deletemasyaa Allah... salut ...masih ada orang yang tulus mengerjakan sesuatu yang paling sederhana tapi memiliki nilai dilangit.
ReplyDeleteKalau Muty di Pondok juga ngatur sandal gitu bunda :-D, tapi karena sudah tugas sebgai santri yang piket hehehe....
smoga Allah membalas kebaikannya :)
ReplyDeleteSalut dengan bapak itu mbak, semoga amalannya senantiasa di balas oleh Allah.amin...
ReplyDeleteSalam kenal ya mbak
Waaah saya seneng mbaca ini, membuat saya nggak boleh surut semangat dalam menjalani hidup ini. Nggak ada alasan buat saya mengeluh, karena kalau saya melihat ke bawah, masih banyak orang yang nasibnya tidak lebih baik daripada saya.
ReplyDeleteBegitu pula saat beribadah, saya harus ssemakin baik dalam amalan2 saya. Biarpun kecil tapi harus menerus. :)
Maaf mb, keluar dr apa yg dbahas, sy baca catatan mb ttg dari tidak subur menjadi subur... Kalo berkenan, bisa sy minta alamat tabibnya mb ?? Mw ikhtiar jg kesana. Ini alamat email sy doradoremon02@gmail.com. Terima kasih banyak, smg keluarganya mb selalu dlm LindunganNya..
ReplyDelete