Main Balon Gas, Asyikkah?

Yang namanya mainan anak, memang bikin anak senang. Entah itu mainan mahal ataupun murah. Eh ... kecuali kalau anaknya sudah punya standar sendiri bahwa mainan mahal itu lebih asyik daripada mainan murah, hehehe.

Salah satu mainan yang bikin anak-anak senang adalah balon gas. Ingat zaman kecil dulu, balon gas juga membuat saya senang. Senang karena wujudnya yang agak berbeda dari balon kebanyakan. Kalau balon kebanyakan tidak bisa terbang bebas maka balon gas bisa terbang bebas. Itu merupakan hal yang luar biasa. Jadi, kalau Ayah atau Ibu membelikan balon gas, saya berusaha menjaganya supaya tak terbang ke langit.

Kalau sekarang dipikir-pikir, bingung juga ... enaknya main balon gas itu apa, ya? Kita hanya bisa melihatnya berada di atas kita. Itu saja. Hanya bisa dibawa serta ke mana-mana. Itu saja. Waktu zaman saya kecil dulu, bentuknya sama semua. Bentuk balon konvensional – yang bulat melonjong itu. Lalu, nilai edukasinya di mana?

Mungkin berbeda kalau yang memainkannya anak sekolah dasar. Lantas sebagai orang tua, kita mampu menjelaskan mengapa balon itu bisa berbentuk dan bisa mengambang di udara. Anak-anak kemudian bisa diajak merenungi hukum alam (dalam bahasa anak, tentunya. Sebab bahasa IPA-nya terlalu berat bagi anak lha bagi orang dewasa saja masih terasa sulit dicerna). Tapi kalau dipikir-pikir lagi, Kalau “hanya” untuk itu pun, kan tidak perlu membelinya, ya? *dasar mamak-mamak ngiriiiit saja pikirannya ya? Hahaha *

Si Sponge Bob, walau kelelahan masih bisa tertawa :)))

Nah, karena berpatokan pada alasan “tidak perlu membelinya” dan “kurangnya sisi edukasinya” itu maka saya tidak mau membelikan anak-anak balon gas. Suami saya pun demikian. Kami sepaham dalam hal ini. Balon gas zaman ini harganya mahal (bila dibandingkan dengan fungsinya). Mungkin karena bentuknya aneh-aneh. Ada yang berbentuk Sponge Bob, Upin, karakter Frozen, bebek, dan lain-lain.

Mungkin bagi sebagian orang, harga Rp. 15.000 itu relatif murah. Tapi tidak buat saya, jika menimbang manfaat dan kerugiannya. Mafaat yang diterima dibanding usia balon tak seberapa karena balon gas yang dijajakan untuk anak-anak tak pernah bisa bertahan lama. Masih lebih bagus membeli balon konvensional seharga seribu rupiah karena anak bisa berlatih meniup. Dengan demikian motorik di daerah mulutnya terlatih. Untuk anak-anak yang baru belajar bicara, belajar meniup bisa membantu mengembangkan kemampuan bicaranya.

Bulan lalu, ibu mertua berkunjung ke kota kami untuk menghadiri pernikahan kerabatnya. Beliau pergi bersama suami saya dan seorang cucunya – Ahmad (8 tahun) yang memang tinggal bersamanya. Pulang dari acara pernikahan itu, mereka membawa 3 buah balon gas berbentuk bebek, Upin, dan Sponge Bob.

“Dibelikan oleh tantenya (sepupu suami, red). Saya bilang tidak usah mi dibelikan kalau hanya Ahmad yang dibelikan karena nanti ribut berebut karena ada tiga orang anak kecil di rumah. Eh, tantenya belikan tiga,” suami saya memberi penjelasan.

Balon gas yang berjalan kaki :)))

Ya sudah, tak mengapa. Barang gratis ini. Jadilah ketiga benda itu primadona di dalam rumah. Kedua anak saya – Athifah dan Afyad, beserta sepupunya Ahmad senang sekali bermain dengan balon gas. Balon-balon gas itu diajak jalan-jalan di dalam rumah dan mengitari pekarangan. Sebentar-sebentar talinya dipotong pendek sehingga balonnya menyentuh langit-langit rumah jika dilepas. Kalau sudah begitu, ributlah minta diambilkan. Setelah itu disambung lagi talinya hingga panjang sekali. Kalau bosan dengan tali panjangnya, kembali dipotong pendek lagi. Hihi, anak-anak ada-ada saja ya, caranya memainkan sesuatu.

Suatu waktu, Afyad membuka pintu keluar dan melepaskan si balon Upin. Alhasil balonnya terbang bebas, lepas, ke langit biru. Afyad cuma bisa gigit jari.

Tak butuh waktu lama, hanya kira-kira 3 – 4 hari, balon-balon itu berhenti melangit-langit. Kalau kata suami saya, balon gas yang berkualitas bagus bisa tahan selama 4 tahun mengudara. Lha ini ketahuan deh, kalau KW sudah KW ke berapa. KW 100, kali ... wkwkwkwk.

Seperti kelelahan saja, mereka akhirnya merayap di lantai. Karena berkaki, balon Sponge Bob terlihat seperti sedang berjalan kaki. Haha lucu juga melihatnya.

Jadi, begitulah ... nasib balon gas. Kalau sudah turun ke lantai entah mau diapakan lagi. Anak-anak pun sudah tak begitu berminat lagi memainkannya. Namun demikian, bersyukur juga, ada yang membelikannya sehingga anak-anak bisa melihat dari dekat mainan bernama balon gas dan tahu kalau balon gas itu sebenarnya tidak begitu asyik dimainkan.

Makassar, 16 November 2015

Share :