Waktu
awal-awal photo booth yang tukang
foto dan printer-nya stand by menunggu peminat booming di Makassar, saya tidak yakin
kita bisa foto-foto gratis di situ. Maksud saya itu, lho, photo booth di suatu acara, semisal pesta pernikahan atau kegiatan
besar. Mau ikut foto-foto, takut harganya tidak bersahabat. Ditambah lagi
hasrat narsis saya tidak begitu besar, jadinya saya cueki, deh photo booth yang ada.
Barulah
akhir-akhir ini, kalau menemukan photo
booth di sebuah acara, saya ikut ketularan narsis. Soalnya sudah tahu kalau
foto-foto di situ gratis. Seperti waktu acara Festival Forum KTI bulan lalu dan
saat pesta pernikahan Ivo – keponakan saya hari Ahad lalu di sebuah hotel di
bilangan Pantai Losari, saya ikut berpose ria.
Di
acara pernikahan Ivo itu, photo booth-nya
terletak di depan ruangan tempat pesta berlangsung. Suami saya mengajak kami –
saya dan kedua anak kami yang terkecil untuk foto keluarga sebelum masuk ke
dalam ruangan. Kapan lagi, ya. Mumpung ada peluang gratisan ini. Athifah dan
Afyad senang-senang saja diajak berfoto. Mereka sudah punya pose termanis saat
kamera mengabadikan gambar mereka.
Usai
mengucapkan selamat kepada pengantin dan keluarganya dan menyantap hidangan
yang disediakan, tiba-tiba timbul ide untuk mengajak suami untuk foto berdua
saja. Sudah lama sekali kami tak foto berdua. Rasanya sudah belasan tahun. Si Papa
mau saja. Lucunya, malah Athifah yang protes.
“Tidak
boleh!” katanya.
Nona
mungil ini memang suka over risih
sendiri kalau saya dan papanya berduaan. Dia selalu bereaksi seperti seorang
super hero ketika mendapati saya dan
papanya tengah duduk berdampingan. Dengan cekatan ia akan menyusup di antara
kami berdua sembari menarik saya untuk menjauhi papanya. Seolah dia sedang dalam
misi menyelamatkan saya dari papanya.
Hal
ini justru biasa kami jadikan bahan bercandaan. Pernah, suami saya berteriak
memancing Athifah, “Mama, jangan ganggu Papa!” Padahal saat itu kami sedang
duduk berhadap-hadapan, dibatasi sebuah meja kaca berukuran agak besar. Secepat
kilat, Athifah muncul dari ruang dalam untuk segera “memisahkan” kami.
Saya
pun suka menggoda gadis mungil ini dengan mengusap-usap tangan atau wajah
papanya. Begitu melihat apa yang saya lakukan, tangan mungil Athifah dengan cepat
mengusap-ngusap tangan saya dan tangan/wajah papanya seraya berseru, “Hapus,
hapus!”
Yang
lucu, kalau ada yang diinginkannya dan saya serta papanya tak mengabulkannya,
dia mencoba membujuk kami dengan mengatakan, “Papa boleh ganggu Mama asalkan
saya boleh ... !”
Athifah
tak marah saat mencoba “menyelamatkan” saya dari papanya. Dia melakukannya
sembari tertawa-tawa. Tetapi jika adegan menggoda dirinya itu diulang-ulang,
dia bisa marah, bahkan marah besar.
Entah
kenapa dia begitu. Tapi saya pernah mendengar ada anak-anak perempuan yang
berlaku seperti dia. Dan biasanya saat besar mereka akan malu sendiri.
“Boleh,
dong. Nanti Athifah foto berdua juga sama Afyad, ya?” saya membujuknya agar
membiarkan saya berfoto dengan papanya.
“Boleh.
Saya juga mau foto dengan Afyad,” jawabannya mengagetkan sekaligus melegakan.
Mengagetkan karena tumben-tumbenan. Tidak perlu pakai drama, bisa secepat ini
membujuknya agar saya bisa berdekatan dengan papanya.
Adegan
foto-foto keluarga berlangsung lancar. Printer yang
bekeja cepat dan peminat photo booth yang tak terlalu banyak membuat kami bisa dengan cepat
mendapatkan hasilnya.
Sesampai
di rumah, saya, Athifah, dan Afyad melihat-lihat lagi hasil foto-foto keluarga
kami. Timbul lagi ide untuk menggodanya, saya memegang foto saya berdua, dengan
suami. Saya melirik nona mungil itu, “Mama paling suka foto yang ini. Ini foto
yang paling bagus di antara semuanya.”
Buru-buru
Athifah menyahut, “Tidak ... tidak ... itu yang paling jelek. Fotoku sama Afyad
yang paling bagus!”
Athifah
... Athifah ... kamu lucu deh, Nak. Insya Allah 10 tahun lagi, Mama mau
menanyakan kepadamu alasan dari sikapmu ini J.
Makassar, 18 Desember 2015
Share :
Hihihi..ego gadis kecil ini sedang tinggi-tingginya. Dia ingin selalu jadi bagian terpenting dari ayah ibunya, makanya dia tidak mau ayah ibunya hanya berdua saja tanpa dirinya.
ReplyDeleteWkwkwk ... sepertinya begitu, Mbak Vicky
DeleteAnak kecil itu memang lucu yah
ReplyDeleteIya Mbak .... :D
DeleteHahahaha..... Aneh & unik. Jadi penasaran dengan jawabannya nanti. Hihihi
ReplyDeleteMudah2an nanti ingat menanyakannya, mau ditulis di blog lagi dan colek Mbak Susi hehehe
DeleteXixixi, dunia anak memang lucu dan penuh warna, ya?
ReplyDeletesangat berwarna hihihi :)
DeleteHihi tingkah Alifah lucu banget, saya jadi membayangkan seorang anak yang pasti termasuk anak cerdas di sekolahnya. Ponakan saya yang paling kecil juga tipe-tipenya seperti Alifah gitu, beda sekali dengan kakanya yang pendiam dan cenderung bagaikan puteri Solo hihi
ReplyDeleteAamiin aamiin ... anak2 punya keistimewaan sendiri2, Mas Rudy hehehe
DeleteHahahha lucunya, penasaran apa mi jawabannya klo sudah besar baru ditanya :))
ReplyDeleteKayaknya bakal malu2 sendiri, deh hahaha
DeleteJangan2 athifah sendiri nggak tahu alasannya kenapa nggak suka liat mama papanya berduaan :D
ReplyDeleteHahaha jangan2 begitu
Deletesuatu hari nanti kalau dia baca ini pasti seru banget ya
ReplyDeleteKebayang, Mas ... hehehe
DeleteSama ponakanku kak yg umur 2 thn,selalu ngamuk kalau liat ummi dan abahnya duduk berdampingan hahahha
ReplyDeleteHAhahaha .. anak perempuankah?
DeleteKayaknya lagi ngetrend ada fasilitas photo booth gitu di acara resepsi pernikahan di Makassar di'? Hehehe.. sering lihat di sosmednya teman-teman soalnya.
ReplyDelete*komentarku salah fokus sepertinya