Adalah
kebiasaan Papa, mengambil posisi tengkurap dan meminta Affiq atau Mama naik ke
atas punggungnya dan berjalan-jalan pelan di atas punggungnya selama beberapa
menit. Biasanya hal itu Papa minta kalau badannya terasa pegal-pegal. Mungkin
bagi Papa rasanya seperti dipijat, ya. Bagi Mama, Papa sesekali minta dipijat seperti
ini, bolehlah. Asalkan tidak tiap hari. Kan tidak bagus juga buat puggung.
Siang
itu, Papa meminta Affiq naik ke atas punggungnya. Ternyata Athifah dan Afyad
melihatnya. Seperti biasa kalau melihat adegan injak punggung, Afyad bawaannya
ingin ikut meramaikan saja. Maka seketika itu dia ikut naik ke atas punggung
Papa.
Gambar mainannya berasal dari: catatannyasulung.wordpress.com |
Athifah
pun tak mau kalah, dia juga naik ke atas punggung Papa. Yang terjadi kemudian
adalah ketiga anak ini berebutan memanjakan Papa. Seketika punggung menjadi seperti
panggung! Kalau sudah begini yang terjadi adalah kegaduhan. Insting kejailan Affiq mengemuka. Entah apa yang
dilakukannya, Athifah yang dasarnya ekspresif menjadi begitu dramatis. “KENAPA KO SIKSA
KA’!” teriaknya pada kakak Affiq. Hadeuh, ini yang menyiksa siapa, yang disiksa
siapa.
Sudah
begitu mereka bertiga kompak pula. Kalau satu orang naik di punggung, yang
duanya ikut-ikutan naik ke atas punggung. Kalau yang satu naik di paha, yang
duanya ikut-ikutan naik ke atas paha. Persis seperti “dancing floor game” yang di Time Zone itu, yang lampu-lampu di
bagian pijakannya berganti-ganti menyala. Kalau ada yang menyala, di situ yang
harus diinjak sampai-sampai kalau ada dua atau tiga pemain di atasnya, mereka
berebutan menginjak area yang lampunya menyala. Papa meringis aneh selama
ketiga anak itu berada di atas punggungnya. Bagaimana tidak, Affiq kan sudah
remaja – dia sudah kelas 3 SMP, Athifah kelas 3 SD, dan si bungsu Afyad –
sekarang beratnya sudah lebih 20 kg. Coba bayangkan seperti apa rasanya.
Mama
tertawa geli mendengar Papa menceritakan ulah 3 A. Papa menceritakannya pun
sembari tertawa. Tapi kalau membayangkan kondisi Papa saat itu, pasti tidak
enak, ya. Bayangkan, punggung yang lebarnya terbatas dijadikan lantai dansa
oleh 3 bocah ini! Kira-kira kalau diistilahkan, rasanya: “SEBAL-SEBAL GELI”.
Makassar, 18 Januari 2016
Share :
hehe... Fayda juga sering diminta ayahnya buat nginjek2 punggungnya :)
ReplyDeleteFarras tidak ikutan naik, kan Mbak Santi? Hehehe
DeleteHAhahaha....iya Mbak saya juga ngebayanginnya sambil meringis, anak2 ada-ada saja ya
ReplyDeleteHehehe iya, nih .... adaaa saja bahan yang jadi bahan rebutan
DeleteMomen-momen seperti ini yang menunjukkan bapak sangat dekat dengan anak-anaknya ya, mba :)
ReplyDeleteIya Mbak. Kalo anak2 jauh dengan bapaknya pasti tidak seperti ini pengalamannya :D
Deletekalok nginjeknya di tmpat yg pas rasanya enak bgd, klok yg nggak pas, ya geli ya sakeettt..*elus elus punggung abis dinjek2 si ken, huhuhuhuuu
ReplyDeleteHihi iya ya Mak Inda. Kalo saya tidak suka diinjak, mending langsung dipijat saja.
DeleteDeh kuatnya papanya Afiq hehehe
ReplyDeleteAsal ndak lama2 ji hehehe
Deleteanaknya lucu2 banget mba...., Affiq tu yang ngajakin adek2nya ha2...
ReplyDeleteLucu2 gimana gitu ya Mbak ... lucu2 sebal deh kayaknya --> buat yg mengalami. Kalo buat yang tidak mengalami, ya lucu wkwkwk
Deleteanak2 ..ada2 saja ya...ramai2 naik kepunggung papanya
ReplyDeletePunggung saya sering jadi arena dancing floor juga mbak. BB mereka pas dengan kekuatan punggung saya. Hahahah
ReplyDeleteD&B saya seneng banget kalo dimintai tolong.
Affiq ko masih iseng ya? Klo disini itu namanya diinjek2, aku juga pernah diminta nginjek punggung bapak. Anakku jg suka nginjek punggung ayahnya, klo aku sih lebih suka dipijat bagian betis ke bawah.
ReplyDeleteDuhh... 3 anak yg naik. Gimana rasanya ya itu si papa? Hihihi.. Tp pasti bahagia krn bisa bahagiain anak2 ya Mbak :)
ReplyDeleteaku sama ponakanku jg suka joget bareng, tp kalo di rumah, heheh
ReplyDeleteXixixi, jadi teringat masa kecil dulu juga suka gitu di punggung ayah. :D
ReplyDeletewwuaahh..seru membayangkannya...., eh si bungsu sekarang sudah 20 kilo....aduh...co'mo na dich....
ReplyDeletekeep happy blogging always..salam dari Banjarbaru - Makassar :-)
Hahaha ...
ReplyDeleteIni paling enak nih ...
Saya juga dulu gitu ...
kalo nggak diinjek-injek ...
ya punggung kita didudukin ... terus mereka loncat-loncat seperti naik kuda
Itu duluuuu ...
Sekarang aku tak sanggup ... badang udah segede monster semua anak saya ... hahaha
Salam saya Niar
Waduh, tiga anak ya. Pasti beraaaat.
ReplyDeleteHaaa? Affiq sudah kelas 3 SMP? Besarnyamiii..sa kira masih SD >,<
ReplyDelete(pliss deh Mama Rani...athifah saja sudah kelas berapa).
Hahahh, kreatif2nya anakta Kak..
ReplyDeletePak Suami jg sering minta dipijat dhn cara kayak gini..