Hadiah Kecil yang Berarti - Kata
orang bijak, jangan menawar hingga keterlaluan pada pedagang kecil. Misalnya
kepada pedagang sayur keliling, sampai selisih lima ratus rupiah masih ditawar
mati-matian. Sudah tahu harga yang dikasih sudah wajar, masih juga minta diturunkan.
Biasanya yang seperti itu ibu-ibu. Ada saja dari kalangan ibu-ibu yang merasa
puas kalau sudah berhasil “mengalahkan” penjual sayur langganannya dalam proses
tawar-menawar harga.
Sebenarnya
kasihan, lho kalau harga barang dagangan mereka ditawar sampai di titik
terendah karena sesungguhnya keuntungan mereka tipis. Kalau harga dari penguasa
di jalur distribusi sebelumnya turun, mereka pun menurunkan harga. Kalau
harganya naik, sudah tentu mereka harus menaikkannya juga. Tahu sendiri, kan.
Sekarang ini harga sayuran turun-naik. Sekalinya naik, bisa gila-gilaan. Tomat
buah saja yang biasanya Rp. 5.000 per kilonya pernah naik sampai Rp. 20.000 per
kilo!
Sumber foto: FP FB Airin Handicrabby |
Saya
biasanya waspada sama penjual yang belum saya kenali tabiatnya. Bukan tabiat
seperti supel, ramah, anti sosial. Bukan. Tapi kebiasaannya mengakal-akali
pembeli. Ada jenis pedagang yang suka mengakal-akali pembeli. Kalau dilihatnya
“orang baru”, seenaknya saja dia pasang harga awal. Kalau mau ditawar pun,
harganya masih kemahalan.
Tapi
ada pula jenis pedagang yang baik hati hingga menjadi dambaan para pelanggannya.
Contohnya adalah Rian, lelaki muda penjual sayur langganan kami (saya dan
suami) di Pasar Solongang. Ibu dan kakak perempuan Rian juga punya lapak di
pasar itu tapi harga sayuran mereka lebih mahal dibandingkan lapak lain. Kalau
dibandingkan, selisih harga berbelanja di lapak mereka dibandingkan di lapak
Rian cukup besar apalagi kalau kita belinya dalam jumlah besar. Suka bikin keki
setelah tahu.
Sudah
begitu, Rian suka kasih bonus pula. Makanya lapaknya selalu ramai. Banyak ibu
yang suka berbelanja di lapaknya. Yang bikin saya heran. Sudah tahu Rian baik.
Suka kasih hadiah, masih ada saja ibu-ibu yang keterlaluan menawar barang
dagangan Rian. Walaupun Rian sudah menggeleng-gelengkan kepalanya berulang
kali, masih juga berusaha membobol benteng pertahanan Rian. Padahal mereka
harusnya tahu kalau Rian sudah kasih harga murah.
Pedagang-pedagang
seperti Rian ini pahlawan rakyat kecil. Selisih uang belanja setelah berbelanja
di lapak Rian bisa ditabung atau diberikan kepada anak-anak mereka untuk jajan.
Daripada berbelanja di lapak sebelah, mending ke lapak Rian. Ada selisih harga
Rp. 2.000, misalnya. Dengan uang Rp. 2.000 ini, anak-anak mereka bisa buat
jajan yang lumayan.
Sabun daur ulang dari minyak goreng bekas pakai Sumber foto: http://buletinadetiga.blogspot.com |
Rian
adalah bagian dari pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Tepatnya
usaha mikro (asetnya di bawah 50 juta rupiah). Keuntungannya sedikit tapi tak
pelit. Secara naluriah (sebagai ibu rumah tangga), saya lebih memilih
berbelanja kepada orang-orang seperti Rian. Selain Rian, saya mengenal beberapa
pelaku usaha mikro yang suka kasih hadiah. Tidak peduli besar atau kecil, yang namanya hadiah, bagi saya selalu saja menyenangkan. Rasanya seperti "diperlakukan khusus" atau mendapat keistimewaan. Tidak semua orang, lho mendapatkannya.
Salah
satunya adalah salah seorang kawan yang sejak kuliah sudah senang membuat craft berupa bros. Namanya Sri Muliani
yang akrab disapa Ani. Selain itu, Ani yang pintar jahit juga senang membuat baju
dan seprei. Bukan hanya itu, ia pun suka membuat gantungan kunci dan kreasi note book. Saya dan teman-teman kuliah
menjadi pelanggannya.
Hingga
saat ini, kesenangan Ani masih berlanjut. Masih seperti dulu, Ani yang gemar
memberi hadiah kecil kepada kawan-kawannya, pernah menghadiahi saya dua buah
bros cantik yang terbuat dari bahan sejenis malam (lilin) dan sabun yang
berasal dari minyak goreng bekas. Sesekali ia menerima pesanan untuk souvenir pernikahan.
Bros berbahan
malam yang dibuatnya membutuhkan ketelatenan, utamanya dalam membentuk ukiran
bunga warna-warni. Sabun daur ulang yang berasal dari minyak goreng bekas tak
dibuat ala kadarnya. Ani menggunakan cetakan sehingga sabunnya berbentuk bunga mawar. Sayangnya,
Ani belum serius mengiklankan kemampuannya. Mungkin ia punya alasan tersendiri.
Andai ia memanfaatkan internet, dengan online
shop gratis beserta media sosial secara maksimal, usahanya mungkin bisa
berkembang pesat.
Bros yang terbuat dari malam (lilin). Sumber foto: Sri Muliani |
Selain
Ani, ada dua orang kawan lain yang pernah menghadiahi saya buah karya mereka:
Aida dan Ririn. Aida menghadiahi saya bros berbentuk bunga yang terbuat dari kain
berwarna hijau, sesuai dengan warna kesayangan saya. Ririn, sewaktu berkunjung
ke rumah menghadiahi saya kreasi-kreasi flanelnya berupa bros, bunga, sandal
anak berhiaskan flanel untuk putri saya, hiasan toples, dan hiasan flanel
berbentuk bunga matahari.
Di
antara mereka semua, hanya Ririn yang getol mempromosikan karyanya menggunakan
internet. Ririn yang juga seorang blogger ini, memiliki blog khusus untuk
kerajinan flanelnya dan fan page Facebook
Airin Handycrabby, sesuai dengan brand usahanya.
Khusus
Rian, ia sudah punya tempat berdagang sendiri, sudah punya pelanggan yang
hampir tiap hari berbelanja di tempatnya. Sementara teman-teman yang berkreasi
dengan kelincahan tangan mereka basisnya di rumah masing-masing. Kalau memang
serius, perlu kita dukung bersama agar produk mereka dikenal secara lebih luas
lagi. Mungkin dengan menyediakan sedikit ruang di media sosial kita.
Sehubungan
dengan hal itu, kalau promosi produk di media sosial, teman-teman pelaku UMKM perlu memerhatikan tip bermedia sosial berikut
ini:
- Hendaknya mempermudah orang yang ingin membantu dengan cara langsung mention di kotak komentar atau di status dan langsung memberikan link atau gambar. Jangan meminta tolong/menyuruh orang mencari sendiri. Teman-teman kita di media sosial punya kesibukan masing-masing, ringankan mereka membantu kita. Jangan malah diberatkan.
- Kalau promo jangan juga nge-tag orang hampir tiap hari. Beri jangka waktu. Saya akan dengan senang hati membagikan kembali kalau apa yang di-share ke saya bakal bermanfaat buat banyak orang. Tentunya, kembali lagi ke poin satu di atas, asalkan saya dimudahkan, langsung diberikan gambar atau link yang dimaksud.
- Perhatikan “jam sibuk” media sosial, share-lah di waktu-waktu itu. Di jam sibuk, banyak warga media sosial yang sedang online. Biasanya saat istiraha siang atau waktu malam, kira-kira lepas isya.
- Gunakan kata-kata yang sopan, tidak menyinggung SARA, dan tidak memerintah.
Sandal berhias flanel kreasi Ririn. Sumber foto: fan page FB Airin Handicrabby |
Selain hal tersebut, menabung di bank (contohnya di BTPN), bisa menjadi salah satu cara untuk membantu para pelaku UMKM. Melalui dana yang ditabung, Anda berkesempatan turut memberdayakan masyarakat berpenghasilan rendah dan pelaku UMKM dalam peningkatan kapasitas pelaku UMKM. Simulasinya bisa dicek di link ini. Ada juga kisah orang-orang yang sudah menerima manfaatnya.
Saya
pribadi mengharapkan UMKM kita bisa tetap eksis di era MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) dengan makin mendekat kepada calon konsumen. Hadiah-hadiah kecil dari orang-orang
yang saya ceritakan di atas menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing karena
punya kemampuan yang baik dalam berkarya. Bila media sosial bisa dan teman-teman
bisa membantu, mengapa tidak?
Makassar, 9 Februari 2016
Share :
Ririn itu yang punya Airin Handycraft itu kan mbak?
ReplyDeleteYup, betul sekali, Noorma
DeleteAlhamdulillah senang sekali hihieie. Bagi saya mendapat hadiah apa pun dari sahabat, kerabat, keluarga dan handai taulan akan selalu menjadi hal yang menyenangkan buat saya. Tidak masalah dengan nilai benda atau barangnya. Diberi surprise semacam hadiah adalah hal yang sangat menyenangkan bagi saya
ReplyDeleteBenar sekali, Pak Asep. Seperti itu juga yang saya rasakan :)
DeleteKreatif-kreatif sekali ya produknya mereka ya, mba. Aku juga mengenal yangs eperti itu. Makasih sharingnya, mba :)
ReplyDeleteSekarang sudah banyak orang Indonesia kreatif seperti mereka, ya Mbak :)
Deletemenabung bisa sekaligus membantu ya..
ReplyDeleteBisa Mbak
Deletesangat berarti ya mbak
ReplyDeleteAku juga jarang dan hampir ga pernah nawar di tukang sayur sampai dikorting sendiri oleh mereka.
ReplyDeleteAku juga lebih suka belanja sayur ke tkng sayur lngsung drpd supermarket,
ReplyDeleteSemoga di era MEA karya anak negeri tetap eksis aamiin
ReplyDeleteAku juga demen belanja di mamang sayur dan dari sononya ga jago nawar :D
ReplyDeleteIya, suka sebel kalo liat ibu-ibu yg udah dikasih harga murah tapi tetep aja nawar. Kadang gak peduli meski yg ditawar itu nenek2 :(
ReplyDeletesendalnya lucu, strategi Ryan sama kaya Bagas petani tanaman hias di sini, dia pasang harga gak terllau mahal dan sering kasih bonus supaya dagangannya laku keras, sekarang kalo mau beli tanaman hias banyaknya lari ke dia
ReplyDeletesendalnya lucu, strategi Ryan sama kaya Bagas petani tanaman hias di sini, dia pasang harga gak terllau mahal dan sering kasih bonus supaya dagangannya laku keras, sekarang kalo mau beli tanaman hias banyaknya lari ke dia
ReplyDeleteAku dulu ratunya nawar hahaha, tapi kalau skrg masih suka nawar cuma, lihat-lihat juga nawar ke siapa dulu...
ReplyDeletesandalnya ngejreng kece banget apalagi bunganya kreatif bgt dari lilin.makin sukses bwt UKM :)
ReplyDeleteKeberadaan mereka sangat membantu keseharian
ReplyDeletewooo mbak Ririn juga buat sandal?? aku liat2 gantungan kunci sma brosnyaaaa
ReplyDeletesukses buat mereka
Ibu2 mmg kadang gitu, cara menawarnya mematikan :D
ReplyDeleteBTPN punya program yang cukup segmented terhadap para pelaku usaha mikro. Mereka menjaring para pengusaha mikro ini dalam program Daya mereka sehingga para pengusaha yang semula prasejahtera ini menjadi sejahtera. Aku penasaran ingin tahu bagaimana kriteria mereka dalam menentukan pengusaha yang layak untuk mereka jaring. Sehingga para nasabah Taseto Mapan yang memutarkan dananya melalui BTPN pun tahu ke mana arus dana yang mereka pinjamkan.
ReplyDeleteIya mak, aku suka miris deh sama org2 yg nawarnya ajegile, padahal kalo masuk jeko, ke ef si yang mahal gitu, langsung aja bayar ga pake nawar. Plis deh
ReplyDeleteGood luck mak
Saya kadang bingung sama yang suka nawar gila-gilaan.
ReplyDeleteKreatif banget kreasi lilin dari bekas migor. Semoga selalu diberi keberkahan usahanya
ReplyDeleteSukses buat GA-nya, Mbak ^^. Semoga menang, ya? ^^
ReplyDeletesaya malah termasuk gak bisa sama sekali nawar :( mangkannya pernah dan beberapa kali dikibulin pedagang :(
ReplyDeletesemoga menang ya
ReplyDeleteKalau begitu rajin menabung itu manfaatnya tak hanya untuk diri sendiri tapi untuk membantu saudara2 kita yang ingin punya usaha ya Mbak Muginar :)
ReplyDeleteRian, Ani, Aida dan Ririn adalah orang orang orang pelaku UMKM di negri ini yang layak diacungi jenmpol, siap atau tidak..mau atau tidak...negeri kita harus menghadapi Pasar Bebas Asia...mereka ber empat telah siap dengan apa yang mereka jual...lalu kita sendiri apakah sudah siap menjadi konsumen sejati mereka,,atau setidaknya mendukung mereka dengan membantu mempromosikan jualan mereka....
ReplyDeleteselamat berlomba yaaa,,,
keep happy blogging always..salam dari makassar - banjarbaru :-)
MENOLONG SESAMA AKAN MEMBUAT KITA MERASA BHAGIA
ReplyDeleteIya ya, kali diperhatikan tuh, yg paling getol tawar menawar sp titik terendah, ya, ibu2.... seolah udh menang perang kalo bisa menurunkan harga si pedagang sayur. Hihi.
ReplyDeleteYup, dengan menabung di sana, secara tidak lgsg kuta sdh membantu para pelaku UKM ya, Niar...,?
Sesuatu yang kecil akan terasa besar jika disyukuri...
ReplyDelete