Saya
melihat penggalan sebuah film India. Ketika seorang ibu bernama Ratan menjenguk
seorang perempuan di rumah sakit. Perempuan itu baru saja kehilangan bayinya.
Saya tidak tahu, apakah perempuan itu kehilangan bayi dalam kandungannya
ataukah bayinya yang sudah lahir. Ia kelihatan terpukul saat Ratan menemuinya.
Ratan
mengatakan, “Aku mengerti perasaanmu.”
Namun
apa yang dilakukan perempuan itu? Ia justru melabrak Ratan dengan mengatakan, “Kau pasti tak bisa mengerti perasaanku! Bla bla bla ...”
Perempuan itu mengatakan hal-hal yang menurutnya kekurangan Ratan. Kemudian tentang hal-hal yang menurutnya seharusnya membuat Ratan bahagia. Dia menafikan empati Ratan dengan persepsinya (bahwa Ratan tidak akan mengerti) lalu kemudian melontarkan hal-hal yang murni persepsinya akan kebahagiaan yang dirasakan Ratan. Menurutnya kebahagiaan itu tak mungkin membuat Ratan bisa mengerti kemalangannya.
Hal
seperti itu kita dapati juga di kehidupan nyata. Susah memang kalau empati kita terhadap orang dibalas
dengan persepsinya yang menafikan empati kita. Tak akan nyambung.
Gambar asli berasal dari careway.co.uk |
Tentu.
Tentu saja tak ada yang bisa mengerti perasaanmu persis seperti yang kau mau
orang mengerti!
Orang
lain hanya bisa mengatakan dia mengerti padahal sesungguhnya dia hanya mencoba mengerti! Mengertilah,
itu hanya pembahasaan saja. Mengertilah, siapa yang bisa mengerti isi kepala
dan perasaanmu persis seperti yang kau mau?
Tidak
ada. Tak mungkin ada dua orang berdiri tepat di koordinat yang sama. Tepat di
titik yang sama. Tak mungkin.
Hal
yang paling manusiawi dan paling positif yang bisa dilakukan seorang kawan
adalah dengan (mencoba) mengerti apa yang dirasakan oleh kawannya. Dan sudah
tentu, dia mengerti berdasarkan persepsinya. Persepsinya tentunya berdasarkan
pengalamannya. Itulah empati.
Kalau
saya, sih, akan senang kalau ada yang mau berempati kepada saya. Kalau dia tak
terus menyalahkan saya setelah mengatakan dia mengerti, saya akan lega dan
tersenyum. Dan tetap merasakan warna-warni hidup ini.
Namun perempuan
itu menyemprot Ratan seolah-olah Ratan hanya merasakan kebahagiaan dalam
hidupnya sehingga tak mungkin bisa merasakan penderitaan orang lain. Perempuan
itu tentu tak mungkin merasakan penderitaan Ratan yang harus merawat seorang
anak yang bukan darah dagingnya bersama anak kandungnya sendiri (kalau tak
salah merupakan anak suaminya dengan perempuan lain). Perempuan itu tentu tak
memahami pergolakan perasaan Ratan yang bertahun-tahun ditinggal pergi suaminya
tanpa kabar sama sekali. Setiap menit Ratan dirundung rindu dalam penantiannya.
Perempuan itu tak paham sama sekali perasaan Ratan.
Persepsi
perempuan itu dalam menafikan empati itu hanya melihat kebahagiaan Ratan
(menurut persepsinya) sehingga membuatnya mengira kebahagiaan itu tak mungkin
membuat Ratan merasakan kesedihannya. Padahal dia tak tahu kalau Ratan pun
menyimpan banyak kepiluan dan oleh karena kepiluan itu, Ratan bisa meraba apa
yang dirasakan perempuan itu lalu mengatakan, “Aku mengerti perasaanmu.”
Lanjutan
adegan yang saya tonton itu adalah Ratan pulang dan menangis, lalu curhat
kepada kakaknya. Kalau saya yang diperlakukan seperti itu, mudah-mudahan saya
tak perlu menangis. Untuk apa menangis? Hanya akan buang-buang waktu dan energi
saja. Kesal, mungkin saja karena ketulusan saya tak dianggap. Tapi saya mungkin
akan berkata, “Tentu, tentu saja saya tidak akan mengerti perasaanmu seperti
yang kau mau karena pengalaman kita berbeda!” Lalu saya meninggalkannya sebab kelihatannya ia memang tak ingin saya mencoba mengerti dirinya dan saya bukan orang yang suka membujuk. Tak apa, kadang-kadang komunikasi ya seperti itu, dinamis. Tak mungkin selalu sesuai dengan yang kita mau.
Makassar, 14 Februari 2016
Share :
Perkataannya itu maknanya mendalam banget ya Mba.. Itu penggalan percakapan dari film drama India ya Mba?
ReplyDeleteIya Mbak tapi ada juga di kehidupan nyata
DeleteFilm apa nih Mbak judulnya? Penasaran. :D
ReplyDeleteVeera, Mbaaak :)))
DeleteMbak Niar ternyata doyan nonton film India juga ya hehehe.... ada beberapa film India yg keren sih emang. Ini judulnya apa mak
ReplyDeleteTak mungkin ada dua orang yg berdiri di koordinat yg sama.
ReplyDeleteSuka sangat dg perumpaannya ini mbak. Kita mmg tak akan pernah benar2 mengerti orang lain, sedekat appaun hubungannya. Yg bisa dilakukan adalah berusaha utk mengerti