Bisa jadi menurut kita, seseorang sedang ngeyel padahal menurutnya, dia hanya sedang mempertahankan pendapatnya karena tidak mau dipersalahkan. Seperti pada cerita ini.
“Saya
hampir lupa umurku, Mak,” tutur Athifah pada suatu malam.
“Hahaha
... umurnya baru sedikit, koq bisa lupa? Kalau Oma atau Ato’ lupa umurnya,
wajar. Umurmu kan baru sembilan tahun!” tanggap Mama yang tak bisa menahan rasa
gelinya.
Okeh.
Baiklah. Hampir lupa. Belum lupa, kan, ya?
Mama
teringat ketika beberapa waktu yang lalu, ketika putrinya memerlukan tenaga
ekstra besar untuk bernapas. Bukan karena mungilnya hidung putri mungilnya,
melainkan karena sesuatu berada di dalam rongga hidungnya. Lalu sesuatu itu
menyumbat jalan pernapasannya.
“Tuh,
kan ... beringus lagi!” spontan Mama mengatakannya.
“Saya
tidak beringus!” sanggah Athifah.
“Apa,
dong, kalau bukan beringus?” kejar Mama lagi.
“Hidungku
TERSUMBAT!” nona mungil ini berargumen.
"Bukan inguuus ... hidungku tersumbaaat!" katanya lagi.
"Bukan inguuus ... hidungku tersumbaaat!" katanya lagi.
Mama ngikik
dalam hati. Ia mengatakan, “Iya NAAK, sama saja. Hidungmu itu tersumbat ingus!”
Tuh,
kan, anak kecil ini ngeyel?
Hm,
tapi baginya dia tidak ngeyel, lho.
Bisa jadi menurutnya malah Mama yang ngeyel
hihihi.
Makassar, 17 Februari 2016
Share :
tersumbat ingus.. wkwkwkwk
ReplyDeletehehe...pembelaan khas anak2...
ReplyDeleteterkadang mendegar anak ngeyel itu lucu yah jadinya hahaha
ReplyDelete