Sekarang banyak orang yang tertarik dengan konsep rumah minimalis, saya pun demikian (perhatian: tertarik bukan berarti membeli). Kalau lihat-lihat iklan jual rumah minimalis, ada hal yang menjadi perhatian saya. Dulu, saya menganggapnya sebuah “kelebihan”. Baru nyadar kalau ternyata itu sebuah trik setelah membaca sebuah tulisan yang diberikan seorang kolega (yes “kolega”, bukan hanya orang kantoran yang punya kolega, mamak-mamak blogger juga punya kolega lhooo J).Ketika ada orang yang ingin menjual rumah minimalis, tentu saja dibutuhkan trik khusus agar banyak calon pelanggan yang tertarik lantas kemudian membeli rumah yang sedang ditawarkan itu. Salah satu cara yang dapat pembeli lakukan untuk dapat menarik perhatian adalah dengan membandrolnya dengan “harga dapat dinegosiasi” alias “harga nego” saat akan menjual rumahnya.
Sumber foto: www.urbanindo.com |
Mengapa perlu melakukan hal tersebut? Karena hal ini dianggap sebagai isyarat kepada calon pembeli agar ia tahu bahwa harga penawaran rumah akan menjadi harga ideal yang disepakati oleh kedua belah pihak. Ini merupakan salah satu trik yang telah banyak terbukti, lho. Karena menurut sebuah penelitian, konsumen akan lebih memilih untuk menawar terlebih dahulu barang yang akan dibelinya bahkan jika ia sangat menginginkannya (terutama kalau calon pembelinya perempuan, nih). Nah, pertimbangkanlah kalau saat akan menjual sebuah rumah berikan kesempatan oleh calon pembeli bernegosiasi dengan Anda. Inilah yang dikatakan sebagai sebuah “seni dagang”.
Ada juga pendapat yang menyatakan penelitian mengenai harga nego itu tidak berdasar namun saya sependapat. Saya pun membayangkan kalau saya yang jadi calon konsumen dari sebuah rumah minimalis yang akan dijual, tentunya saya lebih memilih iklan yang ada kata “bisa nego”-nya ketimbang iklan yang tidak menyatakan bisa nego (apalagi kalau iklannya mengatakan “harga tidak bisa ditawar lagi” hehehe).
Ada kisah nyatanya nih ... rumah almarhumah oma saya yang hendak dijual di Gorontalo, sampai sekarang belum deal juga karena konon orang-orang bilang “terlalu mahal”. Belum apa-apa sudah mundur duluan. Padahal menurut ibu saya (menurut saya juga), sih. “Seharusnya kan mereka menawar dulu, kalau memang berminat!” Iya, kan? Tapi nyatanya, belum ada yang datang menawar, tuh. Mungkin juga, karena dulu Ibu pernah berkata kalau harganya tidak bisa turun lagi.
Namun, perhatikan juga hal ini: usahakan tawaran terendah adalah harga pasar dari rumah dengan tipe itu. Kadang-kadang juga embel-embel “nego” dapat membuat harga rumah anjlok, lho karena banyak spekulan yang menurunkan harga rumah yang ditawarkannya jauh dari harga pasar yang sebenarnya. Kasihan juga, kan kalau pada akhirnya hanya sedikit manfaat yang diterima oleh pemilik rumah?
Bayangkan, bagaimana perasaan kita jika kemudian kita mengetahui rumah yang sebenarnya bisa dijual dengan harga tinggi lantas dijual dengan harga murah? Oleh karena itu, ide bagus yang dianjurkan adalah dengan menaikkan harga jual awal sehingga seolah-olah harga asli. Setelah itu, untuk menarik pembeli, umumkan harga tersebut “bisa dinego”. Begitu triknya.
Makassar, 3 Maret 2016
Share :
Sebenarnya untuk tawar menawar dalam jual beli bukanlah hal yg aneh dan itu pasti berlaku terhadap setiap transaksi yg nilainya besar seperti properti dan kendaraan walaupun tidak terpampang kata nego dalam iklannya. Berbeda dg properti atau barang baru, yang hargana adalah fix dan sangat menarik pembeli jika dibubuhkan kata diskon. Harga tawar sebenarnya terukur oleh calon pembeli dan ketertarikan pembeli itu bukan pada kata nego tapi pada kepantasan harga tawar barang atau properti itu terhadap pasar karena calon pembeli akan menawar mak 50 jt dari yg ditawarkan dan berharap bisa mendapatkan angka sekitar 25 jt dari harga penawaran. Sehingga jika calon pembeli melihat harga jual dan dia kurangi dg 50 jt masih terhitung mahal dari harga pasar maka mereka tidak akan menggubris penawaran penjual tersebut dan bikan berarti dia tidak tahu kalau yang dijual bisa dinego.
ReplyDeleteKecantikan fitur dan detail yang ditampilkan dalam iklan tentu akan lebih berpengaruh terhadap ketertarikan calon pembeli. Itu sih pendapat sesuai pengalaman saya selama 15 th ini. Kebetulan saya hobi beli, repai trus jual kendaraan dan properti.
Benar Pak Edi, harus tahu harga pasar dulu.
DeleteBetul mbak Niar. Saya kalau beli apapun harus nawar dulu meskipun turunnya hanya beberapa ribu, tapi cukup puas ya :)
ReplyDeleteWaktu beli rumah dulu saya ngga bisa nawar mbak karena belinya lewat KPR, jadi harganya sudah pas ngga boleh kurang lagi hehe
Rasanya "lengkap" kalo bisa nawar, ya Mbak hehehe
Deleteiya.. saya juga kalau cari rumah (sampai sekarang msh mencari-cari), cari yang ada kata negonya, hihi.. mana tau bisa turun harga kan?
ReplyDeleteJangan lupa, survey harga pasar dulu Mak hehehe
Deleterumah minimali hemat energi juga mbak, apalagi buat yang tidak mempunyai asistn rumah tangga
ReplyDeleteBenar, buak emak2 rempong macam kita ya Mbak Lidya
DeleteWahaa jadi mendingan mana mba ? beli yang bisa di nego atau yang harganya udah segitu aja ?
ReplyDeleteYang mana saja, yang pentingtahu harga pasaran hehehe.
DeleteSebagai Orang yang lama berkecimpung di dunia property masalah Nego sudah wajar. tapi sesungguhnya kalau di kantor broker seperti ERA ada beberapa acuan untuk menentukan harga jual yaitu... kita sdh punya standard harga tanah dan bangunan di setiap daerah, kemudian lama/umur bangunan, kondisi bangunan, lokasi tanah atau bangunan dsb. pokoknya semua ada rumusnya kok...
ReplyDeleteyup benar Mas Budhi. Sayangnya, orang awam kayak saya ini seringnya tidak mengerti yang seperti itu. Suka percaya saja dengan istilah "bisa nego" tanpa ngecek harga pasar.
DeleteAku sepakat ya mba kalau sebelum beli rumah harus searching dulu harga pasaran rumah disana biar tak tertipu. Dan kalau nyari rumah itu jodoh-jodohan ya, mba :)
ReplyDeleteToss Mbak. Iya, benar.
Delete