Kalau beberapa hari yang lalu, cerita saya di blog ini soal rumah minimalis dan elite, nah kali ini bicara tentang lingkungan saya sendiri. Apabila jenis rumah yang berlokasi di perumahan yang terbilang elite hanya dapat dimiliki oleh sebagian masyarakat pada kalangan menengah ke atas saja maka untuk rumah yang letaknya masuk ke dalam gang adalah jenis rumah untuk sejuta umat yang tentunya dapat dimiliki berbagai kalangan.
Biasanya wilayah perkotaan Indonesia sudah lazim dengan yang namanya pemukiman warga yang masuk ke dalam gang. Hal tersebut karena sangat padatnya jumlah penduduk yang mendiami daerah perkotaan, seperti kota Makassar. Sehingga hal ini kemudian membuat terbentuknya sejenis kantung pemukiman yang cukup besar yang membuat jalan kemudian menjadi kecil.
By the way, tinggal di dalam gang enak juga, lho. Seperti lingkungan tempat tinggal saya, asyik-asyik saja. Gangnya cukup lebar, ngepas untuk dilalui satu buah mobil, setara Kijang. Hati-hati saja kalau berpapasan dengan mobil lain, maka yang satunya harus mundur teratur. Bahkan truk, kalau ngotot, masih bisa masuk di dalam gang kami. Kadang-kadang ada truk masuk, untuk keperluan mengangkut bahan bangunan menuju rumah yang tengah dikerjakan pembangunannya.
Yang enaknya lagi, lingkungan di sini boleh dikatakan masih bersahabat, masih saling peduli satu sama lain, layaknya kebiasaan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Segala macam pedagang kaki lima sering lewat. Mulai dari pedagang sayur, bakso, baskom/ember, hingga pedagang aneka kelontong yang membawa macam-macam barang berukuran kecil dan sangat kecil. Selain itu, tinggal di dalam gang jauh dari polusi asap dan kebisingan kendaraan bermotor, seperti yang kerap kita lihat di jalan-jalan besar/poros. Pendeknya, saya menikmatilah, tinggal di lingkungan ini.
Biasanya, untuk transaksi jual-beli sebuah rumah yang letaknya masuk ke dalam gang kebanyakan masih dilakukan hanya dengan cara konvensional. Masih terbilang jarang sekali pemanfaatan media internet sebagai sarana untuk menjual rumah yang lokasinya masuk ke dalam gang ini. Untuk kisaran harga rumahnya pun terbilang cukup variatif, tergantung pada seberapa jauh rumahnya masuk ke dalam gang.
Karena, jika semakin dekat lokasinya dengan jalan, tentu harganya akan menjadi semakin mahal, demikian juga sebaliknya. Apabila semakin jauh masuk ke gang, harganya akan semakin murah. Selain faktor itu, bangunan juga mempengaruhi harga suatu rumah yang lokasinya di dalam gang. Jika bangunannya baru tentu harganya juga akan tetap mahal walaupun lokasinya masuk ke dalam gang.
Sayang, ya sebenarnya padahal tidak ada salahnya untuk kemudian mencoba mengiklankan jual rumah yang lokasinya masuk ke dalam gang via online karena peluangnya yang lumayan besar, mengingat kurangnya orang-orang yang mengiklankan rumah yang berlokasi di dalam gang melalui media online. Dan, harap diingat, orang-orang yang mengakses media sosial seperti Facebook kan dari berbaga kalangan, termasuk juga kalangan menengah ke bawah, termasuk yang tinggal di gang-gang.
Kalau Anda mau jual rumah yang lokasinya masuk ke dalam gang, buatlah terobosan baru dengan menjadikan jual-beli online hal yang lazim di zaman modern ini karena sifatnya yang mudah serta praktis. Manfaatkan puka website-website online shop gratis yang sekarang banyak bertebaran di dunia maya. Sayang sekali kalau kemudahan teknologi pada masa ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Makassar, 7 Maret 2016
Share :
Iya, mak.. Sekarang semuanya sudah serba praktis dan simpel. Termasuk juga saat mau menjual atau membeli rumah. Klik sana klik sini, tiba-tiba sudah punya rumah. :)
ReplyDeleteSalam hangat dari Bondowoso..
Yup. Sayang saja ya kalau masih tidak dipergunakan.
DeleteDaripada pake makelar, mending di jual online ya :-)
ReplyDeleteYup ^_^
DeleteRumah di dalam gang biasanya hangat karena banyak tetangga.
ReplyDeleteBenar Mbak Ety. Sekaligus juga potensi konfliknya, ada2 saja hehehe
DeletePilihan yang sangat bagus juga.
ReplyDeleteYup. Kalo lorong2nya dalam kota Makassar, sih masih ada yang asyik :)
Deletemembaca tulisan ini semakin mengukuhkan niat saya untuk segera punya rumah. Mau di pinggir jalan atau di dalam gang gak masalah yang penting punya rumah :)
ReplyDeleteSemoga terwujud segerara ya Mbak Irma. Aamiin.
Deletekomplek rumah saya juga asik mak..jalanannya ga terlalu sempit malah kayanya muat 2 mobil deh
ReplyDeleteBagus tuh Mbak kalo muat dua mobil.
DeleteBaca judulnya kirain rumahnya yang didalam gang mau dijual Bu, hehehe. ternyata nggak. Saya waktu di Bandung dan Jakarta kosnya didalam gang. setelah tinggal di Balikpapan sudah nggak.
ReplyDeleteEnak juga kan tinggal di dalam gang, Mas Budi?
DeleteYah, ada enak, ada juga gak enaknya.
DeleteWah iya juga nih, bisa dijadikan ide untuk membuat aplikasi jual beli rumah dalam gang. Mungkin salah satu alasannya karena rumah dalam gang itu tidak strategis, tidak bisa memasang garasi, kan rata2 yg nyari rumah biasanya orang orang kaya yang punya mobil, jadi ya wajar jika belum ada aplikasi jual beli rumah dalam gang....
ReplyDeleteKalo di dalam gang itu kekeluargaan nya terasa hehehe
ReplyDeleteRumah saya yang di Jombang juga dalam gang sehingga nggak bisa dipakai untuk 2 mobil. Yang di Surabaya bisa dua mobil gangnya
ReplyDeleteEnaknya memang di tepi jalan raya, tapi rawan demo hahahaha
Salam hangat dari Jombang
saya juga rumahnya di dalam gang enak banget adem hehe
ReplyDeletezaman sekarang klik - klik apa saja bisa jual beli apa saja termasuk rumah, semakin canggih memang teknologi ini
ReplyDelete