Bicara
tentang sosok Kartini tak pernah ada habisnya. Bukan hanya karena namanya telah
diabadikan menjadi hari istimewa bagi perempuan Indonesia sehingga diperingati setiap
tahun, melainkan juga karena pro dan kontra yang terus berkembang atas penetapan
Hari Kartini. Yang kontra mengatakan, mengapa bukan si A, si B, si C, dan
seterusnya yang ditetapkan namanya untuk hari istimewa itu? Atau mengapa mereka
tidak juga dibesarkan namanya seperti Kartini padahal apa yang mereka lakukan
lebih berpengaruh?
Foto-foto dari Teguh dan Anna |
Di
film dokumenter itu, saya diminta menjawab beberapa pertanyaan seputar Kartini
dalam pandangan saya dan mengenai perempuan Indonesia dalam persepsi saya.
Walau excited, tak urung saya merasa
gugup juga. Yah, siapalah saya ini. Sehari-harinya saya “hanyalah” mamak-mamak
kepo yang senang menuliskan tentang apa saja yang menarik hati dan pikirannya
di blognya, yang sesekali ikut lomba, sesekali me-review, dan sesekali pula mengirimkan tulisan ke media cetak.
Pengambilan
gambar yang berlangsung di DiLo (Digital Lounge) jalan DR. Sam Ratulangi 68
pada tanggal 8 April lalu berjalan lancar meski ada adegan yang diulang
beberapa kali. Eh, adegan ... koq jadi seperti shooting sinetron begitu kesannya yak? Bukan adegan .. hm apa ya.
Jelasnya begini, ada beberapa pertanyaan yang pengambilan gambarnya perlu
diulang beberapa kali karena terlihat kurang baik. Begitu.
Oya,
yang bikin deg-degan itu karena saya seperti merasa sedang ujian meja alias
ujian skripsi. Berasa wawasan saya sedang diuji. Padahal Anna, Teguh, dan Leni –
ketiganya teman-teman dari jurusan Ilmu Sejarah UNHAS, mewawancarai saya dengan
santai dan sesungguhnya mereka pun tidak sedang menguji wawasan saya, hanya
menanyakan pendapat saya saja. Bagaimana tidak deg-degan, ini untuk keperluan
seminar internasional, Kawan! Saya masih bisa lebih santai pada live talkshow di tivi nasional beberapa waktu
yang lalu.
Tentang
sosok Kartini, pendeknya ... saya mengaguminya. Setelah membaca kembali
sebagian sejarah hidupnya, saya menjadi makin mengaguminya. Beliau sosok perempuan
pembelajar yang juga “penembus batas”. Kungkungan budaya yang mengharuskannya
menjalani masa pingitan pada waktu itu tidak mengungkung wawasannya. Bayangkan,
dengan pendidikan yang tidak tinggi, ia bisa membaca buku apa saja, termasuk
yang tergolong berat, bahkan yang berbahasa Belanda. Tulisan-tulisannya pernah
dimuat di media-media cetak di Belanda!
Di zaman ini, ketika seharusnya banyak perempuan bisa melakukan pembelajaran seperti yang dilakukannya, nyatanya tidak demikian. Tak banyak perempuan yang seperti dirinya padahal perkembangan teknologi informasi sekarang amat memfasilitasi perempuan untuk berkembang sepesat apa yang telah dilakukan Kartini.
Itulah
sedikit tentang pendapat saya di film dokumenter itu. Lebih lengkapnya, silakan hadiri seminar internasional bertajuk Kartini di Zaman Baru: Refleksi tentang Perempuan Indonesia Masa Kini yang insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 23 April ini,
Haha sok penting ya saya. Bukan ... bukan saya yang penting, tiga orang nara sumber seminarnya yang penting. Mereka adalah ibu Prof. DR. Dwia Aries Tina - rektor UNHAS, DR. Michiko Hosobuchi dari Jepang, dan DR. Joost Cote dari Belanda. berikut
informasinya:
Dalam rangka memperingati Hari Kartini ke-137 yang jatuh pada 21 April mendatang, Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin akan menggelar Seminar Internasional bagi penulis, pengamat, pengajar, dan mahasiswa, bertema "Kartini di Zaman Baru: Refleksi tentang Perempuan Indonesia Masa Kini". Acara ini akan diselenggarakan pada:Hari/Tanggal : Sabtu/23 April 2016Pukul : 09.00 WITA sampai selesaiTempat : Gedung IPTEKS Universitas HasanuddinSeminar Fee:*Pemakalah Rp. 400.000,- (termasuk prosiding)*Peserta
> Umum Rp. 80.000,- (sertifikat, lunch box, seminar kit,dan lain-lain)> Mahasiswa Rp. 50.000,- (sertifikat, lunch box, seminar kit, dan lain-lain)Contact Person:Mumu, 0821 9736 4886Email: kartini.sejarahunhas@gmail.comPEMESANAN TIKET SECEPAT MUNGKIN, HUBUNGI LANGSUNG KONTAK DIATAS J
Makassar, 18 April 2016
NB:
Informasi lain tentang seminar ini, silakan lihat di fan page Facebook yang bernama “Kartini Celebration”.
Share :
Wah..selamat ya Mba..sdh terpilih menjadi narasumber pembuatan film dokumenter ttg Kartini.. Semoga ini menjadi pengalaman yg bermanfaat..
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih Mbak Rita. Buat saya bermanfaat, bisa terus belajar :)
DeleteTambah mantap deh mba Niar ini. Semoga dirimu selalu sehat yaa biar bisa terus menginspirasi
ReplyDeleteAamiin .. biar bisa terus belajar, Mbak Ipeeeh. Terima kasih :)
DeleteBaru aja selesai baca review ibu mugniar di blognya mba rita.. Sekarang sudah baca langsung tulisannya...
ReplyDeleteSemoga suatu saat bisa bertemu dan belajar sesuatu dari ibu mugniar...
Eh.. Tapi sayang lokasi kita berjauhan ya .. Saya di jakarta.. Ibu di makasar..
Hmm.. Padahal pengen juga ikutan acaranya.. Berdiskusi dengan kartini saat ini
Semoga saya juga bisa belajar dari Bang Kornelius suatu saat nanti ^^
DeleteMba Niar makin hari kiprahnya makin keren.
ReplyDeleteSemoga istikomah untuk senantiasa bermanfaat bagi orang banyak.
Aamiin, makasih Mbak Ety. Mbak Ety juga keren banget ^_^
DeleteJaman sekarang udah banyak banget perempuan maju n modern..alhamdulillah
ReplyDeleteIya mbak Ade
Deletebntar lagi hari Kartini yaa... krn masih dlm cuti maternity, kadang2 aku jd ga inget skr ini hari apa mbak :D Ga nyangka bntr lg 21 april.. biasanya di kantor juga bakal ada lomba2 foto memperingati kartini nih ..
ReplyDeleteHihi begitulah ibu2 kalo di rumah dalam waktu lama, Mbak
DeleteWaaaah kerennya, selamat ya Maaaak. Jadi penasaran sama film dokumenternya nih.. :D
ReplyDeleteSaya juga penasaran, Mbaak. Sempat lihat tapi tidak utuh di seminar kemarin hehehe.
DeleteTambah menginspirasi ibu-ibu lainnya, khususnya di Makassar bahwa untuk menjadi Kartini di era modern itu semakin mudah. Tentu saja kalau jeli melihat peluang itu. Contohnya seperti yang Kak Mugniar rasakan sekarang.
ReplyDeletewah mantap mbak Niar, memang banyak wanita dulu yang berjuang sama dengan kartini , tapi kartinilah yang ditetapkan dan diperingati sebagai tonggak emansipasi wanita. Sama saja banyak pejuang yang bantu kemerdekaan tapi gak semua menjadi pahlawan nasional
ReplyDeleteDitunggu Mbak liputannya ^^
ReplyDeletehebat sekali mbak Mugniar jadi salah satu nara sumber buat film dokumenter itu, selamat ya mbak.
ReplyDeleteIya mbak dibandingkan zaman ibu Kartini dulu dengan era internet ini memang seharusnya lebih banyak perempuan melakukan pembelajaran sayangnya memang nggak ya mbak..
wah keren mak...bisa ketemu narsum dari jepang dan belanda pulak.
ReplyDeleteEnak bangetnya blogger makasar bisa tampil menonjol dan dianggap penting oleh orang-orang penting.Ditempatku blogger masih dianggap hal konyol.
ReplyDeleteJadi diingatkan mba utk memanfaatkan teknologi yg ada dg baik
ReplyDeletemakasih mbak infonya n selamat atas mendapat peluang memperdalam pengalaman dan berkesempatan menuangkan pikiran lebih lagi :)
ReplyDeleteKalau sedang banyak acara-acara seperti ini rasanya pengen segera cuss ke Makassar :D
ReplyDeleteeh iya, ada acara roadblog di Makassar itu kak. Kak Niar ikut?
Wah selamat bu Mugniar :D turut bangga ada blogger Makassar yang pendapatnya bisa eksis sampai seminar internasional.
ReplyDeleteKayaknya pengen ikutan nih acara. Tapi kayaknya khusus cewek yah.
ReplyDeletepengen ngikut seminarnya besok, tapi jauh banget dan sepertinya waktu tidak mengizinkan.......hiks.....
ReplyDeleteWaaah luar biasa bun, memang selalu menginspirasi. Semoga terus berkarya ya bun :D
ReplyDeleteTerima kasih teman-teman semuaa atas apresiasinya. Mohon maaf, saya tidak bisa membalas satu per satu karena keterbatasan sya. Saat ini laptop saya sedang rusak. Saya pun kesulitan blog walking. Sementara gadget yang ada tidak selalu mendukung *hiks*.
ReplyDeleteTerima kasih sekali atas semua komentarnya. Senang membacanya. Sekali lagi, mohon maaf ...