Senang sekali saya mendapatkan undangan Seminar Internasional bertajuk Kartini Zaman Baru: Reflections on the Condition of Contemporary Indonesian Women yang diselenggarakan oleh Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin di kampus UNHAS Tamalanrea pada tanggal 23 April 2016. Membaca penjelasan singkat di flyer-nya saja, saya berpikiran bahwa seminar ini akan menarik. Dan saya tidak salah.
Ibu Margriet Lapia Moka, ketua paniia seminar |
Prof. Burhanuddin - Dekan Fak. Ilmu Budaya UNHAS |
Usai sambutan dari ketua panitia - Ibu Margriet Lapia Moka dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya – Prof. Burhanuddin, Prof. Dwia Aries Tina Pulubuhu, rektor UNHAS berkesempatan memberi sambutannya. Tadinya beliau didaulat sebagai salah
satu nara sumber namun beliau mengatakan merasa tidak pantas. Jadi beliau
memposisikan dirinya sebagai pemberi kata sambutan yang sekaligus membuka
seminar ini.
Tentang
apa yang beliau sampaikan, khusus saya tuliskan di bagian pertama tulisan ini
karena paparannya menarik. Jujur, saya terpesona oleh kharismanya. Beliau
lembut dalam bertutur tapi dari apa yang disampaikannya, terlihat kecerdasan
dan ketegasannya.
Menurutnya,
perempuan Indonesia sudah sejak dulu punya suara di parlemen. Sekarang
diperkuat dengan kuota 30%. Pertanyaannya kemudian adalah:
- Apakah ini hanya hegemoni (bahwa perempuan kini telah “bersuara”)?
- Apakah kira-kira bisa memunculkan senyum pada Kartini jika dia masih hidup karena harapannya terpenuhi?
Prof.
Dwia kemudian menyampaikan pesannya kepada anggota parlemen perempuan (seperti
yang pernah disampaikannya pada sebuah acara) agar para anggota parlemen
perempuan mampu “memainkan panggungnya”. Di antaranya dengan cara: tahu baca
anggaran dan fokus pada bidang yang diminati (dan bekerja di situ).
Beberapa
pertanyaan lain kemudian muncul. Di antaranya mengenai:
- Angka partisipasi pendidikan perempuan Indonesia yang terlihat membaik tetapi ada gap pada pendidikan formal dari tingkat bawah hingga ke atas.
- IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia berada pada urutan 110 (dari 187 negara) di dunia. Masih rendah, kan?
- Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tinggi. Andai Kartini masih hidup, ia pasti bersedih.
Prof. Dwia Aries Tina - Rektor UNHAS |
Bu Dwia sering menyebutkan data berupa
angka di sela-sela pemaparannya. Saya salut, padahal beliau tidak menggunakan
teks, lho. Sayangnya, saya tidak dapat mencatat dengan detail mengenai
angka-angka yang disebutkannya.
Bu
Dwia juga menceritakan bagaimana besarnya tantangan yang dihadapinya ketika
maju dalam pencalonan sebagai rektor Universitas Hasanuddin. Ada orang-orang
yang menyepelekannya karena dia perempuan. Ada yang mengatakan kira-kira seperti
ini, “Nama kampusnya saja Univeritas Hasanuddin – nama laki-laki, tidak cocok
kalau dipimpin oleh perempuan!”
Di bagian ini saya pengen ngakak, apa
hubungannya coba, ya, pernyataan itu?
“Saya jadi pemimpin bukan karena saya perempuan maka saya harus memimpin tapi karena memang saya mau jadi pemimpin tetapi saya bersyukur saya seorang perempuan,” ucap Bu Dwia.
Selanjutnya
Bu Dwia mengutip kata-kata Eleanor Roosevelt – istri dari mantan presiden
Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt yang berkuasa pada tahun 1933 – 1945:
“Woman is like a tea bag. You don’t know her power untill you put her in the hot water.”
Wiih ungkapan yang keren sekali, ya.
Kekuatan perempuan bisa mewarnai sekelilingnya. Tidak terbatas pada kantong teh
namun bisa keluar dari kantong teh dan memberi warna!
Terakhir,
Bu Dwia menutup opening speech-nya
dengan mengatakan bahwa semangat Kartini harusnya bisa memotivasi kita untuk Indonesia yang lebih baik.
Makassar, 6 Mei 2016
Bersambung
Share :
keren quotenya ;).. bikin kita jadi termotivasi sebagai perempuan :).. Orang Laki2 yang ga pengen wanita itu jadi pemimpin, biasanya sok dominan dan ego nya tinggi ;p.. Ngerasa ga sudi dipimpin oleh wanita :D.. buatku sih, kalo memang wanitanya mampu dan terbukti credible, ya kenapa ga.. ;).
ReplyDeleteeh kamu di makasar ya mbak.. 13-15 nanti kantorku ngadain wisata ke makasar.. tapi blm jelas acara tur bakal kemana aja, secara aku msh maternity ;p.. Tapi tetep ikut donk :D Ga sabar pgn kulineran di sana pastinya ^o^
bener sekali mbak ungkapan Bu Dwia itu bener2 bener keren sekali, membuat takjub para pendengarnya juga bakaln bengong tuh mbak ..
ReplyDelete“Woman is like a tea bag. You don’t know her power untill you put her in the hot water.”
ReplyDeletebener ini mbak :D
Saya pernah baca buku yang ditulis oleh kanda Nur Fitri dengan sampul buku dengan judul yang sama "Perempuan dan Kantung Teh." Kalau tidak salah ungkapan itu dari seorang wanita yang bernama Eleanor Roosevelt.
ReplyDeleteJatah 30% perempuan di parlemen semoga membawa perbaikan terhadap Indonesia ya, Niar. Sebab katanya perempuan bekerja dengan tekun dan yang lebih penting lagi perempuan tidak suka disuap :)
ReplyDeleteIPM ini berdasarkan apa ya? hmm, jadi pengen cari tahu
ReplyDeletembak Niar selalu update nambah ilmunya, mbak Niar orang yang suka banyak belajar rupanya
ReplyDeleteOwalah kantung tehnya itu maksudnya quote Dari elenor ta. Aku sampe baca 2*. Pas baca yg kedua Kali baru nemu kata2 Kantong tehnya
ReplyDeletekeren banget seminarnya mbak penuh dengan perempuan inspiratif ;)
ReplyDeleteArtikelnya inspiratif banget,,, maju terus waniata Indonesia,
ReplyDelete