Di sebuah sekolah
dasar, pada suatu siang. Seorang bapak terkena tendangan bola dari anak-anak
yang sedang bermain. Anak-anak itu tertawa keras, alih-alih meminta maaf.
Kepada anak berbadan besar yang tertawanya paling keras, si Bapak menegurnya
dengan keras dan menasihatinya. Apa yang lucu dengan tertimpa bola?
Sumber: www.shutterstock.com |
Hal yang saya
pernah saya alami, saat sedang melintasi jalan dekat anak dan remaja yang
bermain bola. Hampir saja bolanya mengenai kepala saya melalui tendangan
seseorang. Mereka tertawa keras. Saya mendelik pada mereka, “Apa yang lucu?”
Di waktu lain,
saya melihat seorang anak lelaki hampir remaja menarik dengan kasar jilbab anak
sepantarannya. Anak perempuan itu terjatuh sembari menahan tangis. Si anak
lelaki tertawa terbahak-bahak. Sungguh, saya tak tahu apa yang lucu dari
kejadian itu. Karena kasihan, saya menegur keras anak lelaki itu. Saya
pertanyakan, apa bagusnya dia melakukan hal itu pada seorang anak perempuan. Banyak
kejadian serupa di sekeliling kita. Bila pelakunya anak-anak atau remaja,
orang-orang dewasa di sekitarnya memakluminya.
Sumber gambar: webneel.com |
Orang terjatuh
sering pula dianggap bahan tertawaan. Padahal apa asyiknya ditertawai jika terjatuh.
Pun apa lucunya menertawai orang jatuh. Tapi keanehan ini sudah lumrah terjadi.
Di televisi, ada acara yang menampilkan rekaman orang jatuh dengan berbagai
gaya yang kemudian ditingkahi suara tertawa.
Rasulullah SAW
sendiri juga bercanda dan tertawa tetapi tak pernah berlebihan. Beliau
bersabda, “Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan
hati.” (HR At-Tirmidzi no. 2305. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan.”).
Mengingat
banyaknya orang yang tertawa tidak pada tempatnya, sepertinya kita perlu
mendefinisikan kembali perlunya tertawa dan bagaimana lelucon yang memang lucu
supaya kita dan anak-anak kita tak menjadi orang yang mati hati. Mari
mendefinisikan kembali tawa di bulan mulia ini supaya puasa kita semua lebih
berkah.
Makassar, 7 Juni 2016
Share :
Anak-anak mencontoh dari apa yang mereka lihat ya Mbak. Dan memang tidak menutup kemungkinan bahwa persentase tontonan aka media memiliki peranan juga dalam memengaruhi moral/attitude serta prilaku anak. Sisi lain dari gelombang informasi dan Budaya Massa
ReplyDeleteIya. Dan kalau dibiarkan, mereka akan mengira itu pantas
DeleteHmh, setuju. Di mts tempat saya ngajar pernah ada kejadian seorang siswa laki-laki menarik kerudung siswa perempuan hingga terlepas dan terlihat rambutnya. Tersangka dan teman-temannya pada ketawa. Si Korban merasa malu. Mengetahui itu saya langsung memarahi siswa laki-laki tersebut. Apa yang dilakukan itu sudah melecehkan kehormatan temannya. Jangan diulangi lagi. Awas ya! Kurang lebih seperti itu.
ReplyDeleteOy saya plin plan. Saya panggil jenengan bu Mugniar aja ya. Ibu kan senior dalam banyak hal buat saya. He.
Waaah, panggil "Kak" saja, Mbak Wenny biar tetap berjiwa muda
Delete*maunyaaa*
:D
sekarang orang yg menjaga diri utk gak banyak tertawa malah sering disebut gak asyik mbak
ReplyDeleteIyakah? Tertawa kan seharusnya pada tempat dan saat yang tepat, Mbak. Kalau di luar itu waduh .... :D
DeleteIya ya apanya yang lucu dari hal-hal tersebut kok diketawain...
ReplyDeleteIya Pak ... kalo tidak lucu, orang2 koq bisa pada ketawa ya
DeleteTertawa boleh boleh saja ya mbak, asalkan jangan sampai kelewatan. Sampai terpingkal pingkal jungkir balik gitu, ini mah udah gak tertawa sehat lagi namanya..
ReplyDeleteah bener bgt mbak.. dulu yaa mungkin aku jg prnh jadi orang yg seperti itu, tertawa kenceng2, ada temen jatuh, bukan nolongin tp malah ngetawain.. dan kalo diinget sih malu mbak :(.. kalo skr, krn efek umur jg kali ya, udh mulailah mngontrol cara ketawa kita.. malah malu kalo sampe ketawa kenceng bgt gitu ;p.. dan skr malah jd ga abis mikir pas nonto salah satu acara di TV, slah seorang host perempuannya, kalo ketawa , ya ampuuun, kyk kuntilanan beneran -__-.. ga ada anggun2nya perempuan ketawa kyk gitu sbnrnya..
ReplyDeleteAh, setuju sekali dengan postingan ini Kak. Sering saya gagal paham dengan banyaknya acara televisi yang menjadikan olok-olokan dan mem-bully seseorang sebagai bahan tertawaan. Na'udzubillah :(
ReplyDelete