Kids Corner di Makassar International Writers Festival (MIWF) tahun ini semarak sekali. Kak
Heru, dari Rumah Dongeng telah membuat jadwal Kids Corner selama MIWF
berlangsung (tanggal 18 – 21 Mei 2016). Mamak-mamak kayak saya ini rencananya
dilibatkan juga sebagai pencerita.
Saya
tak menyimak Kids Corner pada hari pertama dan kedua, baru pada hari ketiga dan
keempat, saya menyaksikan secara lengkap penyelenggaraan acara untuk anak-anak yang
berlangsung di sudut tenggara Fort Rotterdam ini. Berikut ini catatan saya.
Para Pencerita Anak
Pada
Kids Corner hari pertama, saya tidak menyaksikannya karena sedang
berkonsentrasi mengikuti materi Workshop Writing & Photography-nya
Agustinus Wibowo – seorang travel writer ternama.
Tapi kedua anak saya tidak melewatkan Kids Corner hari pertama. Athifah bahkan
dengan antusias mengejar iming-iming hadiah yang diberikan oleh Wendy Miller – pencerita dan penulis dari Australia, saat Wendy memberikan
pertanyaan kepada anak-anak yang hadir.
Kak Heru |
Kak Manggazali |
Wendy
sudah menjadi pengisi acara di Kids Corner sejak MIWF pertama, tahun 2011. Di
rumah, Athifah memperlihatkan boneka koala mungil yang diberikan Wendy
kepadanya. Saat saya bertanya mengapa ia bisa mendapatkan boneka itu, Athifah
mengatakan karena ia bisa menirukan suara burung kookaburra, burung khas
Australia yang suaranya terdengar seperti suara tertawa.
Selain
Wendy, yang pastinya tampil menghibur anak-anak adalah Kak Heru dan Kak Manggazali yang heboh. Ada juga pencerita tamu – Clara Ng, membacakan dua cerita
untk anak-anak. Saya menyaksikan Wendy dan Clara Ng bercerita
di hari ke-4. Wendy tampil dengan interaktif, membawakan cerita tentang seorang
anak Indonesia bernama Apin yang berpetualang di alam Australia karangannya
sendiri sembari memberikan hadiah kepada anak-anak melalui kuis. Sementara
Clara membacakan dua buah buku yang ditulisnya sendiri. Satu merupakan cerita
sedih, satunya lagi cerita horor. Tentunya cerita sedih dan cerita horor yang
dikemas dalam bahasa anak-anak sehingga bisa diterima anak-anak. Ada yang
bertanya, mengapa cerita sedih dan horor, bukannya cerita gembira? Knapa tidak?
Toh, anak-anak patut diajarkan menghadapi situasi yang menyedihkan dan
menyeramkan juga, kan?
Wendy Miller. Menjelang maghrib, fotonya kurang terang |
Clara Ng. Ini menjelang maghrib berlangsungnya jadi fotonya kurang terang |
Bagaimana
dengan mamak-mamak macam saya yang sedianya tampil juga membacakan cerita? Syukurlah,
tidak jadi karena acara berlangsung terlambat sehingga waktu jadi begitu
singkat. Tiba-tiba saja sudah adzan maghrib. Ahaha, saya malah bersyukur, ya?
Jujur, saya harus belajar banyak pada Athifah agar berani tampil di hadapan
anak-anak untuk bercerita. Saya masih lebih berani menghadapi para mahasiswa
dan bercerita tentang blogging tapi
bercerita di hadapan anak-anak? Oh, no, saya
gugup!
Athifah dan Pentas Dongeng Berbahasa Inggris
Athifah mempersiapkan diri untuk tampil solo,
membawakan cerita berjudul Laba-Laba Pemalas lalu tampil lagi bersama anak-anak
Rumah Dongeng di Kids Corner pada hari ketiga MIWF.
Untuk itu, beberapa kali ia dilatih oleh Kak Wiwik dan Kak Heru dari Rumah Dongeng.
Ini uji keberanian kesekian bagi Athifah, dengan tampil membawakan cerita di
hadapan orang banyak. Keberanian yang tak saya punyai saat seusianya (bahkan saat
ini pun, hiks).
Anak-anak
Rumah Dongeng tampil percaya diri membawakan pentas dongeng Nenek Pakande dalam bahasa Inggris. Bukanlah hal yang mudah melatih
mereka. Saya saksinya, melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana besarnya
jerih-payah Kak Heru, Kak Wiwik, dan Safira melatih anak-anak yang lidahnya
kesulitan melafalkan kata-kata berbahasa Inggris ini sembari menyemangati
mereka. Ada, lho satu orang anak yang menyerah. Ia keluar karena merasa tak
sanggup mengucapkan kata-kata berbahasa Inggris. Untungnya hanya satu anak.
Anak-anak lain masih bertahan karena mereka tahu akan tampil di “panggung
internasional” di Fort Rotterdam.
Athifah sedang bercerita di depan penonton Kids Corner |
Safira dan anak-anak Rumah Dongeng membawakan dongeng Nenek Pakande |
Anak-anak
Rumah Dongeng ini agak kecewa karena tak jadi tampil di panggung besar MIWF. Sebelumnya,
mereka diberitahu bahwa mereka akan tampil di panggung besar dan disaksikan
oleh banyak sekali orang, termasuk orang asing. Makanya mereka berlatih pentas dalam
bahasa Inggris.
Sayang
sekali, saya pun – yang nota bene hanya menjadi penonton selama mereka
latihan cukup keras selama beberapa kali
juga merasa kecewa. Saya pikir anak-anak itu bisa tampil di panggung besar pada
pukul 7 – 7.30 malam, sebelum acara utama di panggung dimulai. Pada waktu itu
sudah banyak orang duduk-duduk di sekitar panggung. Tak ada salahnya mereka
disuguhi tontonan dongeng Nenek Pakande. Kalau tak boleh mengganggu properti di
atas panggung, mereka bisa dikondisikan untuk pentas di lapangan rumput.
Tapi
sudahlah, panitia tentu punya pertimbangan lain mengenai hal ini. Lagi pula,
sesekali anak-anak perlu juga belajar dari kekecewaan semacam ini. Hal seperti
ini bisa menjadikan mereka lebih tangguh dan tidak mudah down kelak. Toh, mereka sudah tampil menghibur anak-anak di Kids
Corner.
Komunitas Sahabat Kita dari Pinrang
Saya sudah
merasa excited ketika membaca pada
jadwal yang disusun Kak Heru tentang komunitas Sahabat Kita dari Pinrang. Ada komunitas pemerhati anak yang
bersedia datang dari jauh untuk menghibur anak-anak di Kids Corner MIWF,
sungguh patut diapresiasi!
Komunitas Sahabat Kita, dari Pinrang yang enerjik |
"CIS KACANG BUNCIIIIIIIS.CANG KACANG PANJAAAAAAANG." Anak-anak foto bersama Wendy, Clara, dan Sahabat Kita |
Menyaksikan
mereka tampil, saya makin excited lagi.
Dengan dipandu Niar (namanya sama dengan saya) yang sangat enerjik dan atraktif
(nah, dua hal ini berbeda dengan saya – saya tak memilikinya), Kids Corner
menjadi semakin semarak. Yang mulanya hanya sedikit anak yang bergabung, menjadi
bertambah banyak karena kehebohan ala Sahabat Kita di Kids Corner. Anak-anak
muda dari Pinrang ini mengajak anak-anak untuk membaca, bernyanyi bersama, dan
bercerita dengan penuh semangat. Saat foto bersama, aba-aba yang mereka berikan
tidak pernah akan saya lupakan seumur hidup: “CIS KACANG BUNCIIIIIIS. CANG
KACANG PANJAAAAANG.” Maka semua orang yang difoto terlihat cerah ceria karena mulut
mereka mengucapkan “CIIIIIS” dan “JAAAAAAANG”.
Acara Edukatif Lainnya
Imma Wicaksono |
Kak Anggie (paling kiri) |
Saya
sempat menyaksikan program kreatif dari Kak Anggie dan Bu Imma Wicaksono. Kak Anggie mengajari anak-anak
berkreasi membuat “es krim” dari stik es krim dan karton. Sementara Bu Imma
mengedukasi anak-anak mengenai camilan sehat khas Bugis/Makassar. Bu Imma juga
membagi-bagikan burongko – kue khas Bugis/Makassar kepada 10 anak. Ada pula
pojok baca yang berisi buku-buku
terbitan Mizan yang bebas
dibaca anak-anak. Pendeknya, tidak rugi, deh membawa anak-anak ke MIWF di sore
hari. Ada banyak kesenangan untuk anak di sana.
Anak-anak
Anda melewatkan MIWF 2016? Jangan khawatir, insya Allah masih akan ada KidsCorner di MIWF 2017!
Makassar, 8 Juni 2016
Ini tulisan terakhir saya tentang MIWF
2016. Terima kasih kepada Rumata’ Artspace dan segenap panitia serta relawan yang
sekali lagi telah berhasil menyelenggarakan MIWF, terkhusus kepada Kak Lily
Yulianti Farid dan
Bang Riri Riza.
Dalam pandangan mata saya, magnit MIWF
semakin besar menarik warga Makassar dan sekitarnya untuk hadir menikmati semua
“sajian” yang ada di dalamnya. Semoga di tahun depan, MIWF bisa kembali
diselenggarakan dengan acara-acara yang tak kalah serunya. Mohon maaf kalau ada
salah-salah kata. Insya Allah kalau masih diberi nikmat hidup oleh Yang Maha
Kuasa tahun depan, saya masih berminat hadir di MIWF sembari terus menambah tulisan
saya di bahwa kategori MIWF.
Baca juga:
Share :
Di daerahku di tasikmalaya juga ada ko mbak acara yg kaya ginian? :D
ReplyDeleteBaguslah kalo ada :)
Deleteini bgs nih acaranya utk anak2... kalo aku tau diadain di jakarta, aku ikutin Fylly deh.. dia juga trmasuk yg seneng berbaur ama kegiatan2 gini, apalagi kalo ada session bercerita... :). emaknya tiap malam dipaksa utk cerita dulu soalnya baru mau tidur :D
ReplyDeleteKayaknya kalo di Jakarta banyak, Mbak :)
DeleteWah senangnya ya mba ada acara acara seperti ini. Bermanfaat sekali
ReplyDeleteIya Mbak Yuni. Bermanfaat.
DeleteAcara anak-anak memang seru sekali ya mba
ReplyDeleteSeru, Mbak
DeleteWah, senangnya melewati masa-masa kecil dengan kegiatan seperti itu. di masa saya belum ada sih :(
ReplyDeletekak Mugniar, nanti ada festival anak ramadan di tanggal 25 Juni berlokasi di Fort Rotterdam. Ada lomba dongeng juga loh dan lomba2 seru lainnya. MAri kak daftarkan anaknya. Salam Sobat LemINA :)
Iya Anna, terima kasih infonya. Tanggal 25 ya? Siip ...
DeleteWah rame banget nih. Acara macam ini emang bagus untuk anak-anak
ReplyDeleteYup, menyenangkan dan edukatif :)
DeleteAsyiknya di' kak..
ReplyDeleteSemoga suatu saat bisa ajak Rani ke kids corner MIWF seperti ini :)
Asiknya bisa mendongeng...Anak-anak memang harus dilibatkan dan diajak melakukan kegiatan positif dari pada hanya main gadget atau nonton sinetron tidak bermutu :(
ReplyDeleteSelamat berkarya kawan & sukses selalu dimanapun kita berada :)