Tulisan kedua tentang event Rindu Kampuz yang saya hadiri. Tak ada angka
berupa fakta dan data karena ini hanya berupa tulisan ringan.
Inginnya
menghadiri Napak Tilaz, ke kampus Tamalanrea yang sekarang bisa disebut “kampus
lama” karena kegiatan belajar-mengajar sudah pindah ke kampus Gowa namun apa
daya, sesampainya di Tamalanrea, para peserta sudah bergerak menuju sekitar
Gedung Pertemuan Alumni (GPA), di dekat danau UNHAS. Saya masih ingat, GPA ini
dulu sering ditempati sebagai lokasi pelaksanaan seminar.
Gambar berasal dari flyer acara |
Napak
Tilaz ini masih rangkaian dari event Rindu
Kampuz – ajang reuni nasional Ikatan Alumni Teknik (Ikatek) UNHAS. Saya
datang bersama pak suami, dan Nino (Bu Hasniati), ikut di mobilnya Ida (Bu Idah
Ohan). Sebelumnya, pagi-pagi sekali ada acara di Pantai Losari. Mumpung hari
Ahad (10 Juli), pak suami membawa anak-anak ke sana. Di sana mereka bertemu
dengan banyak om dan tante yang baik hati. Saya tidak ikut karena harus
menyelesaikan “segala urusan rumah di pagi hari” dulu. Setelah itu gantian,
anak-anak pulang lantas mamak dan bapaknya yang pergi. Kali ini anak-anak tidak
bisa mengharap diajak lagi karena pada pagi harinya sudah diajak ke pantai.
Pas
di jalan masuk ke lokasi acara ada tenda-tenda yang menggelar berbagai makanan
di bawahnya. Ada makanan khas Bugis/Makassar seperti palumara. Tak berapa jauh
ada tenda-tenda yang menaungi kursi-kursi tempat duduk para peserta Napak
Tilaz.
Ustadz Das’ad tampil memberikan tausiyah-nya di atas panggung. Ustadz asal Sulawesi Selatan yang sudah go national ini membuat saya
mengurungkan niat mencatat poin-poin tausiyah-nya
di HP. Pasalnya, ia mengatakan bahwa sering kali di tempat ramai seperti ini,
ada setan di antara hadirin. Apa itu? Gadget.
Orang-orang sibuk sendiri dengan gadget-nya
sementara acara berlangsung. Sedikit-sedikit memelototi SMS. Begitu katanya. Beuh, kontan HP saya simpan dan
mengeluarkan pulpen dan note book mungil
dari dalam tas. Kalau saya pakai HP, bisa-bisa si pak ustadz memelototi saya karena dikira sedang SMS-an dengan seseorang.
Para peserta memasuki lokasi di pelataran GPA UNHAS |
Tausiyah dari ustadz Das’ad dibawakan dengan amat menarik, menyentuh, dan
menyentil. Ia memberikan pemahaman mengenai makna halal bi halal (HBH) – istilah
yang hanya terdapat di Indonesia. HBH bermakna merekatkan ukhuwah, di mana kita bisa saling meminta maaf dengan teman-teman lama.
Juga bisa saling silaturahim (menyambung
persaudaraan yang pernah putus). Tentang istilah silaturahim, kata ini dipergunakan ketika tali persaudaraan pernah
terputus. Kalau tidak, kata tersebut tidak tepat dipergunakan. Nah, apa yang
bisa memutus silaturahim? Jawabannya
adalah kesombongan dan keserakahan.
Pak ustadz juga mengajak untuk mensyukuri
segala anugerah gratis, berupa anggota tubuh yang Allah berikan. Tak ada
gunanya HP terbaru, atau kamera dan mobil mahal kalau anggota tubuh yang paling
berperan menggunakannya invalid.
Mari makaaan ... |
Beliau
juga menghimbau untuk menyambung silaturahim dengan meminta maaf.
Minta maaf dengan menyebutkan apa kesalahan yang pernah dilakukan dulu. Namun
kalau pengakuan dosa bisa menimbulkan kemudharatan
atau membahayakan jiwa pengakunya, lebih
bijak untuk tak menyebutkannya.
Pak ustadz lalu menyebutkan sebuah hadits. Saya hanya mencatat poin-poinnya
dan mencarinya kembali saat hendak menuliskan ini. Sepertinya di bawah ini hadits yang dimaksudkannya:
“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: ‘Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.’ Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.’ (HR Muslim)
Na’udzubillah. Saya tertunduk mendengar dan
merenungi hadits ini.
Barangkali saja ada orang-orang yang
tak ikhlas dengan kesalahan yang pernah saya lakukan dulu dan saya tak
mengetahuinya? Kelak ia akan mengambil amalan baik saya atau ia akan memikulkan
dosanya kepada saya!
“Ngerinya,
di’?” Ida menoleh kepada saya. Saya
mengangguk.
Kami
memikirkan hal yang sama.
Ustadz Das'ad |
Adem, di bawah pohon, di bawah tenda pula |
Selain
ustadz Das’ad, banyak hal lain lagi
yang ditampilkan di atas panggung. Di antaranya, Kak Aca Wawo menyampaikan
mengenai program IKA UNHAS Jabodetabek dalam bidang maritim, energi, dan
pangan. Dan pengenalan nama-nama pengurus IKATEK UNHAS yang hadir untuk Napak
Tilaz.
Tak
ketinggalan penampilan band oleh Surya dan kawan-kawan yang membawakan
lagu-lagu nostalgia anak Teknik, seperti Mars Teknik dan Himne Teknik, serta
lagu-lagu tempo doeloe. Terlihat kelompok-kelompok orang berfoto bersama.
Beberapa dari mereka berfoto angkatan. Beberapa dari peserta berkeliling membawa
anak-anak mereka. Di antara mereka ada yang merupakan pasutri alumni FT.
Pendeknya,
ajang seru ini berhasil membuat kami-kami yang hadir bisa merenung, ber-halal
bi halal, dan sekaligus bernostalgia.
Menyimak berlangsungnya acara |
Futu-futu duluuuu, Bu Ida :) |
Makassar, 26 Juli 2016
Bersambung
Baca
juga:
- Rindu Kampuz: Cerita dari Gelanggang Futsal
- Rindu Kampuz, Seru-Seruan Masa Kini Alumni FT UNHAS
- Pentingnya Orang Tua dan Pendidikan Tinggi Berkolaborasi dalam Membentuk Karakter Positif Anak
- 5 Kenangan Tentang Seminar
- Ketika Si Bungsu Ikut Seminar Nasional Kota Cerdas
- Pengembangan Teknologi untuk Mewujudkan Makassar Sombere' dan Smart City
- Makassar Sombere' & Smart City: Solusi dan Asa
- Kenangan yang Teresonansi dan Seminar Nasional di Kampus Merah
- Pak Wali Kota, Futsal, dan Anak Teknik
Share :
wah.. banyak banget ya yg datang...
ReplyDeleteIyaa, Mbak Anik. Banyak :)
DeleteReuni selain ketemu alumni kampus juga ketemu alumni hati hihi, aku blm pernah reuni kampus takut jd reuni hati hihi
ReplyDeleteAhahaha. Duh, Mbak Nunk, istilahnya, alumni hati. Ya kalo ketemu kan biasa saja, kali, Mbak. Kenapa takut ... :D
DeleteReuniaaan. Yuk, mari!
ReplyDeleteYuk, marii ^_^
Delete