Very late post ini merupakan review dari kegiatan yang saya ikuti pada tanggal 30 Juli 2016 lalu. Saat itu, saya mengajak teman-teman IIDN Makassar untuk hadir di acara gathering lintas komunitas kreatif di Kafe Keiko yang diselenggarakan oleh DiLo Makassar.
Tampil
sebagai nara sumber pertama adalah Ir. Arianto Burhan Makka – ketua Badan
Pengusaha Pemuda Pancasila. Ia tak bisa lama-lama hadir di DiLo. Hm, mungkin
saja karena acara ini mulainya mundur dari jadwalnya jadinya ia tak bisa
lama-lama lagi. Pak Arianto hanya menyampaikan sedikit hal yang menekankan pada
“intensitas pertemuan”.
Pak
Arianto menceritakan bagaimana dulu ia “menimba ilmu bisnis” dari orang-orang
yang lebih dulu berbisnis. Bagi siapa saja yang hendak konsultasi atau
tanya-tanya mengenai bisnis, ia persilakan untuk menemuinya.
Adalah
potensi besar, Sulawesi Selatan merupakan provinsi urutan ke-5 dalam bidang
ekonomi kreatif. Semangat anak-anak muda di sini luar biasa. Komunitas memegang
peranan penting untuk menjadi “penggerak”. Yang penting punya semangat wira usaha yang kuat dan bagus dalam berkomunikasi.
Jika semangat bisnis naik-turun maka bergabunglah dengan komunitas yang punya
semangat bisnis.
Pada
tahun 1945, Hiroshima dan Nagasaki dibom. Roda perekonomian dan politik di
Jepang mati. Yang kemudian muncul menyelamatkan Jepang adalah komunitas-komunitas kecil yang muncul dari kesadaran anak-anak
muda Jepang, bukan pemerintah. Mereka bersaing dengan mengirimkan
orang-orangnya untuk belajar ke luar negeri. Singkat cerita, Jepang bertumbuh
karena kemampuan bersaing anak-anak mudanya yang positif tetapi tidak ada
perkelahian.
Para narsum: atas: Duo Zul (Pak Zoel dan Pak Zul), kiri bawah: Pak Arianto. Kanan bawah: Kasman Suherman |
Pak
Zulkarnain Basir tampil sebagai nara sumber kedua. Lelaki yang akrab disapa Pak
Zoel ini berprofesi sebagai dosen. Pantasan saja penjelasannya menarik untuk
disimak. Yang saya tuliskan berikut ini adalah apa yang bisa saya catat dari
apa yang disampaikannya:
Dahulu,
perekonomian Hongkong digerakkan oleh pelacuran dan perjudian namun sekarang
tidak lagi. Sejak tahun 2015, ekonomi kreatif di Hongkong menguasai 40%
perekonomian Hongkong. Ada 4 pilar ekonomi kreatif di Hongkong, yaitu:
pemerintah, akademisi, komunita, dan user.
Ngomong-ngomong
tentang kata “kreatif”, ada satu kota di negara kita pada tahun lalu dinobatkan
sebagai “kota kreatif dunia”. Kota apa itu? Yup, Bandung! Tepatnya bulan
Desember kemarin UNESCO mengumumkan kota Bandung tercatat sebagai salah satu
dalam jaringan kota kreatif UNESCO Creative
Cities Network (well, kalau yang
ini, hasil cari-cari saya di internet[1]).
Nah,
mengapa Bandung bisa berkembang dengan kreativitasnya? Jawaban yang diberikan
oleh Pak Zoel adalah karena “ada
kolaborasi”
antar-komunitas. Makassar belum seperti Bandung. Mengapa? Karena ego sektoralnya masih kuat. Masih ada semacam dinding yang membatasi
antar komunitas-komunitas di Makassar sehingga belum pada terbuka pikirannya
untuk bekerja sama.
Contohnya
adalah dalam perkembangan IT, startup Makassar
juga berkembang. Ada karya yang dihasilkan tapi user dan investor masih perlu dicari. Antar komunitas yang seharusnya
bisa bekerja sama, tidak bertemu. Mereka hidup sendiri-sendiri. Sementara itu,
pemerintah butuh tetapi tidak melihat kepada mereka. Karena alasan inilah
dibentuk MCN – Makassar Creative
Network[2]. Pak Zoel menekankan, pentingnya
untuk bekerja sama karena kita tidak sendiri.
Satu lagi
nara sumber bernama Zul sharing di
depan hadirin. Nama lengkapnya Zulkifli AT – CEO dari Sahaba' Kreatif. Ia mengatakan
banyak developer egonya tinggi tetapi
tidak mengerti bisnis. Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) memperhatikan hal ini,
dengan mengajarkan startup asuhannya membangun
bisnis. Oya, Pak Zul yang ini pernah menjadi mentor di Bekraf.
Mirip-mirip
dengan dikatakan Pak Zoel sebelumnya (perhatikan ya teman, ada "Zoel" dan ada "Zul" :)), Pak Zul juga mengatakan bahwa ia belum
melihat semangat “untuk bersama-sama” di Makassar. Padahal di Sulawesi Selatan
ada “SDM” (sumber daya masalah). Masalah, bagi orang kreatif adalah peluang
bisnis. Dari masalah, bisa dicarikan beberapa alternatif solusi. Dari beberapa
alternatif itu, pilih yang paling pas dan paling kreatif.
Menurutnya,
perbedaan antara (orang) Makassar dan (orang) Bandung adalah, bagi orang
Bandung “satu ide menghasilkan 10 eksekusi” sementara bagi orang Makassar “10
ide belum tentu tereksekusi”. “Beda orang sukses dan orang yang punya ide
adalah action,” tandas Pak Zul.
Selain ketiga nara sumber tersebut, Kasman Suherman dari startup Tiketbusku.com juga sharing mengenai pengalamannya mengembangkan startup tersebut. Startup ini kini telah menghasilkan 18.000 user reservasi. Baru hari ini saya membaca kabar bahwasanya Tiketbusku.com masuk ke dalam 15 startup terbaik dalam sebuah ajang bergengsi. Nah, tentang ini akan saya tulis secara terpisah di blog ini. Startup keren begini tidak boleh ditulis secara sekilas saja. Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan kata-kata Kasman, “Kuncinya adalah yakin dengan apa yang kita punya.”
Makassar, 25 Agustus 2016
Catatan kaki:
[1]
Tercatat kota yang masuk dalam Creative City Network untuk kategori kota selain
Bandung adalah Singapore, Budapest, Kaunas di Lithuania), Detroit (AS), Puebla
di Mexico (sumber: http://www.antaranews.com/berita/534718/unesco-umumkan-bandung-masuk-dalam-jaringan-kota-kreatif)
[2]
Makassar Creative Network (MCN): Makassar Creative Network adalah Asosiasi
Digital Kreatif yang merupakan wadah pelaku & pemangku aktivitas industri
kreatif berbasis digital, perusahaan teknologi, dan perusahaan rintisan
(startup) di Kota Makassar. MCN hadir mewakili pelaku industri yang bertujuan
untuk membangun dan mengembangkan ekosistem industri kreatif digital di Kota
Makassar. Dengan mengedapankan sinergitas komunitas kreatif, akademisi,
praktisi dan pemerintah. Kemudian menjadi wadah penguatan konektivitas,
kolaborasi dan berbisnis (sumber: grup FB MCN, lihat website MCN: www.mcn.or.id).
Share :
smoga peluang bisnis di makassar semakin terbuka lebar ya mbk, 10 ide bs tereksekusi semua, amiiinnnn
ReplyDeleteAamiin. Semoga Mbak hehehe
Deletewah seru ya, kalau kita bisa ikutan acara seperti ini, banyak teman dan banyak ilmu
ReplyDeleteIya Mbak .... menarik sekali :D
DeleteHoreee Bandung di sebut2 niy..
ReplyDeleteIyap bener banget Mak, adanya kolaborasi antar komunitas itu penting banget, makin lebih mengembangkan ide dan kreativitas.
Seru ya Gatheringnya...
Iyaah keren Mak ... termasuk kota terkreatif di dunia ... wiih pasti bangga ya jadi orang Bandung ^__^
DeleteSekarang startup apalagi yg dikelola anak muda sdng bergeliat ya mbak, moga makin bnyk karya yg diasilkan :D
ReplyDeleteIya Mbak, anak2 muda sekarang kreatif. Aamiin moga makin produktif dan kreatif.
DeleteMemang orang Bandung banyak yg kreatif, gua kenal banyak banget seniman2 Bandung yg wow banget pemikirannya. Bangga ya, jadi orang Bandung, apalagi walikotanya juga ga kalah kreatif hehehe.
ReplyDeleteSesama anggota WB, salam kenal ya. Kalau ada waktu, jangan lupa main-main ke blog saya =)
salah satu hal yg menarik di kupas adalah soal Ego Sektoral
ReplyDeleteWee kapan kapan ikutan dong kak biar nambah ilmuku hehe :D
ReplyDeleteWih keren, pengen ikutan tapi malu hihi masih pemula
ReplyDeleteGapapa walaupun pemula, biar ada pengalaman dulu :3
Delete