Menjadi
ibu rumah tangga tanpa stres, bisakah? Di zaman ini, entahlah. Sepertinya
sulit, ya. Perempuan berpendidikan tinggi yang menjalani rutinitas dan memang
memilih hanya menjadi ibu rumah tangga – tanpa aktivitas lain dikarenakan harus
mengurus anak yang masih kecil misalnya, banyak yang merasakan stres.
Rutinitas
yang itu-itu saja, dari matahari terbit hingga terbenam. Berulang terus di
hari-hari berikutnya, selama bertahun-tahun, wajar saja bila membuat seorang
ibu rumah tangga merasa stres. Stresnya bukan karena tidak menerima keadaan,
melainkan karena kaget dan belum terbiasa dengan rutinitasnya. Juga karena
belum menemukan solusi atas masalahnya.
Ibu
rumah tangga zaman dulu, banyak yang betah dengan rutinitas yang itu-itu saja.
Hingga menjadi nenek, lalu “harus” merawat cucu-cucu mereka, dijalani dengan
penuh suka cita. Kalau Anda tak pernah menjumpai perempuan seperti ini, mungkin
Anda tak percaya, ya? Tapi saya pernah menemukannya. Bagi saya, perempuan yang
bisa menjalani kehidupan yang seperti itu amatlah luar biasa.
Entah
bagaimana mereka mengelola rasa stresnya, ataukah mereka tak pernah merasakan
stres, saya juga tak paham. Zaman mereka muda dulu, keadaan belum seperti
sekarang. Belum ada mesin cuci. Pakaian bayi harus merajut sendiri, belum ada
yang dijual bebas seperti sekarang. Televisi belum ada. Wiih, saya tak bisa
membayangkan kalau saya – dengan pola pikir yang sekarang, hidup di zaman itu.
Alhamdulillah, saya hidupnya di zaman ini.
Sehubungan
dengan hal itu, saya jadi pengen sharing sedikit, kepada para ibu rumah
tangga yang merasakan stres terhadap dinamika “keiburumahtanggaan”. Mengapa?
Karena saya pernah mengalaminya!
Lalu,
bagaimana cara saya mengelola stres? Ini dia beberapa di antaranya:
- Terima perasaan tidak enak yang dirasakan. Setiap orang pasti memiliki momen seperti itu. Jangan ditolak, jangan terlalu merasa bersalah. Menerima keadaan dengan lapang dan ikhlas, bisa membantu penyelesaian masalah. Penolakan justru tidak menolong kita menemukan pemecahan masalah. Merasa tidak enak ataupun stres wajar, koq. Manusiawi. Kita “hanya” perlu melaluinya sembari mencari pemecahannya.
- Definisikan dan pahami apa yang dirasakan. Dengan demikian, terjawab pertanyaan “mengapa perasaan saya tidak enak” dan “apa namanya perasaan ini”. Baiknya komunikasikan dengan suami. Sebagai pasangan hidup, hendaknya suami tahu keadaan istrinya supaya bisa membantu meringankan atau memberi solusi.
- Jika sudah, cari cara yang paling nyaman dan paling esensial untuk mengatasinya. Mendekatkan diri kepada Tuhan, tentunya menjadi cara pertama yang harus dilakukan. Ingin menangis ketika mengingat-Nya? Tak apa. Menangislah. Bebaskan diri dengan menangis. Asalkan menangis itu bukan menangis lebay yang terlalu mengasihani diri sendiri. Tak perlu merasa diri sebagai orang paling menderita sedunia sehingga tak ada yang mengalahkan. Tak perlu merasa semua orang bahagia, hanya diri kita yang merana. Semua orang punya masalah. Bahkan banyak yang lebih dahsyat daripada diri kita. Percayalah pada saya! Menangislah sebagai tanda kita butuh Sang Maha Pencipta untuk bersandar. Menangislah sebagai cara untuk melepaskan beban. Nah, cara berikutnya adalah:
- Ciptakan waktu untuk diri sendiri. Orang menyebutnya “me time”. Cari apa yang disukai. Kalau saya memilih menulis. Yang suka craft bisa memilih menghasilkan karya. Yang suka fotografi, tentunya memilih pergi memotret. Lalu bagaimana urusan anak? Titip sama suami dululah. Sesekali ini saja, koq. Suka nonton? Silakan pilih tontonan favoritmu. Kalau suka membaca, Anda bisa memilih membaca. Selain bisa menjadi cara untuk menghibur diri, membaca juga bisa jadi sarana untuk meng-upgrade diri.
Well, ada satu cara lagi sih, namanya cara hidup sehat terkini breaktime.
Yaitu dengan melihat-lihat Website
Lifestyle Portal yang mengulas tentang gaya hidup sehat, termasuk bagaimana
hubungan yang sehat secara psikologis antar manusia.
Melalui
cara hidup sehat terkini breaktime,
berbagai problema kehidupan yang bikin stres bisa dicari pemecahannya. Punya
masalah dengan pasangan? Dengan teman kantor? Ada solusinya di sini. Mau
konsultasi dokter? Bisa juga.
Perkembangan
teknologi di zaman ini menawarkan banyak kemudahan dan membantu pemecahan
berbagai masalah. Tinggal pintar-pintarnya kita saja mewaspadai masalah,
mengenalinya, dan mengelola diri. Bahkan cara mengelola stres yang berasal dari
bermacam-macam sumber masalah pun bisa kita dapatkan dengan hanya
menggerak-gerakkan jemari. Eh, saya menuliskan hal ini hanya sekadar berbagi.
Saya pun masih terus belajar untuk menjadi lebih baik. Mari belajar bersama.
Setuju?
Makassar, 9 September 2016
Share :
ibu rmh tangga maupun ibu bekerja, jika hari2nya monoton maka akan memicu stress. dan dgn mengelola stress, hidup akan terasa lebih hidup :)
ReplyDeleteIya, Mbak. Semua orang bisa saja menjadi stres :)
DeleteSetuju! ^_^
ReplyDeleteNamun, terkadang ibu-ibu justru tidak tahu kalau diri mereka sedang stress. Mereka menganggap bahwa perasaan emosional itu adalah wajar untuk perempuan.
Saya sebulan sekali jalan, Kak. Walaupun enggak jauh, tapi minimal ada hal baru yang saya temui ^_^.
Nah, itu dia, Mbak. Kita memang harus meneliti diri sendiri ya, apa yang sebenarnya terjadi. Kadang2 kambing hitamnya adalah PMS. Atau malah membenarkan diri sendiri karena PMS
DeleteWah kadang aku juga ngebayangin gimna kalo nanti sudah jadi ibu, biasanya ngantor setiap hari ada kegiatan tiba tiba di rumah aja gitu... Tapi seenggaknya enak kalau kita sudah tau hoby kita apa, ya sepeti menulis misalnya jadi nanti bisa mengisi waktu luang..
ReplyDeleteBlogger yang saya suka ketika hanya menjadi ibu rumah tangga adalah alodita :D
Pasti akan ada proses penyesuaian, Laili :D
DeleteWaah saya belum kenal Mbak Alodita. Apa ya alamat blognya
Stress, hal yang bs menimpa siapapun, baik ibu rumah tangga maupun wanita single sperti sya hehe. Btuh perjuangn diri banget buat mengatasi stress. Bs merasakan. Soalnya saya skrg jg lagi stress hehe
ReplyDeleteYup, benar sekali. Sebuah perjuangan yang bisa dilalui dengan kesabaran. Saya juga mesti banyak belajar, nih Mbak
DeletePengelolaan stress yang benar memang sangat diperlukan, kalau tidak awalnya ingin mengelola stress malah bsa bikin makin stress hehee
ReplyDeleteHaha benar Mbak
Deletegreat tips, mbak. Menjadi ibu memang harus bahagia, agar anak-anaknya juga bahagia :)
ReplyDeleteSeharusnya demikian ya Mbak Nafi. Dan ternyata kitalah yang harus mengusahakan bagaimana bisa bahagia di sela2 kesibukan, termasuk stres :)
DeleteInti nya butuh me time yaaaa
ReplyDeleteHarus pintar2 mengeloka stres dengan baik ya mba. Ya siapapun dan dalam kondisi apapun, stres memang mudah mampir ya mba
ReplyDeleteTerima kasih tipsnya Mba, hidup itu memang terkadang ada titik jenuhnya,
ReplyDeleteTipsnya boleh ditiru ni,,
ReplyDelete