Saya merasa beruntung, menjadi saksi bermacam-macam mode pakaian perempuan Indonesia. Tahun 1980-an, saya masih menyaksikan tante-tante mengenakan kebaya dan kain sarung. Bersamaan dengan itu, ada perempuan, termasuk ibu saya yang mengenakan terusan dengan batas kain lima jari di bawah lutut. Mode pakaian terusan di atas lutut semarak pada dekade sebelumnya.
Di
kala itu, mutiara menjadi perhiasan andalan. Saya menyaksikan beberapa kerabat
memiliki satu set perhiasan emas bertahtakan mutiara, mulai dari giwang,
cincin, hingga kalung. Berbeda dengan sekarang, di mana perhiasan sudah
beraneka ragam, saat itu mutiara masih
menjadi favorit.
Sumber gambar: www.pixabay.com |
Lama
setelah itu baru saya tahu kalau proses pembuatan mutiara tidaklah mudah. Indonesia
menghasilkan mutiara berjenis South Sea pearl yang sering disebut
sebagai queen of pearl. Proses
pembiakannya melalui tahapan yang panjang, bisa sampai 4 tahun. Dan itu membuat
mutiara dari Indonesia amat bernilai.
Saya
menemukan sebuah penjelasan mengenai mengapa konsumen Indonesia lebih memilih
mutiara imitasi. Mungkin ini juga bisa menjawab pertanyaan mengapa sekarang
mutiara tidak menjadi primadona lagi sebagai perhiasan. Joseph[1],
seorang pebisnis mutiara mengatakan kepada CNN Indonesia bahwa perbedaan harga
yang jauh yang menyebabkan konsumen Indonesia lebih sering membeli dan
mengimpor mutiara imitasi dan palsu dibandingkan membeli South Sea Pearl.
Joseph
menjelaskan, per satu kerang Chinese fresh
water pearl, induk kerang bisa menghasilkan 40 butir mutiara dalam waktu
yang singkat dan dihargai kira-kira 1 – 15 USD per gram mutiara untuk setiap
ekspor. Berbeda jauh dari kerang Indonesia (species kerang pinctada maxima) yang hanya
menghasilkan 1 butir Indonesia South Sea Pearl dalam satu
indukan kerang sehingga harganya bisa mencapai 25 – 100 per gram mutiara untuk
setiap ekspor. Kerang mutiara air tawar asal Cina dapat menghasilkan puluhan mutiara
setiap panen dalam jangka waktu panen yang lebih singkat, itu makanya mutiara
laut Indonesia jauh lebih mahal harganya.
Mutiara
di laut Selatan dan yang bisa hidup di perairan laut Indonesia adalah dari species
pinctada maxima. Kerang yang
menghasilkan mutiara ini bisa dibudidayakan pada banyak wilayah perairan di
Indonesia. Di pulau Sulawesi saja, bisa dibudidayakan di beberapa daerah di
pesisir Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
Hanya di wilayah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan saja tidak ada daerah
tempat budi dayanya. Saya pikir mungkin hal ini juga yang membuat saya merasa
jauh sekali dari kata “mutiara”.
Sepertinya
perairan laut di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat tidak cocok untuk budi
daya kerang penghasil mutiara karena pertumbuhan
kerang sangat bergantung pada banyak faktor yang harus dipenuhi oleh
lingkungannya, di antaranya: jenis perairan (yang tenang, dasar perairan
berpasir), tingkat kecerahan, temperatur (25-30 0C atau 27–31 0C),
salinitas (antara 32-35 ppt), derajat keasaman (7,8 - 8,6), tingkat oksigen
terlarut (5,2-6,6 ppm), dan kandungan mineral (misalnya pada kadar fosfat, nitrat, dan
nitrit tertentu).
Awal
mulanya Dr. Sukeo Fujita mengadakan penelitian yang dibiayai oleh Mitshubishi di
pulau Buton (Sulawesi Tenggara) dengan mengambil tiram mutiara dari Laut Arafura
(Kepulauan Aru) menghasilkan Mutiara Laut Selatan hasil budi daya yang pertama pada
tahun 1928. Kini ada sekira 70 perusahaan budi daya mutiara tersebar di seluruh
Indonesia. Mereka beroperasi di banyak perairan di Indonesia, di antaranya di
lautan selatan (Samudera Indonesia), laut Arafura, laut Timor, dan laut
Sulawesi.
Salah
satu contoh daerah di pesisir Sumatera Barat yang menjadi tempat budi daya
mutiara adalah di Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Pulau Sironjong,
Kabupaten Pesisir Selatan karena kandungan kalsium dan fosfor di perairan
tersebut bagus. Masyarakat di sana diberi benih kerang dan media untuk
budidaya. Lalu ketika benih berumur 10 bulan atau berkembang menjadi cangkang
berukuran 8 sampai 10 cm, maka akan dibeli oleh sebuah perusahaan dengan harga
2.000 – 2.500 rupiah.
Pada
tahun 2005, Indonesia berhasil menjadi produsen terbesar dunia tetapi nilai jualnya
hanya nomor 2. Sayang, yah. Kenapa bisa demikian? Konon kendala yang dihadapi para
eksportir mutiara saat ini karena tidak adanya sertifikasi mutiara dari
pemerintah. Akibatnya, tanpa sertifikasi, sering terjadi klaim sepihak kerang
asal Indonesia oleh negara lain ketika sudah sampai di tingkat pengepul
internasional (trader). Mutiara hasil
budi daya di Indonesia misalnya, pernah ditemukan dijual sebagai mutiara asal
Australia. Sedih, ya.
Bandingkan Indonesia South Sea Pearl (kiri atas) dengan 3 jenis yang lain. Mutiara Indonesia, jelas yang terbaik. |
Saat
ini, pemerintah, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah mulai
menunjukkan perhatiannya. Pada pembukaan The
5th Indonesia Pearl Festival, menteri Susi mengusahakan
perbaikan pada regulasi, dengan mengurangi pajak ekspor mutiara. Menteri Susi menghimbau
orang Indonesia untuk membeli mutiara Indonesia dan beliau juga berharap produksi
mutiara Indonesia bisa menduduki nomor 2 di dunia, bukannya nomor 9 seperti
yang terjadi selama ini.
Senang
sekali saya mengetahui hal ini. Jika boleh, sebagai warga negara yang mencoba
berpartisipasi, izinkan saya mengusulkan kepada instansi yang terkait dengan
kelangsungan mutiara 3 hal berikut untuk meningkatkan cinta kita kepada mutiara
Indonesia:
1. Menghidupkan Wisata Bahari Bertema Indonesia
South Sea Pearl
M.
Baiquni dalam bukunya berjudul Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran, Otonomi di
Negara Kepulauan (diterbitkan oleh ideAs dan PKPEK, tahun 2004) mengulas khusus
wisata bahari sebagai kekuatan Indonesia yang nota bene negara maritim.
Menurutnya, wisata bahari dapat dijadikan lokomotif untuk mendorong
pengembangan pulau-pulau terpencil yang memiliki daya tarik alam luar biasa.
Hal ini sesuai dengan visi wisata bahari yang pernah digagas melalui Rancana
Induk Pengembangan Wisata Bahari yang disusun oleh Kator Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata bekerja sama dengan Pusat Studi Pariwisata UGM pada tahun 2002,
yaitu: “Terwujudnya wisata bahari yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas
hidup manusia dan kelestarian lingkungan.”
Dalam
hal, ini dinas-dinas terkait bisa mengupayakan Pariwisata Edukasi Bertema
Mutiara, misalnya dengan perjalanan mengunjungi pusat-pusat budi daya mutiara,
melihat kehidupan para nelayan atau penangkap mutiara dari dekat, menyaksikan
dari dekat bagaimana kerang bisa menghasilkan mutiara sembari menikmat sea food
dan panorama laut yang indah dan pemberian edukasi mengenai Indonesia South Sea
Pearl yang menakjubkan.
Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/mengintip-budidaya-mutiara-laut-lombok |
Dari
website National Geographic, saya mendapat informasi mengenai salah satu pelaku
industri mutiara yang membuka ruang pajang (showroom)
dan tur edukasi tentang mutiara yang bisa dijadikan contoh, yaitu yang terletak
di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok
Utara, Nusa Tenggara Barat.
Saya
setuju dengan pendapat Baiquni di bukunya bahwa wisata bahari dapat digunakan
untuk diversifikasi pendapatan penduduk lokal sehingga mengurangi
ketergantungan kepada mata pencaharian berbasis sumber daya alam. Ya, pada
industri wisata mutiara, akan berkembang bisnis penginapan, kerajinan tangan,
kuliner, tour guide, dan sebagainya. Tentunya dengan ketentuan menjaga kearifan
lokal dan kebersihan daerah setempat.
2. Buku Cerita Anak Bertema Indonesia South Sea Pearl
Ingatan
anak-anak tentang buku cerita yang pernah dibacanya biasanya sangat kuat.
Pesan-pesan yang dibacanya juga terpatri dengan erat di memori. Pemerintah
melalui dinas-dinas terkait bisa bekerja sama membuat sayembara menulis buku
anak bertema Indonesia South Sea Pearl untuk menumbuhkan pengetahuan,
kepedulian, dan kecintaan anak Indonesia terhadap mutiara Indonesia.
Bisa
dilihat contoh yang dihasilkan pada Lomba Menulis Dongeng yang diadakan oleh
Nusantara Bertutur dan KSAN (Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional) 2015 sebagai
bagian dari upaya pencapaian Universal
Access 2019 di sini. Link tersebut mengarah
kepada kumpulan pemenang cerita anak yang bagus dan berilustrasi menarik bertema
sanitasi yang mengajarkan anak tentang pentingnya sanitasi. Beberapa cerita
dihubungkan dengan kearifan lokal. Ide ini bisa dikembangkan dengan membuat
lomba khusus bertema mutiara, di lokasi-lokasi budi daya mutiara di seluruh
Indonesia. Hubungkan cerita anak dengan kearifan lokal yang ada di daerah
bersangkutan.
3. Memberi Penghargaan pada Buku Anak Bertema Mutiara yang Sudah Ada
Saya
mengajak Anda untuk mencoba menelisiki, bagaimana mengedukasi anak sebagai agen
pembaruan. Kalau generasi yang lahir 20 – 40 tahun lalu kurang peduli atau
kurang cinta kepada mutiara asal Indonesia, bagaimana kalau kita mencari cara
supaya anak-anak kita memiliki kepedulian dan kecintaan yang lebih besar
dibandingkan mereka. Sekali lagi, anak-anak kita bisa menjadi AGEN PEMBARUAN.
Caranya adalah, salah satunya dengan mengedukasi mereka melalui buku cerita
anak.
Sampul buku Misteri Pantai Mutiara,\ terbit tahun 2015 |
Saya
sudah pernah meresensi satu buku anak, yang di dalamnya menceritakan tentang
kekayaan alam di Nusa Tenggara Barat, termasuk mutiara. Seperti yang kita
ketahui bersama, NTB adalah penghasil terbesar mutiara di negara ini. Ada 18
perusahaan budi daya mutiara yang beroperasi di wilayah perairan lautnya. Judul
buku yang saya maksud adalah Misteri Pantai Mutiara, terbit tahun 2015. Buku
ini ditulis oleh kawan saya Mbak Erlita Pratiwi. Memilih genre misteri, Mbak
Erlita menuliskan dengan cara menarik mengenai kasus pencurian mutiara yang
berhasil dibongkar oleh anak-anak pemberani (resensinya bisa dibaca di
sini).
Mbak Erlita memaparkan serba-serbi mutiara. Seperti penjelasan tentang perbedaan mutiara air laut dan mutiara air tawar (halaman 49), alasan mengapa perairan Lombok cocok untuk budi daya mutiara (halaman 103), dan legenda mutiara (halaman 109). Membaca buku ini serasa seperti diajak berwisata Bahari oleh penulisnya. Saya kira tidak berlebihan kalau saya mengusulkan pemberian penghargaan kepada Mbak Erlita karena upaya besarnya menuliskan tentang “pantai mutiara”. Atau bisa juga dengan membeli semua bukunya yang masih ada di penerbit/toko buku dan memberikan kepada anak-anak yang tinggal di pesisir pantai. Jika kontrak penerbit dengan Mbak Erlita sudah selesai nanti, bukunya bisa diterbitkan kembali.
Mbak Erlita memaparkan serba-serbi mutiara. Seperti penjelasan tentang perbedaan mutiara air laut dan mutiara air tawar (halaman 49), alasan mengapa perairan Lombok cocok untuk budi daya mutiara (halaman 103), dan legenda mutiara (halaman 109). Membaca buku ini serasa seperti diajak berwisata Bahari oleh penulisnya. Saya kira tidak berlebihan kalau saya mengusulkan pemberian penghargaan kepada Mbak Erlita karena upaya besarnya menuliskan tentang “pantai mutiara”. Atau bisa juga dengan membeli semua bukunya yang masih ada di penerbit/toko buku dan memberikan kepada anak-anak yang tinggal di pesisir pantai. Jika kontrak penerbit dengan Mbak Erlita sudah selesai nanti, bukunya bisa diterbitkan kembali.
***
Ketiga
hal di atas hanyalah sedikit usulan dari saya. Dengan harapan bisa meningkatkan
kepedulian dan kecintaan kita kepada Indonesia South Sea Pearl. Yup, dibutuhkan
kepedulian masyarakat Indonesia untuk menghargai kekayaan negeri. Siapa lagi
yang bisa menghargainya setinggi penghargaan yang merasa memiliki? Yuk, Bu,
jika mampu belilah mutiara Indonesia. Jadikan mutiara Indonesia sebagai tuan
rumah di negeri sendiri.
Makassar, 23 Oktober 2016
Tulisan ini diikutkan lomba
blog The Magnificent Indonesian South Sea Pearl.
Referensi:
- Membangun Pusat-Pusat di Pinggiran, Otonomi di Negara Kepulauan (ditulis oleh M. Baiquni, diterbitkan oleh ideAs dan PKPEK, tahun 2004)
- BahanMateriBlogger Writing Competition (Usaha BudidayaMutiaraIndonesia) IPF –6, 2016 (file PDF)
- http://www.pesona.co.id/article/pembiakan-mutiara-indonesia
- http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150510120239-92-52292/miris-masa-depan-mutiara-terbaik-dari-indonesia/
- http://www.classyfm.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1258:kerang-mutiara-sumbar-berkualitas-internasional&catid=1:classy-news
- http://reformasi-birokrasi.kkp.go.id/berita/cetak.php?id=85
- http://kkp.go.id/2016/10/12/menteri-susi-anjurkan-beli-mutiara-asli-indonesia/
- Analisis Hidro-Oseanografi untuk Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Baubau (file PDF)
- http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/mengintip-budidaya-mutiara-laut-lombok
[1] Bisa
dibaca di http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150510120239-92-52292/miris-masa-depan-mutiara-terbaik-dari-indonesia/
Share :
Nah...baru tadi siang ketemu tetangga yang datang dari Lombok.. Tadi kami cerita2 juga tentang mutiara.. Ternyata mutiara ini ada kelasnya juga.. dan yang terbaik itu mahal banget harganya..
ReplyDeleteAyo ikutan lombanya, Mbak Rita. Bisa ditanya2in tetangganya. Lumayan tuh buat bahan tulisan. Masih keburu, jam 23.59 terakhir.
DeleteSukses lombanya yaa mbak, mutiara memang mempesona terutama bg wanita, btw jd pnsaran sana buku cernak mbak erlita
ReplyDeleteBuku ceritanya keren, Mbak. Terima kasih ya sudah mampir.
DeleteSeperti biasa, tulisannya informatif sekali. Memang mesti ada edukasi ya untuk melestarikan ini, contohnya saya yang baru tahu kalau tidak ada sertifikasi mutiara dari pemerintah.
ReplyDeleteAh. Saya mau kenalan sama mbak Erlitanya deh nanti.
Mbak Erlita ada di FB, Mbak Lidha. Salah satu kawan FB saya. Ada beberapa karya buku anaknya setelah Misteri Pantai Mutiara.
DeleteMemiliki kecintaan yang tinggi pada negara memang salah satu hal yang harus diterapkan ya mbak sejak dini malahan karena itu bagus juga untuk masa depan anak.
ReplyDeleteIya Kang. Supaya anak2 menjaga identitas dan kekayaan bangsa.
Deletemutiara dari NTB cantik2 banget mbak, dulu waktu kuliah ada temen yang jualan bros dan perhiasan dari mutiara NTB..indah banget ya
ReplyDeleteSaya belum pernah nemu orang jualan bros mutiara. Pasti indah ya :)
DeleteAku jujurnya jg ga banyak perhiasan mutiara. Masih lbh seneng emas.. tp ada bbrp perhiasan mutiara yg diksh mama ke aku, dan lumayan suka sih.. buatku mutiara itu perhiasan yg elegan ,classy.. :) ..
ReplyDeleteIya ya Mbak Fanny. Kesannya elegan dan classy :)
DeleteUsulannya keren, Mbak... dan baru tahu juga info-info tentang mutiara. Terima kasih...
ReplyDeleteTerima kasih juga sudah membaca :)
DeleteSekarang jarang lihat orang pakai mutiara, ngomongin mutiara aku jadi ingat Jinny oh Jinny
ReplyDeleteAhaha iya yah. Jinny itu kan ceritanya tinggal di kerang. Dan kalau tidak salah perusahaan bosnya Bagas (atau Bagus) itu perusahaan budi daya mutiara, ya ... :)
DeleteTawwa...komplitnya..mau k' juga ikut deh. Semoga sempat :)
ReplyDeleteSukses ya Mama Sedja :)
DeleteNilai-nilai lokal memang penting banget diangkat jadi cerita untuk anak ya mbak.
ReplyDeleteMaaf saya lama gak kemari, padahal banyak info menarik dan bermanfaat di blog mba Niar :)
Benar Mbak Hidayah. Terima kasih ya sudah mampir. Sudah lama juga saya tidak main ke blognya Mbak :)
DeleteSetuju bgt sama usulannya...
ReplyDeleteYg dongeng ksan, saya jg udah download...
Saya juga sudah download yang dongeng KSAN, Mbak LIa. Bagus-bagus yah?
DeleteWah, artikel nya lengkap dan ide-idenya boleh juga, Mbak :)
ReplyDeleteTerima kasih Mbak DIna :)
DeleteSama dikampungku lebih suka mutiara imitasi, kadang untuk membedakan mutiara asli sama palsu susah sekali untuk orang awam. Makanya dikampung lebih suka bergaya dengan emas.
ReplyDeleteOh Indonesiaku ,selalu terlambat.
Mudah2an tidak benar2 terlambat. Mudah2an segera ada gerakan "penyelamatan mutiara Indonesia" ya Mas Djangkaru.
Deleteartikelnya bagus deh..
ReplyDeleteTerima kasih yah
Deletesaya baru tahu lho mbak kalau mutiara tuh ada yang keemasan. kirain disepuh gitu. ternyata asli! subhanalloh.
ReplyDeletelangsung jatuh cinta sama golden south sea pearl. kalau bisa punya dua nanti mau saya kasih ke menantu saya, mungkin 17-20 tahun mendatang insya Alloh.
Iya Mbak. Ternyata warna-warnanya pun beragam, lho :)
DeleteMutiara itu aksesoris yang sangat elegan. Suka lihat ibu2 disini pake mutiara..
ReplyDeleteIya ya kelihatannya elegan, Mbak.
DeleteArtikelnya inspiratif banget, mari kita cinatai negeri ini supay lebih maju lagi,,
ReplyDeleteYuk mariii
Deletengak nyangka banget, kekayaan negara indonesia begitu banyak dengan kualitas yang bisa bersaing di pasar internasional. keren...keren
ReplyDeleteWow amazing banget artikelnya. Suka dehh.
ReplyDeletetapi terkadang wanita masih suka koleksi emas :D kalo mutiara jarang hihihi