Saya
baru tahu ada yang namanya Konferensi
Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) saat acara tahunan nasional ini sudah
dilaksanakan sebanyak 8 kali dan pelaksanaan pada tanggal 8 – 9 November lalu
itu sudah merupakan pelaksanaan ke 9! Aish aish, masih kudet (kurang update) saya, yah. Itu pun saya tahu acara ini karena saya dapat kerjaan freelance selama 2 hari itu. Kalau
tidak, mungkin saya tidak ngeh.
Pembukaan KPDI 9 dengan Gendang Pakanjara. Foto: Mas Indra |
Seminar di hari 1 (pagi). Foto: Mas Indra |
Para peserta KPDI 9. Foto: Mas Indra |
KPDI9 dilaksanakan di Hotel Singgasana, jalan Kajaolalido Makassar. Tema besarnya
adalah: Transformasi Perpustakaan
Digital Di Era Digital Natives. Acara ini dihadiri oleh ratusan orang dari
seluruh penjuru Indonesia yang terdiri atas:
- Pengelola berbagai jenis perpustakaan.
- Pustakawan dan tenaga perpustakaan di perpustakaan umum, khusus, dan perguruan tinggi.
- Akademisi, peneliti, pengajar dan mahasiswa ilmu perpustakaan dan informasi.
- Penerbit.
- Perusahaan penyedia informasi (information providers).
- Seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) bisnis multimedia.
Beberapa
sesi dilaksanakan tertutup, khusus untuk mereka yang mendaftar tetapi pameran
yang berlangsung di sebuah ruangan boleh diakses umum. Beberapa siswa sekolah
terlihat di sekitar booth-booth peserta
pada siang hari tanggal 8. Para pengisi booth
adalah Cambridge University Press, Bibliotheca, IEEE, Surya Cipta Agung,
Springer Nature, T. B. Sagung Seto, Perpustakaan UIN Alauddin, Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah, iPusnas, Badan Arsip Perpustakaan dan Pengolahan
Data Kota Makassar, dan Harian Fajar.
KPDI berlangsung
dalam bentuk sesi-sesi workshop dan presentasi/diskusi. Beberapa berlangsung
paralel. Saat menyaksikan jalannya KPDI barulah saya tersadar bahwa sekaranglah
eranya penggabungan ilmu perpustakaan konvensional dengan ilmu IT. Saya
terperangah ketika salah satu nara sumber berlatar belakang S1 ilmu
perpustakaan, sedangkan S2-nya ilmu IT. Dan ternyata perkembangan IT di bidang
perpustakaan sudah sedemikian pesatnya, ditandai dengan terdapatnya beberapa
perusahaan penyedia jasa perpustakaan digital menyemarakkan boot-booth di KPDI 9.
Daftar
susunan acara selama dua hari berlangsungnya KPD bisa dilihat pada gambar di
bawah ini. Sementara kumpulan live tweet-nya
bisa dilihat pada Chirpstory berikut: http://chirpstory.com/li/337679
.
Jadwal acara selama KPDI 9 |
Sebagai
catatan pribadi, saya mencatat beberapa hal penting sepanjang berlangsungnya
acara ini:
Bahwa
literasi adalah menautkan membaca dan menulis. Tujuan kita memberikan layanan
(perpustakaan, adalah) agar masyarakat menjadi literate (melek). Literate
adalah tingkat pemahaman. Literasi bertingkat-tingkat. Bukan hanya sekadar
tahu. Yang tahu literate tingkat
tinggi adalah orang-orang yang mampu menganalisis. Juga mampu menganalisis (ini
menghasilkan ini, ini tidak baik untuk ini).
Kalau
hanya sampai dalam paham to do, hanya
sekadar mengoperasikan apa yang orang ciptakan maka kurang pengalaman, kurang
mampu mengevaluasi, kurang mengenali sistem. Makanya lebih sering mendapatkan
hal-hal negatif daripada positif. Kategori inventor: pencipta teknologi
(inovator, creator). Adalah orang-orang yang sudah tahu untuk apa sesuatu
diciptakan. Tahu internet akan menghasilkan sesuatu yang negatif dan positif.
Presentasi topik 2 di ruangan 2 pada hari kedua (pagi hari) |
Selain
jenis inventor, ada juga (manusia) kategori adaptor.
Kategori early adaptor, punya curiosity, ingin tahu bagaimana misalnya
teknologi itu bagaimana efeknya. Ada pula kategori late adaptor, hanya pada tingkat tahu saja tidak pada tahap evalution, tidak tahu bagaimana dampak
positif dan negatif jika teknologi dilaksanakan.
Hasil
kreasi manusia adalah budaya. Budaya yang kita create adalah budaya yang kita bangun sendiri. Kalau yang dibangun
negatif maka negatiflah pengembangan teknologi. Begitu pun sebaliknya.
Bahwa
apa yang kita ciptakan sesungguhnya tujuannya adalah sesuatu yang sifatnya
positif, untuk membangun literasi budaya, literasi media, dan lain-lain
sebagainya tetapi apakah kita sudah mengenal yang namanya literasi transformasi
digital? Barangkali sudah mengenal tetapi hanya pada tataran konsep atau
istilah saja.
Transformasi:
mengubah bentuk. Transformasi adalah perubahan. Bagaimana caranya
mentransformasi digital menjadi hal yang berguna? Mungkin ini belum sampai.
Artinya pengetahuan kita masih pada sampai tataran to know atau to recognize
saja. Apa gunanya digit dalam transformasi informasi? Digit adalah nano technology. Unsur yang terkecil yang
jika digabungkan, direkayasa maka unsur yang kecil itu menjadi unsur yang
besar. Apakah nantinya berguna atau tidak. Digit bisa dibuat karakter. Digit
adalah obyek studi dari perpustakaan. Digit bia mengirimkan ke Amerika (negara
lain) aneka informasi.
Booth Perpustakaan Nasional dan iPusnas di KPDI 9 |
Menarik
menyimak aneka materi, mulai dari menggali makna kata yang bersifat filosofis,
hubungannya dengan kebudayaan, hingga pemaparan teknis dunia perpustakaan
digital. Selama dua hari di Hotel Singgasana, saya merasa mendapat tambahan
pengetahuan yang luar biasa.
Selain
aneka materi seminar dan workshop, KPDI9 juga menetapkan FPDI – Forum Perpustakaan Digital Indonesia yang terdiri atas
ketua dan jajaran pengurusnya. Ketua terpilih adalah Profesor Zaenal Hasibuan.
Menjelang penutupan, KPDI 9 mengeluarkan 7 poin rekomendasi sehubungan dengan
perpustakaan digital di Indonesia.
Ketujuh
rekomendsi KPDI 9, adalah sebagai berikut:
- Membangun pemahaman bersama atas pentingnya transformasi perpustakaan menjadi perpustakaan digital.
- Membangun inisiatif, kolaborasi, dan koordinasi untuk kembangkan perpustakaan digital pada tataran nasional secara berkelanjutan.
- Menyusun standard pengembangan perpustakaan digital.
- Membuat pengukuran indeks tingkat keberhasilan pengembangan perpustakaan digital secara nasional.
- Memberikan arahan dan pengembangan perpustakaan digital di lingkup daerah maupun nasional.
- Memberdayakan FPDI beserta satuan tugsnya dengan dukungan dan bantuan lembaga pemerintahan terkait dan bermitra dengan lembaga lainnya.
- Meningkatkan kualitas hidup manusia untuk mewujudkan mesyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui perpustakaan digital.
Tak
kalah serunya, di bagian akhir KPDI ada pemilihan tuan rumah KPDI 10 tahun
depan. Tiga orang, sebagai wakil dari 3 daerah (Padang, Solo, dan Mataram) mempresentasikan
daya tarik daerah masing-masing. Mereka menjelaskan hal-hal menarik di daerah
mereka yang membuat daerah mereka layak menjadi tuan rumah event nasional bergengsi ini. Bisa ditebak, “kompetisi daya tarik”
ini dimenangkan oleh Mataram. Wajar saja, Mataram dan pulau Lombok saat ini
sedang menjadi magnit besar pariwisata di Indonesia. Well, siap-siap warga Mataram, tahun depan akan menjadi momen bersejarah
bagi kota Anda.
Makassar, 25 November 2016
Share :
keren ini mbak....saya bantu share ya ^^
ReplyDeleteIya, kalau perpustakaan tidak ikut serta memberi fasilitas digital, sayang banget malahan. Nanti jadinya banyak orang yang kurang dengan bahan bacaan. Saya pun suka minjem bacaan dari perpustakaan digital.
ReplyDeletezaman memang sudah berubah, saya sendiri sekarang lebih banyak membaca ebook dibandingkan dengan buku
ReplyDeleteIni nih salah satu program untuk mencerdaskan anak bangsa..
ReplyDeleteSemoga anak2 generasi sekarang minat baca bukunya meningkat yaa.. Aamiin
perpustakaan digital menjadi alternatif keterbatasan lahan dan waktu bagi pembaca. semoga dengan adany perpustakaan digital dapat meningkatkan minat baca masyarakat
ReplyDeletemampir ke perpus kami gan, http://library.gunadarma.ac.id/