Nona
mungil itu sering punya alasan menolak jika diminta membantu Mama. Seperti hari
itu, “Mual ka’, Ma.” Katanya, dia
merasa mual, entah kenapa.
“Nah,
kan .. katanya mau membantu Mama. Dimintai tolong mengambil pakaian yang sudah
kering saja seperti itu,” ujar Mama kepada putrinya.
Saat
Mama memintanya lagi, sesekali masih ada keluhannya namun nona mungil ini akhirnya
melakukan juga yang diminta Mama. Dia membantu mengambilkan pakaian-pakaian
yang sudah kering dan memberikannya kepada Mama.
“Kalau
sudah jadi seperti Mama, bagaimana moko, Nak.
Sekarang saja diminta bantuan begini, banyaknya alasannya. Bagaimana mi Mama, setiap hari harus melakukan
banyak pekerjaan?” keluarga mereka memang tak punya asisten rumah tangga maka Mama
harus melakukan banyak pekerjaan rumah dan meminta anak-anak membantunya.
Athifah
berpikir sejenak sebelum bertanya, “Nanti kalau saya menikah, saya juga seperti
Mama, melakukan pekerjaan ini?”
“Iya.
Kecuali kalau banyak uangmu, Kamu bisa mempekerjakan banyak asisten rumah
tangga.”
“Kalau
ada asisten digaji, ya?”
“Iya.
Tapi tidak mudah mencari asisten. Sekarang banyak asisten yang sukanya main
hape. Tidak mau mengikuti yang disuruh. Maunya menjalankan keinginannya saja.”
“Suka
nonton televisi juga?”
“Iya.”
“Biasanya
kan ada orang dari kampung yang mau jadi asisten?”
“Iya
tapi sekarang banyak yang lebih suka jadi penjaga toko. Jadi, kalau mereka
dapat pekerjaan jadi asisten rumah tangga, mereka tidak sungguh-sungguh. Tidak
gampang itu cari asisten yang kerjanya bagus dan mau mendengarkan majikannya
dengan baik.”
Begitulah
cerita hari ini tentang si nona mungil yang sekarang berusia sepuluh tahun. Dia
memang gemar sekali bertanya tentang apa saja. Bukan hanya tentang masa kini
pun tentang masa depan. Seperti kisah ini, dimulai dari pertanyaan “kalau saya sudah
menikah”.
Dan
sejak dulu sampai sekarang, pertanyaannya selalu sambung-menyambung menjadi
banyak (bukan menjadi satu). Kalau tak pandai menjawabnya, pasti kewalahan. Eh,
ini bukan mau bilang bahwa Mama pandai. Mama sering juga kewalahan dan butuh
waktu untuk menjawab pertanyaan putrinya.
Makassar, 17 Februari 2017
Catatan: Gambar berasal dari pixabay.com
Baca juga:
Normalkah Anaknya Kalau Melahirkan Normal?
Badge Kebencian di Rompi Sekolah
Athifah, Sang Pelindung Mama
Badge Kebencian di Rompi Sekolah
Athifah, Sang Pelindung Mama
Share :
Aku nggak tahu kenapa, baca ini kok terharu ya, Mbak? Bayangin anakku kelak menanyakan demikian.
ReplyDeleteHehe iya Mbak, ngobrol seperti ini dengan anak bisa bikin peasaan mengharu.
DeletePertanyaannya kritis ya, Mbak? :)
ReplyDeleteHehe iya Mbak
DeleteMba Niar, kalau anak semakin rajin bertanya dan terbuka seperti itu itu tandanya hubungan ibu dan anak akrab ya. Pengertian tentang anggungjawab memang penting diajarkan sejak dini mba :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, mudah2an demikian ya Mbak Lida. Hubungan akrab itu, dambaan saya. Semoga demikian dan selamanya demikian.
DeleteMikirnya panjang ya :)
ReplyDeleteBegitulah putri saya Mbak Lia. Sering kali yang belum kejadian sudah dipikirnya :D
Deletewaaah pemikiran anak tuh kadang ga terduga ya mba :)
ReplyDeleteHihi iya Mbaak
DeleteI feel you, Athifah!
ReplyDeleteKakak juga sering cari alasan kalau disuruh mama...
Wkwkwkwk
*dipentung kak Niar*
Aish kakak Mirna inih :D
Deleteanakku mada umur 33 bulan, lagi doyan ngelesss klo dimintain tolong ... semacam :
ReplyDelete"mada kan lagi pegang henfon, bu" misalnya saya minta tolong mada untuk mengambil minum sendiri.
"mada kan lagi main sama dino, bu" misalnya saya minta tolong apagitu dan sebagainya
itu masih batita, gimana klo nanti gedean dikit hehehe
Hahaha cerdas, anaknya Mbak.
DeleteMudah2an bukan ke arah jago ngeles nanti. Tapi tidak koq, ana saya juga begitu. Anak2 lain juga :)
jiahaa.... baca ini jadi baper
ReplyDeleteKenapa na kita' yang baper Tante Abby hahaha
Delete