Saban
maghrib, seorang pedagang bakso bakar stand
by di depan rumah – di pojok kanan tepatnya. Sering kali saya bisa
mendengar dengan jelas perbincangannya dengan para pelanggannya dari dalam rumah. Oleh
para pelanggannya, si pedagang bakso bakar ini disapa “Mas”.
Saat
itu, seorang anak mengajak si Mas ngobrol.
“Ada
anak ta’, Mas?” tanya bocah.
“Ada,”
jawab si Mas.
“Berapa?”
Satu.”
Ada
saudara ta’?”
“Ada.”
“Berapa?”
“Empat.”
“Ada
suami ta’?”
Lah? Nanya suami sama si Mas?😄
Pembicaraan
berlanjut pada pertanyaan yang nyaris membuat saya ngakak, “Orang apa ki’, Mas?” Untungnya nyaris ngakaknya tak lama. Saya tiba-tiba teringat pengalaman
ketika kursus Bahasa Inggris saat kelas satu SMP dulu.
Saat itu, tiap
hari kursus di Ever On English Course, saya harus memikirkan kalimat tanya apa yang akan diberikan kepada
teman-teman. Dalam latihan conversation, kami
disuruh saling bertanya satu sama lain, dan saling menjawab pertanyaan itu oleh
Pak Eisenring – guru kursus kami.
Saya
harus mencari bentuk pertanyaan lain. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sudah
sering saya pakai:
- What’s your name?
- What is your hobby?
- Do you have grand mother?
- Do you have any sisters?
- How many sisters do you have?
- What is your father’s name?
- Etc.
Maka
pada suatu hari, saya mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa.
Saya memperhatikan betul grammar-nya.
Jangan sampai salah ucap. Saya juga memastikan belum pernah mendengar
pertanyaan-pertanyaan yang saya siapkan itu dari kawan-kawan sekelas saya.
Hingga
tiba gilirannya saya bertanya: “Do you
have parents?”
Seketika
seisi kelas tertawa terbahak-bahak. Bahkan guru juga tersenyum. “Nassa mi (tentu saja)!” jawab seorang
teman.
Bermenit-menit
kemudian saya bingung, mengapa kawan-kawan tertawa. Hingga pulang ke rumah saya
belum mendapatkan alasan logisnya. Apa
yang salah dari pertanyaan saya?
Barulah
beberapa lama kemudian (lama, deh pokoknya hahaha), saya mendapatkan jawabannya. Bahwa pertanyaan itu
jawabannya jelas. Setiap orang pasti mempunyai orang tua. Kalau tidak,
bagaimana mereka bisa ada di dunia ini? 😀😝😓
Akhirnya
saya paham. Meski secara grammar benar,
pertanyaan itu terlalu aneh untuk dilontarkan. Pertanyaan yang jelas jawabannya
begitu, untuk apa ditanyakan, buang-buang energi, kan? 😎
Nah,
begitu pun pertanyaan anak kecil itu kepada Mas penjual bakso bakar. Anak itu
kemungkinan baru kelas 2 atau 3 sekolah dasar. Persepsi dia masih terbatas, baru pada tahap
merasa si Mas bukan orang sini karena logatnya asing makanya dia menanyakannya. Padahal kan perkara
panggilan “mas” sudah jelas menunjukkan si Mas orang Jawa. Nah, dia tidak tahu
hal itu. Sama halnya dia tidak tahu kalau kata sapaan kepada lelaki di Betawi
dan Sumatera itu “Bang”, bukannya “Mas”. Atau di Jawa Barat Kang, bukannya Mas.
Dia pun pasti tak tahu kalau di Jawa, selain panggilan Mas, ada juga panggilan
Kang.
Persepsi
orang berbeda. Makanya pendapatnya berbeda. Kalau ada ucapannya yang aneh di
telinga, bisa jadi karena keterbatasan pengetahuan orang itu. Saya belajar
(lagi) tentang hal ini dari bocah lelaki yang saya dengar suaranya itu.
Ah,
maaf – saya mengira-ngira dia bocah lelaki karena saya merasa mengenali
suaranya. Suara seorang bocah lelaki ramah yang tinggal di dekat rumah kami.
Dia juga beberapa kali beramah tamah dengan saya, menanyakan ini itu meski kami
sebenarnya tak akrab - kalau dia benar, anak lelaki yang saya perkirakan.
Bisa
saja saya salah. Bukan suara bocah yang di pikiran saya itu yang bertanya pada
si Mas. Yang jelas, kemampuan bawaan dari anak dalam ingatan saya dan dirinya sama
persis: mampu dengan cepat menjalin
komunikasi dengan orang lain. Anak ini juga punya modal kepercayaan diri
yang bagus dan kemampuan komunikasi yang bagus. Semoga saja kedua orang tuanya
memahami dan mampu mengarahkannya dengan baik sehingga bisa menjadi seseorang
yang bermanfaat dalam passion-nya.
Makassar, 24 Mei 2017
Share :
Bagus ya, rasa ingin taunya besar
ReplyDeleteHihi iya Mbak
Deletejadi ingat anak perempuan saya. kalo ada pedagang, pasti ditanyain kayak wartawan hehehe.... selesai tanya2, jadilah obrolan dgn pedagang tsb :)
ReplyDeleteBarangkali bakat jadi orang yang dalam profesinya harus lincah berinteraksi dengan orang lain Mbak Santi :)
DeleteAnak seperti ini biasanya pandai bersosialisasi. :D
ReplyDeleteBenar Mbak :)
DeleteHehehehe lucunya tuh anak. Pasti cerdas tuh. :D
ReplyDeleteSaya sepakat Mbak Esti, anak itu cerdas :)
DeleteDari kecil udah berani nanya-nanya ke orang asing, itu udah wow banget kak Niar. :D
ReplyDeleteKadang karena orang tua terlalu protect ke anaknya, akhirnya malah anaknya susah bersosialisasi. Padahal ada hal yang namanya sosialisasi musti dari kecil ditanamkan. Bener ngga nih kak Niar? :D
Betul Yani. Anak memang mesti difasilitasi. Didorong ke hal2 baik oleh orang tuanya. :)
Delete