Memang
benar, ya kata orang bahwa setelah berpisah atau setelah tiada barulah terasa
keistimewaan seseorang atau sesuatu itu. Tanggal 1 Syawal kemarin (25 Juni)
baru saya merasa sedih karena merasa tidak maksimal menjalani bulan Ramadhan –
bulan yang lebuh baik daripada 1000 bulan. Baru terpikir, bagaimana kalau kelak
tidak mendapatinya lagi.
Bagi
sebagian orang mungkin lebay. Tapi
tidak bagi mereka yang memang sungguh-sungguh ingin memperbaiki diri selaku
hamba-Nya, perasaan sedih itu tak dibuat-buat. Dalam Ramadhan dan Idul Fitri
selalu terkait hal-hal kebendaan atau keduniaan yang sama sekali tak bisa saya
tepis. Sama sekali tak bisa saya abaikan. Sebab saya hidup di antara orang tua,
suami, dan anak-anak, tanpa PRT (pekerja rumah tangga). Selalu saja ada
tuntutan dalam kebersamaan kami yang saya tak pentingkan/butuhkan tetapi buat
mereka itu penting atau mereka butuhkan. Saya tentu tak boleh egois.
Dalam
kesedihan saya merenungkan “kegagalan” saya. Ramadhan berakhir berarti
berakhirnya salah satu ujian. Rapor sudah dicatat untuk Ramadhan kali ini.
Bukan menyalahkan yang terbaik (hampir saja saya terjatuh dalam keadaan
mempersalahkan keadaan). Seharusnya tahun depan – kalau masih bisa berjumpa
Ramadhan, saya berusaha melakukan yang terbaik. Kalau masih bertemu Ramadhan.
Tapi itu belum tentu, kan. Maka seharusnya saya berusaha untuk menjadi pribadi
yang lebih baik lagi.
Mobil hias gabungan dari masjid dekat rumah dan beberapa masjid lain di kelurahan Rappocini |
Maka izinkan saya dengan penuh kerendahan hati, meminta maaf sebesar-besarnya atas segala khilaf, kesalahan ucap/perilaku yang mungkin saya tak sengaja yang membuat Anda tak nyaman dengan saya termasuk atas apapun yang pernah saya tulis di blog ini. Bisa saja saya melakukan kesalahan padahal niat saya adalah berbagi manfaat dan kebaikan berdasarkan nilai-nilai kebaikan yang saya bawa.
Termasuk
kepada teman-teman blogger yang belum sempat saya sambangi blognya untuk blog walking. Sungguh, bukan maksud saya
untuk mengabaikan kegiatan yang satu itu. Situasi dan kondisi saya tak
memungkinkan. Banyak sekali hal di dunia nyata yang membutuhkan perhatian saya
dan menjadi hal yang lebih prioritas setelah saya urutkan skalanya.
Kadang-kadang saya berandai-andai – waktu dalam sehari ada 50 jam, mungkin saya
bisa melakukan semuanya yang saya inginkan.
Namun
keadaan tak demikian. Dalam segala keterbatasan, saya yang dhaif ini hanya mampu meminta maaf sebesar-besarnya.
Ramadhan berlalu
Baru tersadar belum maksimal berlaku
Berharap maafmu masih berlaku
Mohon maaf atas segala khilafku
*Mugniar dan keluarga*
Makassar, 26 Juni 2017
Share :
Inspiratif 😊
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir
Deletesama mbak masih merasa belum sempurna di Ramadhan ini, mudah-mudahan masih dipertemukan dengan ramadhan berikutnya. Maaf lahir batin
ReplyDeleteAamiin. Semoga, ya
DeleteMaaf lahir batin juga
Hai Mbak,
ReplyDeleteRamadan tahun ini aku juga sedih sekali karena melewatinya dengan ya gini2 aja. Aku sibuk banget ngejar materi dan menomorduakan ibadah :(
Ah, sedihnya.
Sama-sama, Mbak. Mohon maaf lahir dan batin ya.
Mudah-mudahan kita bisa menjadi lebih baik ya Ika
DeleteSamadama y mbak, maafkan atas sala khilafku
ReplyDeletesama-sama, saya juga, ya
DeleteMudah2an kita semua bertemu lagi di bulan ramadhan tahun depan mbak mugniar, Saya juga mohon maaf lahir bathin atas segala kesalahan baik yg sengaja maupun tidak
ReplyDeleteAamiin. Sama-sama ya Mas Anjar.
DeleteSelamat lebaran kak Niar,
ReplyDeletesemoga sehat dan bahagia selalu bersama keluarga tercinta :)
*maaf lahir batin*
Selamat lebaran, Syam. Mohon maaf lahir batin.
DeleteMaaf belum bisa maksimal BW
Mbaaakk maaf lahirr batiin ya :') Semogaa masih diberikan kesempatan bertemu dengan Ramadhan tahun depan, aamiin :)
ReplyDeleteSelamat lebaraan dan berkumpul dengan keluargaa. .
Aamiin. Maaf lahir batin ya Lucky. Moga2 dalam waktu dekat bisa main ke blog Lucky
DeleteMet lebaran kak Niar dan keluarga. Maaf lahir batin yaa.. semoga gak telat maaf-maafannya ^_^
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir ya, Andy. MOga2 dalam waktu dekat kita bisa ketemuan di Makassar, yaa
Deleteminal aidin kak Niar, seneng baca tulisan blog ini.
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah membaca
Deletemohon maaf lahir bathin mbak niar..
ReplyDeleteMohon maaf lahir batin ya Mbak Eva
DeleteMumpung masih dalam suasana Idul Fitri 1 syawal 1438 Hijriah, saya Asep Haryono beserta keluarga di Pontianak, Kalimantan Barat, mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah. Taqqaballahu Minna Waminkum Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon Maaf lahir dan Bathin. Insya Allah saya akan kembali melakukan kunjungan (Blogwalking) dan membaca baca tulisan teman teman. Amin Ya Fabbal Alamin. Salam kami sekeluarga di Pontianak
ReplyDeleteMohon maaf lahir batin ya Pak Asep. Moga dalam waktu dekat saya bisa main ke blog Pak Asep
DeleteMinal aidzin wal faidin..
ReplyDeleteSlamat lebaran kak.
Maaf lahir batin, ya. Terima kasih sudah mampir di blog saya
DeleteAamiin. In syaa Allah ya Bimo.
ReplyDeleteMinal Aidin WalFaidzin ya mba. Maap lahir dan batin ya :)
ReplyDelete